Delapan Belas - Nasi Padang

234 51 0
                                    

Tak perlu melakukan hal besar jika hal kecil saja tapi itu bersamamu dapat membuatku nyaman.

-Danis-

Seperti pengintai yang terus mengamati dari atas pohon.

Sudah hampir 20 menit gadis kecil itu berada di atas pohon tanpa berniat untuk turun.

Sedang apa dia? Apalagi? jika bukan melakukan rutinitas nya setiap si pemanah berlatih.

Padahal ranting yang dipijaknya tidak terlalu besar. Tapi bukan Valerie namanya jika tidak nekat.

Apapun dilakukannya untuk melihat Danis menarik busurnya.

"Oi, Pacar!" Seru laki-laki di bawah sana meneriaki gadis di atas pohon yang sedari tadi mengamatinya.

"Ha? Hah?" Valerie terbata karena tertangkap basah sedang mengintai.

"Ngapain di atas?" Danis mendongak, dia sudah berada di bawah Valerie.

"Disuruh neliti pohon hehe." Valerie menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Anak IPS neliti pohon sekarang? Pajak negara siapa yang pelajarin?" Danis mengangkat ibu jarinya ke udara.

Valerie tak berkutik, dia sedang gugup.

"Udah jadi pacar kok masih ngintip?" Kekeh Danis dari bawah sana.

Minggir kek gue mau turun. Batin Valerie.

"Sini lompat gue tangkep." Danis berkata dengan entengnya.

Anj*r pacar gue cenayang! Valerie melebarkan matanya terkejut.

"Lo yang lompat atau gue yang naik?" Danis tersenyum miring.

"Gu-gue turun biasa aja."

"Ntar jatoh repot, mending gue tangkep." Danis merentangkan tangannya siap dengan posisi menangkap.

Valerie memilih menghiraukan Danis. Dia melangkahkan kakinya perlahan untuk turun.

Sebenarnya dia ahli sekali jika urusan memanjat, tapi kali ini berbeda, ada Danis di bawah sana yang membuatnya gugup.

Kaki kanannya yang melangkah terlebih dahulu cukup aman, tapi kaki kirinya memberontak menjadi kaku seketika.

Valerie terpekik dan pegangan tangannya pada pohon terlepas.

Dia tidak jatuh ke tanah, Danis masih di bawah sana, selalu siap sedia dengan segala kemungkinan.

"Fyuh." Danis menghembuskan nafasnya lega.

Valerie meringis saat hendak berdiri.

"Masih kram?" Tanya Danis menatap kaki kiri Valerie.

Valerie diam mengangguk.

Kemudian terpekik ketika Danis memegang kakinya, menggoyangkan, menekuk, dan apalah yang membuatnya semakin sakit.

"Makannya kalo mau manjat pemanasan dulu." Ucap Danis yang masih sibuk dengan kaki Valerie.

Valerie meringis.

"Dah coba bangun." Danis berdiri dan mengulurkan tangannya pada Valerie.

Valerie menerimanya dan mencoba berdiri.

"Ajaib! Nggak sakit!" Pekik Valerie yang sudah berdiri tegak.

Danis tersenyum.

Gadis itu menghentakkan kakinya ke tanah, dia melompat-lompat, berlari kecil, dan menendang-nendang sambil tertawa.

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang