Tiga Puluh - Anastasya

214 44 0
                                    

Sudah lima hari Valerie tidak berangkat sekolah.

Gadis itu sebenarnya sudah sembuh sejak tiga hari yang lalu, tapi dia masih enggan untuk keluar dari kamarnya.

Semuanya khawatir, hampir setiap hari sahabat-sahabatnya datang dengan niat memperbaiki suasana hatinya.

Tapi semua sia-sia, baru saja mereka mengetuk pintu kamar Valerie, dia langsung berteriak menyuruh mereka pulang.

Danis yang paling merasa bersalah. Ini salahnya, dia terus mencoba menguhubungi Valerie, dari ratusan panggilan dan pesan tak ada satu pun yang Valerie balas..

Valerie bahkan belum ingin menceritakannya kepada kakak ataupun mamanya. Semua dipendamnya sendiri.

Valerie berdiri menatap pantulan dirinya pada cermin di kamarnya.

Kemana Valerie? Yang di depannya sekarang bukan Valerie, dia sangat menyedihkan dengan wajah pucat pasi dan lihatlah binar cantik di matanya hilang digantikan dengan pandangan redup dingin menghunus bagai mata pedang.

Fisik dan psikisnya kembali seperti pertama saat dia kehilangan salah satu orang tersayangnya, cinta pertamanya.

Valerie mencoba menarik sudut bibirnya, tersenyum. Senyum datar tanpa kehidupan dengan pandangan kosong.

.
.
.

Dua orang yang berada di meja makan menatap seseorang yang ikut bergabung dengan raut wajah amat terkejut.

Yang ditatap hanya diam menarik kursinya dengan tatapan kosong lalu mulai melahap rotinya dengan tenang.

"Val.."

Risa menggeleng menatap Kelvin yang hendak menanyai Valerie..

Kelvin menghembuskan napasnya pelan, dia paham maksud tatapan yang mamanya berikan.

Semua sibuk dengan sarapannya masing-masing.

Kelvin berpamitan dengan mamanya lalu disusul Valerie.

Risa memeluk putrinya dengan mata berkaca-kaca, terakhir dibubuhi kecupan pada kening Valerie. Semuanya butuh privasi, jika putrinya belum ingin bercerita tak apa, dia akan menunggu sampai hati putri kecilnya siap.

Suasana mobil cukup tenang, jarang sekali suasana seperti ini didapat jika bersama Valerie.

"Mau?" Kelvin memberikan cokelat rasa green tea kesukaan Valerie.

Valerie menatap coklat itu sebentar sebelum mengambilnya dengan tatapan datar bukan tatapan binar yang selalu dipasangnya.

"Makasih."

Valerie membuka bungkusnya dan langsung melahap cokelat itu sembari menatap keluar jendela yang dingin.

Kelvin tersenyum kecil, dia seperti melihat adiknya dikendalikan oleh orang lain.

Valerie berjalan tanpa menghiraukan tatapan bahkan bisikkan siapa pun yang pasti dilontarkan untuk dirinya.

Kebanyakan dari mereka berbisik tentang penampilannya yang memang sedikit berubah.

Tatapannya masih dingin menusuk siapa pun yang berani menatap manik mata nya.

Saat disapa dia hanya menoleh dengan raut wajah sangat datar tanpa keceriaan seperti biasanya.

Hari ini dirinya bukan lagi Valerie yang ceria, sekarang dia kembali menjadi Anastasya.

Valerie memasuki kelasnya yang selalu ramai seperti biasa.

Ketidak hadirannya tentu tak akan merubah apa pun di sana.

Dengungan bak lebah yang terbang kesana kemari mendadak hening, tenang bagai sungai tanpa riak sekecil pun.

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang