Dua Puluh Enam - Punya Valerie

159 48 1
                                    

Diemin aja, biar yang sirik makin sirik, yang benci makin benci.
Peduli gue apa?

-Valerie-

Bulir air berukuran besar-besar menimpa payung transparan bercorak bola-bola berwarna hijau tosca.

Akhir-akhir ini sering hujan, Valerie menatap langit dengan raut tanpa ekspresi.

Dia menyukai hujan tapi dia tidak menyukai rambutnya yang lepek jika terkena hujan, ditambah lagi dengan flu yang akan membuatnya sulit bernapas.

Sedikit lagi Valerie sampai di depan gerbang sekolahnya.

Valerie jalan kaki dari halte bus yang berada tidak terlalu jauh dari sekolahnya.

Dia harus berangkat menggunakan angkutan umum karena Kelvin tidak berangkat sekolah karena sedang demam.

Sebenarnya tidak harus menaiki angkutan umum, Valerie bisa saja membawa mobil ataupun motor yang ada di rumah.

Tapi Valerie tidak bisa mengendarai keduanya, kakaknya selalu melarang ketika dia hendak belajar mengendarai mobil ataupun motor.

Alasannya simpel saja, karena Valerie memiliki tubuh yang kecil dan terlihat tidak bertenaga.

Sangat kurang ajar memang kakaknya itu.

"Dikit lagi nyampe Val." Valeri bergumam menyemangati dirinya sendiri.

Pyaasss.

Valerie ternganga saat sebuah mobil melaju cepat melewati genangan di sampingnya.

"Basah kan gue!! Otak di mana si otak!!" Seru Valerie yang suaranya sudah pasti teredam oleh suara hujan.

Mobil tersebut berhenti dan kaca pengemudinya terbuka menampakkan wajah perempuan dengan riasan wajah yang berlebihan, yang diyakininya adalah kakak kelasnya.

"Ups ada upik abu!" Seru gadis di mobil tersebut bersamaan dengan tawa menyebalkan teman-temannya.

Valerie hanya menatapnya datar tanpa ekspresi, dia benar-benar malas jika harus berurusan dengan kakak kelasnya yang menurut rumor sangat menyebalkan.

Mereka yang berada di dalam mobil tertawa dan meninggalkan Valerie dengan pakaian basah dan kotor.

Valerie menghembuskan napasnya kuat-kuat.

Akan menjadi hari yang sial. Pikirnya.

.
.
.

Valerie dengan kesusahan membersihkan baju osis nya dari bercak air kecokelatan.

Tapi percuma, sudah dibersihkan dengan air sekalipun tetap saja kotor.

Valerie menyerah, dia menatap pantulan dirinya pada kaca toilet, dia sangat berantakan.

Valerie tidak berminat mengikuti pelajaran pertama, dia memilih menuju uks dan menenangkan pikirannya.

Valerie menunduk di bawah tatapan orang-orang yang menatap dirinya.

Pertigaan koridor belok kanan. Batin Valerie.

"Valerie." Panggilnya.

Valerie tidak berani menatap sapaan orang tersebut.

"Kenapa kotor begini?" Tanyanya khawatir.

Hatinya sesak ntah mengapa. Air menggenang di pelupuk matanya. Rasanya dia ingin berteriak sekencang-kencangnya.

"Nggapapa tadi hujan." Valerie menundukkan kepalanya.

"Bolos?" Tanyanya lagi.

Valerie menggeleng lemah.

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang