🧡Epilog

176 6 0
                                    

Tibalah kita di ujung cerita, Oh iya, soundtrack epilog sama seperti Prolog ya, karena ini soundtrack utamanya readers.

          LIMA tahun setelah peristiwa penembakan Mas Mail, kini Mas Mail telah dimakamkan. Sementara Luna sendiri telah dipenjara. Dia selalu menangis saat aku mengunjunginya. Hingga akhirnya ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Sedangkan Ibunya Liha yang ketahuan mengambil aset Nenek Sarina pun sedang diproses hukum. Tinggallah Nenek Sarina dan ketiga cucunya di mansion.

Aku sendiri kini sedang menempuh pendidikan S2 di Thailand. Ya, di sinilah aku kembali mendapat pendidikan. Ingin tau kisahku setelah peristiwa penembakan Mas Mail? Jadi, aku akhirnya dapat bertemu dengan Bu Rita lagi.

Sebenarnya dia hanya dipindahkan ke rumah kontrakan lain setelah kembali dari rumah sakit oleh Luna. Tapi Luna melarangnya untuk menemuiku. Selain itu Luna memilih kontrakan yang aku tidak tau letaknya. Jadi, kami tidak dapat bertemu.

Selain dapat bertemu lagi dengan Bu Rita, aku juga kembali bersekolah. Semua ini atas bantuan Nenek Sarina. Dari mulai mengejar paket di SMP, SMA, S1, sampai aku dapat menempuh S2 di luar negeri, semua ia lakukan karena rasa terima kasihnya padaku yang telah menolong dia dari tembakan Luna. Juga telah mengungkap kejahatan menantunya.

Awalnya aku menolak. Namun karena ini memang apa yang aku inginkan  sejak lama, melanjutkan pendidikan dan mendapat pekerjaan yang layak untuk kehidupanku dan Bu Rita yang lebih baik. Maka aku pun bersedia menempuh pendidikan ini.

Di samping itu, aku juga tidak mau sering-sering bertemu dengan Mas Mihun. Meskipun kini dia telah lulus kuliah di kampus tempat aku bekerja dulu, tapi tetap saja kan ada kemungkinan aku akan berpapasan dengan dia sewaktu-waktu.

Bukannya aku membencinya, justru harusnya dialah yang membenciku kan. Hanya saja aku merasa kami ini tidak ada hubungan apa-apa lagi kan? Jadi, bukan masalah dia aku pergi. Juga bukan masalahku lagi kalau dia menikah dengan wanita lain.

Untuk Mba Echa, kini dia telah menjadi seorang Dokter di rumah sakit terkenal. Dia tidak lagi berpura-pura menyukai Mas Gewa lagi seperti dahulu. Dia juga sudah menjelaskan semuanya padaku, saat dia memintaku untuk mengumpulkan formulir pendaftaran calon istrinya dulu, ataupun hal lain yang sengaja ia lakukan atas perintah Luna. Bahkan nih, alasan mengapa aku yang menang di pendaftaran itu pun karena perintah Luna. Tapi aku tidak apa, karena itu hanya masa lalu kan.

Kembali ke masa kini, sekarang aku tengah berjalan di bandara dengan membawa serta koper berisi barang-barangku saat tinggal di Thailand. Karena kampus sedang libur, aku berencana untuk pulang ke Indonesia untuk menemui Bu Rita. Dan rencananya Bu Rita juga yang akan menjemputku di bandara Jakarta ini.

Tapi, agaknya kali ini Bu Rita berbohong. Bukannya Bu Rita yang aku temui saat berada di pintu keluar bandara, malah dia yang sudah berdiri tegak di sini. Jujur saja, dia semakin tampan sekarang. Bahkan cowok Thailand kalah tampan. Dia itu, kayak ada manis-manisnya.

“Gavin?” panggilku, menggunakan nama aslinya. Ya, sekarang aku lebih suka memanggilnya dengan nama aslinya. Karena aneh saja aku tetap memanggilnya dengan nama Mas Mihun. Atau ini karena aku semakin terpelajar.

“Gavin? Ke mana panggilan sayang kamu untuk saya Jamie?” tanyanya, aneh mendengarku memanggilnya demikian.

“Nama kamu kan Gavin, terus aku harus panggil apa?” tanyaku, berlagak tidak tau.

ISTRI JALUR AFIRMASI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang