Tujuh - Weekend

360 98 0
                                    

Valerie masih berguling-guling ria di atas tempat tercinta miliknya.

Berguling ke sini, berguling ke sana, jungkir balik, telentang, bertelungkup, intinya setiap inci tempat tidur sudah Valerie sentuh.

"Weekend gini nggak yang niat nyulik gue ke mana gitu kek. Gabut parah di rumah." Valerie mendengus telentang membiarkan rambutbya yang terjadi panjang menyentuh lantai di bawah kasurnya..

"Mama sama bang Keping pergi ke Bogor, tapi gue ditinggal buat jaga rumah."

Semalam sebelum berangkat, Kelvin sempat berkata. "Lo di rumah aja, biar kalo ada maling bisa guk guk guk!"

Kelvin pikir adiknya anjing penjaga rumah. Valerie sangat kesal sampai melempar remot televisi ke arah kakaknya.

"Chat Thalia aja deh suruh nemenin sekalian masakin makanan. Dia kan titisannya chef Junjun yang galaknya tiada tara."

"Hp mana Hp..." Valerie celingukan mencari keberadaan ponselnya yang tiba-tiba hilang. Jika sedang dibutuhkan, ponsel itu tidak terlihat. Jika sedang tidak dibutuhkan, tanpa dicari pun dia langsung ada di sebelah kita.

Setelah setengah jam mencari akhirnya Valerie ingat, ponselnya sedang disita kakaknya karena dia telah menghilangkan flashdisk yang isinya adalah banyak anime kesukaan kakaknya itu.

"Hueee abang tega, huee yang abang lakuin ke Valerie itu jahat." Valerie nangis Bombay sambil bertekuk lutut.

Valerie sadar menangis tidak menyelesaikan apa pun. Dia bergegas bangun dan menyambar handuk lalu segera mandi, lalu bersiap-siap dengan cepat.

Senyum sumringah yang Valerie terbitkan sejak mengunci seluruh pintu rumah mendadak hilang digantikan sorot kebencian.

"Ini kenapa sih tutup? Gue baru aja punya kegiatan selain rebahan di rumah!" Valerie menendang penutup toko kue yang terbuat dari besi berkali-kali menimbulkan suara nyaring.

"Tutupnya nggak bisa besok aja? Jangan pas gue mau makan gini dong." Valerie merengek di depan toko kue yang tutup sambil masih menendangnya tanpa takut dimarahi.

"Kasihan pintunya nggak ada salah lo tendangin. Kalo mau main bola jangan di sini, lapangan luas."  Terdengar suara laki-laki yang sekarang sudah sangat tidak asing bagi Vakerie.

Valerie menoleh, mukanya pun memanas teringat kejadian dikelas 11 IPA-1, kelas Danis.

"Kenapa?"

Valerie menggeleng kikuk.

"Gue tau gue ganteng, nggak usah gitu juga kali ngeliatinnya." Danis berkata kepedean.

Valerie sedikit heran. Danis itu ternyata sangat narsis. Sungguh sesuatu yang tidak publik ketahui. Valerie beruntung bisa melihat sisi Danis yang satu ini.

Jika suasana hatinya sedang bagus, Valerie tidak akan segan-segan berkata bahwa Danis memang tampan. Tapi karena sedang kesal, jawabannya jadi terpengaruh  "Nggak usah kepedean, ganteng darimana coba?"

Danis membuka sedikit mulutnya, sakit sekali rasanya, baru ini ada perempuan yang menyanggah ketampanannya.

"Ganteng si emang. Ngapain pake nanya. Nggak ngerti deh sama pikiran orang ini." Valerie bergumam lirih. Tapi percuma saja, Danis masih bisa mendengarnya.

"Tempat kue nya tutup." Valerie mencoba mengadu pada Danis.

"Nenek nenek salto juga bisa liat ini tempatnya tutup."

Valerie tidak sebal dengan jawaban Danis. Valerie lapar. Valerie ingin makan.

"Pergi ketempat lain sama gue."

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang