Tidak ada satu orang pun yang menaruh perasaan iba saat mendengar suara teriakan dan juga tangisan dari ibu Jimin. Terhitung sudah hampir setengah jam nyonya Park terlarut dalam kesedihannya, memikirkan nasib sangat putra semata wayang yang entah berada dimana dan saat ini. Sempat beberapa kali mengajukan pertanyaan kepada pria-pria berpakaian hitam yang berdiri mematung di depan ruang rawatnya, namun yang dapatkan nyonya Park hanyalah bentakan dan juga makian. Tubuh ringkihnya yang bahkan baru saja pulih sehari sebelumnya terpaksa harus mendapatkan dorongan cukup keras hingga membuatnya jatuh tersungkur ke bawah lantai. Itu semua terjadi setelah ibu Jimin memaksa untuk pulang dari rumah sakit, menggigit lengan salah satu bodyguard yang saat itu kebetulan sedang berdiri di sampingnya. Namun sayangnya aksinya itu langsung di gagalkan yang dimana kemudian berakhir dengan ia yang kini di kurung di dalam ruang perawatannya sendiri.
"Bagaimana bisa orang-orang itu mengurungku di dalam sini. Aku bahkan tidak mengenal satu pun dari mereka. Hiks... Hiks... Jimin, apakah kau baik-baik saja, nak? Ibu sangat merindukanmu."
.
.
.
Suara derap langkah kaki yang kian mendekat membuat Jimin
Seketika merasa was-was, ia buru-buru mengambil jarak aman dengan sedikit memundurkan tubuhnya ke arah belakang, bersandar pada dinding yang teramat dingin oleh karena perubahan cuaca akhir-akhir ini. Tubuh mungilnya terus bergetar, terbayang oleh kejadian beberapa
Waktu lalu. Belum pernah sekalipun Jimin mendapatkan perlakuan seburuk ini di dalam hidupnya, walaupun selama ini ia dan ibunya sering di perlakukan tak adil oleh sebagian orang di luar sana. Namun kali inilah yang paling membuatnya merasa ketakutan. Dipaksa untuk menghadapi situasi dan juga permasalahan hidup yang menimpa orang lain. Ini semua terjadi bukan karena kesalahannya tapi mengapa ayah Jungkook harus melibatkan dirinya di dalam permasalahan keluarganya.Sekian lama Jimin berdiam diri, memutuskan untuk tidak membuat pergerakan atau bahkan mengeluarkan suara agar ia bisa mendengar dengan jelas suara dari sosok yang kini berdiri tegap di balik pintu ruangan tempat ia di sekap saat ini.
"Jimin, apakah kau mendengarku? Kau baik-baik saja kan? " Jimin terlonjak di tempatnya. Suara itu, suara yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Memangnya pergi kemana saja Jungkook hingga ia baru bisa datang menghampirinya sekarang.
Jimin segera beranjak dari tempatnya, baru saja ia akan membalas ucapan Jungkook namun tiba-tiba saja ia menangkap suara lain di balik pintu, suara yang Jimin yakini adalah milik wanita yang sama dengan yang ia temui di ruang tamu Jungkook sebelumnya. Jadi bisa ia simpulkan jika saat ini Jungkook sedang berbicara dengan Jieun di depan pintu.
"Kau tidak sedang berpikir untuk melepaskannya, bukan? " tangan kanannya yang mengenggam kunci ia kepalkan dengan erat. Tidak menyangka jika wanita licik itu belum tidur dan malah membuntuti dirinya sampai ke gudang padahal
Tadinya Jungkook berniat untuk membebaskan Jimin dan membawanya pergi menjauh dari rumahnya."Memangnya apa urusanmu jika aku benar-benar membebaskannya, huh? "
Jieun menaikkan sudut bibirnya, menyibak rambut panjangnya ke belakang hingga membuat belahan dadanya terpampang jelas di depan mata Jungkook. Menaruh harapan banyak jika pria di depannya akan tergoda dengan kemolekan tubuhnya namun yang ada Jungkook malah menjungkirkan balikkan ekspektasinya dengan memalingkan wajahnya ke arah lain. Masa bodoh dengan segala bentuk godaan yang wanita itu coba tunjukkan padanya karena nyatanya wanita cantik itu sama sekali bukan tipenya.
"Tentu saja itu urusanku karena aku yang meminta ayahmu untuk membawa Jimin kemari." Mata Jungkook langsung membelalak, sempat mengira jika dalang di balik semua tindakan keji ini adalah ayahnya namun nyatanya wanita ular itulah yang telah mempengaruhi ayahnya.
"Kenapa kau melakukannya? Jimin sama sekali tidak memiliki hubungan hingga bisa kau tahan di tempat ini." Jieun maju satu langkah lebih dekat dengan Jungkook. Ia bahkan dengan sengaja merapatkan bagian depan tubuhnya pada pria yang sejak awal kedatangannya ke rumah ini sama sekali tidak pernah menunjukkan ketertarikan padanya.
"Aku melakukan semuanya itu karena dirimu. Aku kesal karena kau sama sekali tidak pernah memperlakukanku dengan baik. Memangnya apa yang kurang, aku cantik dan juga seksi tapi kenapa kau tidak sekalipun mau melirikku, hah!?" kerah kemejanya di tarik ke depan, membuat tubuh Jungkook makin merapat ke Jieun. Jungkook mengetatkan rahangnya, telak murka dengan segala upaya yang coba wanita itu lakukan untuk menggoda dirinya.
"Kau ingin tahu apa alasannya, hmm? Itu karena kau murahan, kau bisa saja mencari pria lain di luar sana untuk kau goda. Kenapa? Kenapa kau harus datang dan membuat rumah tangga orang tuaku hancur. Kau yang menjadi penyebab ibuku meninggal. Jadi katakan kenapa aku harus menyukai wanita murahan sepertimu, huh? " Jungkook menyentak lengan Jieun agar melepas cengkraman dari kerah bajunya. Sementara Jieun hanya bisa mematung di tempatnya berdiri. Jungkook kembali pada niatnya, membebaskan Jimin menjadi tujuan utamanya datang kemari. Kunci sudah tertancap pada lubang pintu, hanya tinggal memutar sekali saja hingga kemudian ia bisa melihat Jimin kembali.
"Jimin, apa kau dengar suaraku?" Jimin yang semula terdiam di balik pintu seketika langsung membalas ucapan Jungkook.
"I-iya, aku mendengarmu. " Jimin memundurkan tubuhnya ke belakang. Bersiaga jika sewaktu-waktu Jungkook akan membuka pintunya.
Jieun menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Tidak, ia tidak boleh menyerah pada Jungkook secepat ini. "Kenapa kau melakukan ini padaku, Jungkook. Kenapa kau jahat sekali. Hiks...hiks...bahkan setelah semua pengorbanan yang aku lakukan selama ini mengapa kau tetap tidak mencintaiku, kenapa?"
Jimin hanya bisa mematung di depan pintu. Total kaget saat Jieun tiba-tiba berlari ke arahnya dan tanpa aba-aba langsung mendorong tubuhnya hingga jatuh ke bawah lantai.
"Akh"
"Jimin, apa kau—" Jungkook baru saja akan menolong Jimin namun Jieun segera mencegahnya.
"Jangan menolongnya!" Jungkook memilih untuk mengabaikan ucapan Jieun dan kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Jimin bangkit berdiri.
"Apa kau tuli? Sudah kubilang bukan jangan menolongnya tapi kenapa kau tetap melakukannya. Apa kau menyukainya?" Jungkook terdiam di tempatnya, ingin menjawab tapi entah mengapa lidahnya tiba-tiba terasa kaku. Jimin membulatkan matanya, menggelengkan kepala karena berpikir sangat mustahil bagi Jungkook untuk menaruh perasaan padanya. Mereka berdua bahkan tidak begitu dekat, baru saling mengenal beberapa hari yang lalu. Jadi tidak mungkinkan jika pria itu jatuh cinta padanya dalam waktu yang secepat ini?
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
Hayran Kurgusejak kecil Jimin telah banyak memperoleh perlakuan tidak mengenakkan dari orang- orang di sekitarnya dan karena Hal itulah ia tumbuh dengan penuh kebencian di dalam hatinya. Hanya ada satu orang yang ia percayai di dunia ini, orang yang kemungkina...