Tiga Puluh Tiga - Bertemu Papa

433 48 0
                                    

Langkah Valerie berhenti di depan rumah besar. Seharian dia berjalan akhirnya sampai juga di tempat ini. Rumah lamanya.

Ada seorang wanita keluar dari rumah itu sambil menggendong anak kecil. Dia menatap Valerie penuh tanya. "Cari siapa, Dik?"

"Yang punya rumah ini di mana?"

Wanita itu mengerut, "keluarga saya yang punya. Kalo yang kamu tanya suami saya, dia lagi ada di kantor. Kalo boleh tau kamu siapanya?"

Valerie tersenyum sinis. "Suaminya monster."

Wanita itu melebarkan matanya mendengar penuturan Valerie yang lirih. Valerie pergi dari sana tanpa mengucapkan apa-apa lagi.

Hari sudah hampir malam, tapi Valerie tidak berniat pulang ke rumahnya. Valerie berjalan ke kantor suami orang tadi. Valerie tau di mana letaknya.

Valerie melewati area di sana tanpa kesulitan. Semua pegawai tau jika itu Valerie. Karena sewaktu kecil Valerie suka diajak ke sini oleh papanya.

Ah.. Valerie jadi ingat beberapa bekas di tubuhnya yang tidak bisa menghilang. Semua itu papanya yang menorehkan.

Dulu perusahaan ini belum sebesar sekarang. Pantas saja wanita tadi terlihat bahagia, ternyata papanya sudah sukses dan tidak perlu pelampiasan untuk amarahnya.

Valerie ingat dulu dia sering di kunci di kamar mandi di ruangan papanya setelah kepalanya ditenggelamkan sampai kehabisan napas ke dalam air.

Tanpa sepengetahuan mama dan kakaknya, Valerie lah korban semuanya. Bahkan di rumah tadi ada ruangan khusus yang hanya papanya yang tau.

Valerie tau karena sering dibawa ke sana untuk disiksa. Valerie tidak tau apa kesalahannya sampai papanya berbuat demikian. Tapi Valerie diam saja tanpa melapor pada mamanya atau Kelvin tentang betapa menyeramkannya ayah mereka.

Saat melihat istri dan anaknya yang baru sangat bahagia, Valerie memiliki rasa dengki yang hebat di dadanya. Kenapa mereka harus bahagia? Kenapa hanya Valerie yang tersakiti?

Valerie mengingat semuanya tanpa berniat melupakan salah satu pun. Bagaimana Valerie akan balas dendam jika dia melupakannya? Valerie menyeringai lebar.

Tapi sekarang ini tugas Tasya sebagai Valerie. Valerie harus diam saja di dalam tubuhnya. Tidur manis biarkan Tasya yang melakukan semuanya.

Valerie yang sekarang memang bukan Valerie. Ada suatu penyakit mental yang tidak bisa disembuhkan namun bisa ditekan agar tidak lagi muncul.

Pernah melihat atau bertemu dengan irang yang memiliki kepribadian lain? Kepribadian ganda pada tubuhnya?

Biasanya kepribadian lain orang tersebut akan memiliki nama lain, namun kepribadian lain yang muncul di tubuh Valerie memilih menggunakan nama depan Valerie untuk dirinya.

Kepribadian ini bangkit karena tekanan mental yang papanya berikan.

Valerie dinyatakan bahwa kepribadian lainnya tidak akan hadir lagi itu saat SMA. Saat Valerie melihat banyak warna inda. Valerie memiliki kekuatan untuk menekan agar Tasya tidak lagi keluar.

Tapi terakhir kali, Valerie teringat lagi pada papanya. Tasya di dalam tubuhnya bangun kembali dan mulai mengambil alih Valerie.

Tujuan Tasya hanya satu. Dia akan membalas dendam pada orang yang sudah melukai Valerie Ini lah pertahanan diri yang terlihat di dalam diri Valerie sekarang.

"Hidup itu melelahkan ya, Valerie."

Ponsel Valerie bergetar lagi, kali ini Kelvin yang terus membuatnya berdering. Valerie melempar ponselnya ke dalam tempat sampah.

Tangannya masuk ke dalam kantung jaket lagi di mana ada benda berat yang Valerie simpan di dalamnya.

Sebentar lagi pasti papanya pulang. Valerie harus melakukannya dengan cepat.

Valerie sudah mengotak-atik mobil milik papanya. Dia hanya tinggal menunggu orang itu masuk dan menjalankan mobilnya.

"Hati-hati di jalan, Pak."

Tio mengangguk tersenyum pada salah satu pegawainya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan merapikan sedikit pakaiannya sebelum akhirnya berjalan pulang ke rumah.

Tio memasang salah satu alat di telinganya, itu handsfree. Dia menekannya lalu menyambungkan dengan istrinya yang sedang berada di rumah.

"Halo, Ma."

"Papa udah pulang?" Wanita itu bertanya di ujung telepon sana.

"Lagi di jalan. Hari ini kita keluar ya sesuai rencana. Papa udah pesan restoran buat rayain ulang tahun Boy yang ketiga.

"Boy nggak sabar daritadi nunggu kamu pulang, seneng banget dia." Istrinya tertawa di sana.

Tio tersenyum memikirkan betapa anak laki-lakinya sedang berada di masa-masa yang sangat menggemaskan.

"Tadi ada anak perempuan yang cari kamu."

Tio mengerutkan keningnya. "Siapa?"

"Dia nggak bilang namanya, rambutnya sebahu, mukanya rada mirip kamu, kayaknya anak sekolahan."

Tio menggali ingatannya, berpikir siapa yang akan mencarinya. Tidak ada gambaran sama sekali.

Jalanan malam semakin ramai dengan truk truk besar yang mengangkut barang berat dan juga kontainer yang memiliki 8 roda.

Daerah industri memang selalu ramai seperti ini. Apalagi ini dekat kanal besar. Jadi wajar saja selalu macet.

Tio melupakan siapa perempuan yang dimaksud istrinya tadi. Dia kembali fokus ke jalanan.

Lampu merah menyala di depannya yang longgar tanpa pengendera selain di sampingnya.

Kaki Tio menginjak-injak pedal rem dengan sedikit panik. Remnya tidak berfungsi.

"KENAPA INI??!!"

Mobil-mobil besar yang saling menyeberang mulai terlihat semakin dekat. Tio berteriak panik di mobilnya tanpa bisa menghentikan laju kendaraan.

Valerie tertawa dari belakang tempat duduk. Tio melihat Valerie dari pantulan cermin depan.

"KAMU!!"

Valerie menyeringai lebar sekali. Wajahnya gelap karena pencahayaan yang minim. Bunyi klakson kendaraan lain terdengar keras sekali bersahutan di luar mobil mereka.

"Mari mati bersama, Papa."

🍃🍃🍃


Hai, hehe ceritanya aneh ya?
Iya aku juga merasa begitu
Tapi tenang, 1 chapter lagi menuju Epilog
Aku akan buat cerita lain yang lebih tertata lagi
Bisa dibilang ini reminder karena alur yang amat berantakan
Terimakasih sudah meluangkan membaca cerita ala kadarnya ini..
Ayaa mohon maaf yang sebesar-besarnya 🌻🌻





Sweet Smile,  

Ayasaurus 🧚🏻‍♀️

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang