Enam - Kelasnya

404 105 0
                                    

Valerie membalik halaman selanjutnya dan memberi coretan asal di atas kertas dengan kesal. Terus dia lakukan sampai buku itu hampir habis.

Thalia menatap nanar ke buku tulis miliknya yang penuh coretan.

"Aduhh ya ampun Valerie Anastasya, itu gue baru beli barusan di koperasi, mana masih ngutang lagi." Ucap Thalia dengan lemas.

Valerie tidak menanggapi celotehan sahabatnya. Dia terus saja melakukan kegiatan unfaedah tersebut.

"Valerie, lo itu kenapa?? Gue tau lo gabut, lo kesel, lo laper, lo baper, lo caper, lo mager, tapi nggak buku gue juga yang jadi korbannya." Thalia sedikit berteriak, suaranya sudah menyerupai anak kambing yang terjepit.

Valerie berhenti dari aktivitasnya dan segera menghadapkan badannya ke arah Thalia dengan raut wajah datar.

"Kenapa??" Tanya Thalia sedikit cemas melihat perubahan ekspresi wajah Valerie.

"Gapapa!"

"Nggak jelas!" Thalia menoyor kepala Valerie. Setelah itu Valerie langsung menangis sejadi jadinya. Seluruh murid kelas 11 IPS 2 yang sudah hadir mendadak menoleh ke arah Valerie yang menangis.

"Wehh Thalia, si onta lo apain dah ampe nangis gini?" Ujar Tatang, cowok paling receh di kelas mereka.

"Onta nangis, nangisnya lemah humus bukan air hahaha." Celetuk Rio juga dengan tawanya yang membuat seluruh lemak di tubuhnya bergoyang-goyang.

"Si anjir otak lo didengkul? Di gurun mana ada lemah humus, dipermak dulu gih otaknya." Tatang menyahuti ucapan Rio.

"Yee sirik aja, sirik tanda tak mampu." Cecar Rio.

"Berisik lo pada! Gue yang nangis kalian yang repot, sungkem dulu sini ke gue." Ketus Valerie menatap keduanya dengan galak.

Valerie sering dipanggil unta karena rajin sekali minum air putih, sama seperti unta. Yang membedakan hanya Valerie tidak memiliki punuk, dan unta memilikinya.

"Gomensasi gomensasi" ucap Rio dan Tatang bersamaan sambil membungkukkan badannya.

"Gomenasai, ya Allah pengen ngomong kasar." Thalia gemas sendiri mendengarkan keduanya.

"Tau ah." Valerie memilih pergi meninggalkan kelasnya yang menjadi ribut sendiri.

Kenapa sih teman-temannya tidak ada yang bisa diajak serius. Bukan serius untuk yang ke sana ke sana. Tapi serius saja.

Valerie berjalan dengan santai di koridor saat seharusnya semua murid berada di kelas. Dia melihat Richard yang juga sedang berjalan ke arahnya.

Duh mampus gue, pak rica-rica jalan ke sini lagi. Batin Valerie dengan panik.

Valerie segera memutar tubuhnya hendak berlari secepat kecepatan cahaya. Tapi batal karena Richard segera memanggilnya.

"Hey kamu mau kemana?" Seru Richard menunjuk ke arah Valerie yang sedikit lagi hendak tancap gas untuk melarikan diri.

Valerie pura-pura menoleh ke kiri-kanan sambil memasang wajah paling bodoh se-galaksi bima sakti. "Eh, bukan saya kan, Pak?"

"Sudah cepat ayo masuk, sudah bel tapi kamu masih bengong di sini. Mau saya kasih nilai jelek di ulangan harian?" Tatapan Richard menusuk mata Vakerie dengan tajam. Tangannya sibuk seperti sedang mengusir anak ayam, dia menggiring Valerie agar masuk ke kelas.

"Tapi pak ini buk.." Valerie hendak mengatakan bahwa ini bukan kelasnya, tapi segera dipotong oleh guru itu.

"Sudah diam ayo cepat, nggak mulai mulai kelas saya ini."

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang