23. YANG SEBENARNYA

940 118 6
                                    

Jisoo dan Wendy sama-sama terkejut. Terlebih Wendy yang tidak menyangka jika kekasihnya lah dalang dibalik semua ini. Wendy berusaha mendekati Minhyun tapi dengan cepat Jisoo menahannya.

"Hyun..." Hanya satu kata yang bisa keluar dari mulut Wendy, padahal ada banyak pertanyaan yang terlintas dipikiran nya sekarang.

"Ya, ini aku Wen. Pacar kamu. orang yang kamu sayang, aku juga sayang sama kamu. Sekarang aku kasih pilihan. Kamu bakalan dukung aku atau orang yang udah hancurin kebahagiaan ku?"

" Gue gak pernah berurusan sama lo Hyun. " dari belakang Jisoo berseru kepada Minhyun. Ia tidak pernah sekalipun mengganggu Minhyun, bahkan mengenal lelaki itu saja hanya karena ia kekasih Wendy.

"Oh ya?, Lo tau Emily itu siapa? Dia mama gue Jis. Dan lo! Seharusnya lo gak ngedukung mereka buat nikah. Papa lo udah ngerebut istri orang Jis!." Emosi Minhyun mendadak meningkat. Ia seperti orang kerasukan yang mengamuk tanpa alasan.

" Gak Hyun, papa gue gak pernah ngerebut istri siapapun. Tante Emily sendiri yang bilang kalau dia udah pisah sama suaminya bertahun-tahun yang lalu."

Tahun depan, papa Jisoo dan Tante Emily berencana untuk menikah. Sebagai seorang anak, Jisoo hanya bisa mendukung apa yang diinginkan papanya. Ia tidak egois dengan  mengharuskan sang papa tetap setia pada mendiang mamanya. Jisoo berpikir harus ada yang menemaninya di hari tua kelak. Sejak pertama kali mengenal tante Emily, Jisoo merasa wanita ini sangat cocok dengan papanya. Dan tampaknya mereka juga saling mencintai. Tidak ada alasan untuk Jisoo menolak pernikahan mereka.

Jisoo juga tau jika Tante Emily adalah seorang janda. Tapi seluk beluk keluarga lamanya memang tidak pernah diumbar. Jisoo rasa itu karena urusan pribadi jadi ia tidak pernah bertanya. Siapa sangka jika calon saudara tirinya adalah Minhyun.

"Papa gue masih cinta sama mama. Harusnya mereka masih bisa bersatu kalau gak ada papa lo. Gue benci lo sama papa lo yang udah hancurin mimpi gue." Minhyun beralih ke belakang, dimana semua teman-temannya diikat.

"Dan lo Yong, lo bisa gak sih gak ganggu hidup gue juga. Harusnya gue yang dapat beasiswa itu, harusnya gue yang ke Milan! Asal lo tau, papa ngurung gue dikamar tanpa makanan berhari-hari, gue dicambuk,dipukuli. Gue dibilang anak yang gak guna. Gue dibilang pembawa sial." Lirih Minhyun, air matanya menetes tanpa diminta. Ekspresi wajahnya penuh dengan rasa sakit. Doktrin dari sang papa cukup membuat mental Minhyun turun sejadi-jadinya.

" Tapi gara-gara lo, gue gak bisa buktiin untuk jadi anak yang berguna!" Minhyun menghajar Taeyong tanpa ampun. Dan Taeyong hanya menerimanya tanpa berniat melawan. wajahnya sudah babak belur tapi ia harus mengulur waktu.

Sebentar lagi

Dan benar saja, tak lama setelah itu 2 kapal pesiar, satu helikopter dan 4 kapal polisi datang secara bersamaan. Irene tersenyum lega. Akhirnya yang dinanti datang juga.

Kelompok bertopeng itu mulai kalang kabut, mereka berusaha melarikan diri. Tapi satu hal yang mereka lupakan. Sekarang mereka berada di sebuah pulau yang jelas akan mudah menemukan mereka sebaik apapun bersembunyi.

Kapal tersebut menepi secara bersamaan, dengan cepat keluarlah puluhan lelaki berjas hitam mulai mengejar mereka. Dari sekian banyak orang yang turun, Jisoo mengenal 4 orang disana. Suho, Naeyon, tante Emily dan juga papanya, Tapi ia terfokus pada seorang lelaki paruh baya yang berada dibelakang mereka dengan tangan terborgol.

"Sayang..." Ucap tante Emily kepada Minhyun, wanita itu hendak berjalan kearah Minhyun tapi lelaki itu malah menodongkan pistol kepadanya. Dengan sigap papa Jisoo menarik tante Emily ke belakang.

"Gak, lo bukan mama gue! Mama gue udah mati. Mama gue gak mungkin ngebuang gue gitu aja. Gue gak pernah punya mama jahat kayak lo!."

Lelaki yang diborgol tadi hanya tertawa dengan keras. Ia merasa senang didikannya kepada Minhyun berjalan dengan baik.

" Mama gak pernah buang kamu sayang, Mama cerai sama papa kamu karena dia selalu kasar sama mama. Dia selalu mukulin mama. Waktu itu mama kabur juga sambil bawa kamu, tapi orang suruhan papamu yang misahin kita. Kamu percaya sama mama kan nak?" Sekali lagi, tante Emily mendekati Minhyun. Wanita itu memeluk Minhyun dengan erat, berusaha menyalurkan kerinduan seorang ibu yang bertahun-tahun tidak bersua.

Hati Minhyun menghangat, ia sungguh merindukan pelukan seorang ibu. Dirumah, ia tidak mendapatkan sedikitpun kasih sayang dari papanya. Minhyun memeluk ibunya dengan sangat erat.

"DASAR ANAK TIDAK TAU DIUNTUNG! LEPASKAN! BIAR SAYA BUNUH ANAK ITU! " Papa Minhyun memberontak. Ia sungguh kesal, rencananya berantakan. Tante Emily yang mendengar itu pun bergegas mendekatinya dan menamparnya telak. Hati ibu mana yang tidak sakit mendengar anaknya ingin dihabisi oleh ayah kandungnya sendiri.

"Kamu yang harusnya mati!, Kamu psikopat gila! Apa gak cukup kamu selalu nyiksa aku. Kamu sanggup nyayat badan aku, kamu sanggup mukul aku. Kamu bahkan sanggup menenggelamkan aku di kolam." Ucap Tante Emily panjang, air matanya menetes mengingat rumah tangganya dulu.

" Aku sayang kamu Ly, Kamu harus terus bersamaku. Kalau aku gak bisa miliki kamu, orang lain juga gak boleh miliki kamu." Dengan cepat papa Minhyun mengeluarkan dua pistol dari balik pakaiannya. Ia menembaki orang yang tadi menjaganya.

"HAHAHA, mati kalian semua!. Dan sekarang kamu Ly, kamu gak boleh dimiliki siapapun. Kamu hanya milikku."

DOR

Suara tembakan terdengar, tapi suara itu bukan berasal dari papa Minhyun, melainkan polisi yang berada di helikopter. Papa Minhyun tertembak tepat di perutnya, Tubuhnya terjatuh lunglai dan cairan merah mulai keluar dari perutnya.

______________________________________

Beberapa kapal dan helikopter sudah lebih dulu pergi untuk membawa korban yang terluka parah, seperti papa Minhyun, dan juga Taehyung.

Sedangkan sisanya masih berada dipulau guna dimintai penjelasan. Minhyun sekarang telah diborgol dan dijaga oleh dua orang bodyguard. Takut sewaktu-waktu Minhyun kembali mengamuk.

"Hyun, lo kan yang nabrak adik gue waktu itu." Ucap Naeyon tepat dihadapan Minhyun. Minhyun hanya tertunduk dan mengangguk.

"Maafin gue Nay, waktu itu gue cuma pengen gak banyak yang ikut kesini. Sekarang dia gimana?"

Sebenarnya Naeyon sangat marah, tapi mendengar cerita tadi membuat hatinya luluh. Sesulit itukah kehidupan Minhyun bersama papanya?

" Hmmm. Untungnya dia sekarang baik-baik aja. Dan lo tau? Mau gimanapun lo tetep harus bertanggung jawab."

Wendy yang mendengar dari belakang hanya tersenyum miris. Berarti luka dilenganya waktu tu memang karena jatuh dari motor, tapi bukan untuk belajar dan mengajaknya jalan-jalan. Melainkan karena berniat mencelakakan  seseorang. Apakah Minhyun tidak pernah sekalipun mencintainya?


______________________________________


Harusnya bagian ini terpisah jadi 2 chapt, tapi karena berasa terlalu terbelit-belit jadi disingkat, walaupun hasilnya malah jadi kayak gini.

Hhuhuhu maapin yakk 😌😌

Btw besok ending yayyyy🤸🤸🤸

BACK OUT [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang