🧡Kontrak Istri Jalur Afirmasi

46 4 0
                                    

Selamat datang di chapter 26!

Sebelumnya, author ingin minta maaf karena up nya lama. Abis author lagi sibuk ngurusin sekolah online yang tiada habisnya.

Soundtrack chapter ini adalah,
A Story Never Told||Sondia

Makna lagu ini tuh ngena banget buat jalan cerita IJA. Jadi, sebenarnya itu ada benih-benih cinta tapi mereka hanya belum menyadari dan mengakui saja. Penasaran? Yuk mari baca chapter ini dengan menyunggingkan senyuman manis.
🔸️🔹️🔸️

🔸️🔹️🔸️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦎🦎🦎

"Minta anak boleh?"

          PERTANYAAN Mas Mihun semalam masih saja berputar di kepalaku. Hal itu membuatku tidak fokus dengan apa saja yang aku kerjakan. Bahkan aku tidak sadar kalau sekarang tengah berada di meja makan bersama seluruh anggota keluarga.

"Jamie? Ngapain kamu? Cepat ambilkan makanan untuk suami kamu!" Omel Nenek Sarina, membuyarkan lamunan ku.

Aku pun segera menuruti perintahnya. Mengambilkan makanan untuk Mas Mihun. Sayangnya, yang aku lakukan ini justru membuatnya mengerutkan dahi. Awalnya ku pikir Nenek Sarina hanya aneh saja dengan sikap ku pagi ini. Tapi setelah dia berucap, "kenapa piring punya dia yang kamu isi Jamie? Dia kan adik ipar kamu!" Ucapannya itu membuatku sadar maksudnya.

Maksudnya bukanlah piring Mas Mihun melainkan piring Mas Mail, cucu kesayangannya. Huh! Aku yakin ini akibat aku terlalu memikirkan permintaan Mas Mihun semalam. Aku jadi lupa tentang kebohongan ini.

Usai sarapan, aku segera memisahkan diri dari anggota keluarga. Bahkan jika di hari biasa aku akan mencuci piring di dapur bersama para pelayan, kini aku malah melewatkannya. Sungguh aku juga tidak tau ada apa dengan diriku.

"Eh, ada nyonya! Pagi!" Tepat saat aku hendak melewati dapur, pelayan wanita yang dulu mengira aku pelayan menyapaku.

Menurutku dia pelayan yang cukup cantik. Ya, meskipun bertolak belakang dengan sikapnya yang agak galak padaku. Tapi kelihatannya pelayan ini mulai ramah denganku.

Tidak mau mengacuhkannya, aku pun membalas sapaannya dengan senyuman. Tadinya dia mau berlalu pergi kembali ke dapur, namun aku lebih dulu menahannya. Pikirku, ada bagusnya aku berkenalan dengannya. Selain mencairkan suasana dingin yang telah tercipta, aku juga ingin menambah teman di mansion ini.

"Kenapa kita tidak ngobrol saja?"

"T-tapi nyonya..."

"Jamie. Panggil Jamie saja ya!"

Awalnya dia menolak. Namun setelah ku layangkan bujuk rayuan padanya, akhirnya dia luluh juga. Kami pun duduk di kursi panjang tempatku meminum es dalam plastik dengan Liha. Lalu dengan riang aku membuka suara, memulai percakapan di antara kami.

ISTRI JALUR AFIRMASI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang