Sembilan Belas - Hilang Kabar

199 49 0
                                    

"Tiga hari, Tha.. tiga hari ..!" Valerie menghentikan langkahnya dan menatap Thalia dengan gusar.

"Hapwanyha thigwa hawri?" Tanya Thalia dengan mulut penuh sesak oleh keripik.

"Telen dulu kenapa sih baru ngomong." Valerie memukul pelan lengan Thalia.

"Danis nggak keliatan tiga hari." Valerie berdecak sedih.

"Telepon lah, Val. Kalo nggak samperin rumahnya susah amat." Thalia menelan makanan di mulutnya dengan susah payah.

Valerie menggeleng lemah. "Gue kan nggak tau rumahnya. Kalo telepon takutnya dia lagi sibuk."

"Suka-suka lo dah." Thalia ikut frustasi dan memilih untuk tidur.

Thalia sedang menginap di rumah Valerie, dia bilang dia takut di rumah sendiri karena orang tuanya sedang pergi ke luar kota.

Valerie ikut menghempaskan tubuhnya di sebelah Thalia. Dia memejamkan mata nya untuk meringankan kepalanya sebentar. Pikirannya dipenuhi banyak hal yang ganjil.

Danis yang tiba-tiba menjadi pacar nya, padahal setahun terakhir dia sudah susah payah mengaguminya dari jauh.

Bukannya dia tidak senang, tapi rasanya aneh saja.

Ditambah sekarang dia menghilang selama tiga hari.

Katakan saja Valerie berlebihan, tapi siapa juga yang tahan tidak mendapat kabar dari seseorang yang berarti untuknya.

.
.
.

"Valerie bangun udah pagi." Thalia menggoyangkan bahu Valerie agar bangun.

"Nggh ntar dulu." Gumam Valerie masih enggan membuka matanya.

"Yuk jogging, semalem lo janji mau temenin gue lari." Thalia terus menggoyangkan tubuh Valerie.

Valerie duduk dengan mata masih terpejam.

Thalia memencet hidung Valerie, sedetik kemudian Valerie membuka matanya gelagapan mencari pasokan udara.

"Bangun juga putri tidurnya." Thalia menepukkan tangannya merasa hebat karena berhasil membangunkan batu seperti Valerie.

"Hm." Valerie mengangguk dengan malas kemudian beranjak ke kamar mandi.

Valerie dan Thalia berlari di taman sekitar rumah Valerie. Mereka belum melakukan olahraganya karena gerobak bubur ayam seolah melambai-lambai minta dibeli.

"Katanya mau jogging tapi malah makan." Valerie kembali menyuap bubur ayam dihadapannya.

"Nanti abis isi perut." Thalia mendongak setelah menggigit kerupuknya.

"Abis jogging makan lagi?"

"Iya dong!" Ucap Thalia dengan semangat.

Valerie memutar matanya jengah.

Ajaib sekali sahabatnya itu, dia memiliki nafsu makan tinggi tetapi tubuhnya tetap ideal.

Lain hal nya dengan Valerie. Semakin dia makan, pipinya akan semakin membesar, sisi baiknya makanan itu hanya lari ke pipinya tidak ke tubuhnya yang lain seperti perut atau lengan.

Selesai makan mereka lalu benar-benar berolahraga. Tapi tidak benar-benar berlari, alih-alih berlari, baru lima langkah Thalia sudah terduduk lelah.

Valerie kembali menatap sahabatnya jengah.

Weekend indah milik Valerie diganggu untuk jogging tapi sekarang yang memaksanya sudah kelelahan.

Valerie melanjutkan putarannya saja dan memilih meninggalkan Thalia yang sudah membeli es teh di warung dekat sana.

Alur Terbaik [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang