Lima - Panah Menyasar

498 103 0
                                    

Mata itu belum pernah memandangku dengan sorot memilih.
BELUM BUKAN BERARTI TIDAK AKAN.

-Wohoo-


Mata besarnya memandang setiap penjuru lapangan untuk mencari sorot mata tenang yang melihat target lingkaran yang akan dibidiknya.

Dia menyembunyikan tubuh mungilnya di balik pohon yang lumayan besar agar tidak terlihat.

Ada empat pemanah yang sedang berlatih di lapangan, tapi justru yang sedang dicarinya malah tidak ada di sana.

Tiba-tiba ada anak panah yang mendarat tepat pada pohon di sebelah dirinya berada.

Valerie jatuh terduduk dengan nyawa seakan melayang. Dia menahan napasnya yang sangat terkejut dengan anak panahan yang hampir mengenai dirinya.

Laki-laki yang tadi menjadi tersangka alias pembidik itu menghampiri Valerie dengan sangat khawatir. Dia menggoyangkan bahu Valerie perlahan dengan wajah yang sama pucatnya seperti wajah Valerie.

Valerie hanya diam masih berusaha mencerna kejadian barusan. Dia bahkan tidak tau siapa yang sekarang ada di depannya.

"Sorry gue beneran nggak sengaja, lo nggapapa kan, Val? Nggak ada yang luka kan??" Laki-laki itu sangat panik melihat reaksi Valerie yang diam saja.

Pandangan Valerie mulai kabur, namun dia mengenali suara itu, suara lembut yang sangat menenangkan, saat itu juga kesadarannya hilang sepenuhnya.

.
.
.

Tirai putih, dinding putih, sunyi senyap. Itu yang dirasakan Valerie saat membuka matanya. Suara tirai terdengar nyaring saat ditarik.

"Gimana rasanya sekarang?" Tanya laki-laki yang berdiri di samping Valerie..

"Alzi..." Valerie menyipitkan matanya.

"Iya ini gue."

"Al..." Valerie merintih memejamkan matanya kuat-kuat, ekspresi wajahnya sangat kesakitan.

"Val val lo kenapa?? Apanya yang sakit? Mananya yang sakit??" Desak Alzico cemas sambil memeriksa Valerie.

"Al..." Suara Valerie parau.

"Iya, yang mana yang sakit, Valerie. Gue nggak tau yang lu rasain." suara Alzico bertambah cemas.

"Gue.. Laper, Al.." Jawab Valerie masih dengan suara parau.

Alzico menatap Valerie dengan sebal, tatapan takutnya lenyap seketika. Dia sangat khawatir Valerie terluka tapi dengan polosnya Valerie berkata lapar.

Alzico melangkah meninggalkan Valerie sendirian di ruangannya.

"Al ko pergi sih.. Gue laper, Alzi. Alzico!" Ucap Valerie kesal.

Kantin penuh sesak dengan para siswa yang kelaparan. Sudah seperti lautan ikan piranha yang tidak makan selama 3 tahun.

Valerie idiot! Nggak tau apa gue hampir kena serangan jantung liat dia dipapah ke uks! Nggak lucu kan kalo gue dikabarin meninggal di uks di depan pasiennya yang lagi sakit. Gerutu zico dalam batinnya.

"Mas.. Mas.. Mas ini nasinya." Ucap bu Iyem memanggil Zico yang melamun.

"Eh eh iya Bu maaf yah, ini uangnya makasih."  Zico tergagap menyerahkan uang dan mengambil kantung berisi nasi untuk Valerie.

Saat sedang berjalan menuju uks, Zico bertemu dengan Danis di koridor.

"Tunggu bentar!" Teriak Danis.

Alzico menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badan.

"Gimana keadaan Valerie? Dia baik-baik aja kan? Dia udah siuman?" Terlihat sorot kekhawatiran di mata Danis.

"Oh lo yang nganter Val ke uks?" Tanya Zico dengan dingin.

Danis mengangkat dagunya sebagai jawaban iya.

"Lo apain dia? Sampe dia pingsan gitu?!" Zico menarik kerah leher seragam Danis.

"Bukan.salah.gue!" Ucap Danis penuh penekanan disetiap kata nya sambil melepas cengkeraman tangan Zico di lehernya.

"Salah cewek itu sendiri. Tempat panahan itu bahaya, nggak ada yang boleh deket-deket lapangan pas lagi ada yang latihan. Dan dengan bodohnya cewek itu berdiri di sana." Jawab Danis penuh penekanan.

Zico melepas cengkeraman tangannya di leher Danis, dia pergi melenggang begitu saja meninggalkan Danis yang masih berdiri di sana.

"Val makan dulu tadi bilangnya laper." Zico masuk ke ruangan tempat Valerie beristirahat.

"Hue hahi hahan hohi hih"(Translate: gue lagi makan roti nih.) Mulut Valerie tersumpal penuh oleh roti.

"Ditelen dulu kalo makan, baru ngomong." Zico mengelus dadanya berusaha tidak emosi melihat tingkah Valerie.

"Tadi ada yang ngasih ini tapi gue nggak kenal siapa yang ngasih. Because gue laper banget, ya udah gue makan aja."

Zico merebut roti dari genggaman Valerie. Lalu dia memberikan nasi yang tadi dibelinya di kantin.

"Kalo belom jelas siapa yang ngasih jangan diterima! Kalo ada racunnya gimana?"

"Tapi enak kok rotinya, nggak ada rasa racunnya gitu, Al."

Zico menghela napasnya lelah, dia menyentil dahi Valerie dengan keras sebelum dia pergi lagi meninggalkan Valerie. Zico harap otak Valerie kembali normal.

.
.
.

"Kenapa jari kaki adanya di kaki bukan di tangan? Karena.. Danis ganteng banget.. Aaaa malu ya ampunn!" Valerie memekik sendiri karena kalimatnya.

kelvin memegang kening Valerie untuk mengukur suhu tubuh adiknya yang terlihat sangat tidak sehat sekarang.

"Apaan sih bang pegang-pegang, gue gigit nih!" Valerie mendelik sambil memperlihatkan deretan giginya yang runcing-runcing.

"Lo tadi pingsan kan?" Kelvin bertanya serius.

Valerie menganggukkan kepalanya sekali.

"Kepala lo ngga kepentok kan?" Tanya Kelvin lagi.

Valerie menganggukkan kepalanya kembali.

"Kok lo tambah bl*on ya. gue tau lo rada-rada, tapi cuma pingsan sekali masa otak lo tambah geser sih? Ini sih bukan adek gue lagi." Kelvin memasang wajah pura-pura serius.

"Aihhh, kenapa sih?" Valerie bertanya sambil mengerucutkan bibirnya.

Abangnya memang paling jago bila urusan membuat mood Valerie hancur.

"Bang." Panggil Valerie sambil memandang keluar kaca mobil.

"Hm?"

"Tadi kok Danis nggak ngejenguk gue ya, Bang?" Tanya Valerie masih memperhatikan keluar.

"Emang dia yang bikin lo mati timun suri?" Jawab Kelvin datar.

"Aishhh kalo ngomong yah bang, suka bener.. Iya kayaknya sih gitu."

"Jangan percaya sama sesuatu yang masih belum jelas, contohnya kayaknya. Saat kita sudah percaya dan ternyata itu tipuan, sakitnya bakal dua kali lipat."  Petuah sang babang pun keluar saat tak diinginkan.

"Nggak nyambung ih sama topiknya." Gerutu Valerie.

"Suka suka gue lah."

Valerie kembali diam dengan bibir dimajukan.

"Val, lo denger kan?" Tanya Kelvin masih fokus mengemudi.

"Val, kok diem sih?" Tanya Kelvin lagi.

Masih tak ada jawaban. Saat Kelvin melihat ke arah Valerie, ternyata adiknya sudah tertidur menjadikan petuah Kelvin sebagai nyanyian pengantar tidurnya.

"Pengin marah, tapi gue sayang sama lo." Gumam Kelvin tanpa Valerie dengar.

🍃🍃🍃





Sweet Smile,  

Ayasaurus 🧚🏻‍♀️

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang