🧡Asisten Pribadi

40 5 0
                                    

          ANDAI saja Nenek Sarina tidak masuk ke ruang rawat Mas Mihun kemarin, mungkin saja aku gagal untuk menjalankan misi. Syukurlah kini kartu memori itu telah berada di tangan Ibunya Liha. Dan aku pun tidak perlu takut dia akan mengadukan rahasiaku pada Nenek.

Pagi ini aku bangun dalam keadaan masih ngantuk berat. Semua karena aku dibangunkan secara paksa oleh Tia. Dia bilang ada orang yang ingin menemuiku. Dan dia bilang ini sanggatlah penting.

Merasa penasaran siapa orang yang akan menemuiku, aku pun bergegas menuju ke tempat yang diarahkan oleh Tia. Tempat itu tidak lain dan tidak bukan adalah lapangan belakang mansion. Ya, jalan menuju gubuk tua tempat di mana aku hampir melenyapkan suamiku sendiri.
Suami sendiri? Sejak kapan Mas Mihun benar-benar aku anggap sebagai suami. Ah! Entahlah.

Setibanya aku di sana, aku langsung disambut oleh seorang wanita yang membelakangiku. Jika dilihat dari model rambut dan lekuk tubuhnya, aku dapat memastikan kalau dia adalah Luna.

"Luna?" Gumamku.

"Semudah itu ya aku di kenali olehmu?" Celetuknya, sambil berbalik ke arahku.

Memang benar dugaanku. Orang penting yang hendak menemuiku itu adalah Luna. Jika dia dengan sengaja datang ke sini, aku yakin dia hendak menagih kontrak itu. Mungkin hari ini aku akan melaksanakan misi selanjutnya.

"Jadi kedatanganku ke sini ingin memberimu satu misi. Misi ini sangat berpengaruh untuk kesuksesan misi terakhirmu. Jadi, kamu harus memenuhinya." Pinta Luna, kepadaku.

"Misi apa yang Luna maksud?" Tanyaku, penasaran.

Ketika Luna hendak menjelaskan misi yang ia maksud padaku, tiba-tiba terdengar langkah berderap mendekat kemari. Merasa seseorang sedang mendekat ke arah kami, Luna pun buru-buru pergi dari hadapanku.
Benar saja. Nenek Sarina lah yang datang menemuiku. Dia menggerutu kesal kepadaku, sebelum akhirnya membawaku kembali ke dalam mansion.

Dalam perjalanan kami menuju ke dalam mansion, Nenek Sarina tak henti-hentinya menjelaskan sesuatu yang penting di hari ini. Menurut penuturannya, akan ada seseorang yang ia sambut hari ini. Berturutan dengan hari ini, seminggu ke depan akan ada beberapa kandidat yang ia persiapkan untuk cucunya, Gavin.
Ya, Gavin atau yang kusebut Mas Mihun akan segera ia carikan calon istri. Lalu jika dipikir-pikir, aku ini apa?

Bukankah aku diminta menjadi istri Mas Mihun dengan cara baik-baik dulu. Ah tidak! Harusnya aku sadar betul kalau Nenek Sarina bahkan tidak tau aku ini cucu menantunya.
Ayolah Jamie! buanglah jauh-jauh perasaan yang akan menghambatmu menyelesaikan misi!

"Jamie, saya mau kamu yang mengetes kelayakan mereka menjadi istri Gavin. Dari mulai keahlian mereka, sampai kecantikan mereka, juga yang paling penting kepedulian mereka." Ujar Nenek Sarina, sambil berjalan di depanku.

Aku yang mendengar ujarannya pun terdiam. Benarkah? Aku yang akan mengetes calon istri untuk suamiku sendiri? Bisakah kalian bayangkan rasa sesak yang akan aku rasakan.
Tidak-tidak! Saat ini mementingkan perasaanku sendiri tidaklah penting. Yang terpenting aku hanya harus melaksanakan apa yang Nenek Sarina ujarkan padaku. Ketika hal ini telah usai, aku yakin tidak lama lagi aku akan pergi dari sini. Entah karena aku berhasil melaksanakan misi, ataupun karena rahasiaku sebagai Istri Mas Mihun yang terbongkar. Yang pasti, aku tidak akan menyerah.

Nenek Sarina bilang sore ini akan ada seseorang yang akan datang. Dalam pikiranku tentunya menjurus ke Mas Mihun. Karena menurut beritanya, ia sudah bisa pulang ke rumah hari ini. Entah mengapa berita itu sanggup membuatku tersenyum lebih lebar dari biasanya.

ISTRI JALUR AFIRMASI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang