Orang beradab selalu meminta maaf jika berbuat kesalahan.
-Raden Abimanyu
***
Dering ponsel mengejutkan Abi yang tengah menyibukkan diri dengan tugas fisika. Ini adalah waktu untuk istirahat bagi semua murid, namun tidak bagi Abi.
"Apa?"
"..."
"Ya."
Telepon terputus sepihak oleh Abi. Memang sesingkat itu dirinya berbicara. Ia adalah orang yang tidak suka berbasa-basi.
Abi pun berdiri dari duduknya. Kacamata bulat yang mendampinginya selama mengerjakan tugas pun ia selipkan di saku celana. Kacamata itu memang jarang digunakan Abi, tapi selalu di bawa olehnya kemana-mana.
Lima langkah keluar dari kelas, pemuda itu dikejutkan dengan gerakan tiba-tiba di saku celananya. Ia menoleh, ternyata kacamata yang semula di sakunya telah diambil tanpa izin oleh siswa di belakangnya.
Siswa dengan tubuh 15 senti di bawah Abi itu meneliti kacamata yang diambilnya. "Gue perhatiin ini kacamata lo bawa terus," Arka -nama siswa itu- beralih menatap cowok tinggi di depannya, "berharga ya?"
Abimanyu memandang Arka tak suka. "Balikin," perintahnya yang mengundang smirk Arka terukir.
"Lo mau ini?" Arka mengangkat kacamata Abi, "ambil kalau bisa," ucapnya meremehkan.
Terjadilah perebutan kacamata di sana. Abi bergerak cepat untuk mengambil kembali barangnya, tapi Arka jauh lebih gesit untuk menjauhkan Abi dari kacamatanya.
Namun, bukan Raden Abimanyu namanya jika ia kehabisan akal. Dengan sigap ia meraih tangan bebas Arka guna menahan pergerakannya dan tangan Abi yang lain berusaha menggapai kacamatanya.
Rupanya Arka telah lebih dulu menebak pergerakan Abi sehingga dengan cekatan ia melempar kacamata itu ke arah temannya, Aska, dan berseru, "Ka, tangkep!"
Aska yang belum siap dengan operan tiba-tiba dari Arka pun kelabakan. Spontan kedua tangan Aska terangkat ke atas berupaya menangkap kacamata yang melayang di udara.
TAK!
Aska gagal menangkapnya. Otomatis kacamata Abi terjatuh di lantai sehingga menimbulkan retakan di kedua lensanya.
Entah Abi, Arka, maupun Restu, yang sedari tadi menyaksikan perebutan kacamata itu, sama-sama melongo. Kacamata itu terjatuh tepat di belakang tumit Aska namun rupanya hal itu tidak disadari oleh Aska. Hingga akhirnya,
KRAK!
Aska melangkah mundur sehingga tumitnya menginjak salah satu lensa kacamata Abi. Hal itu menyebabkan lensa yang tadinya retak menjadi pecah.
"Aska stop!" Pekik Abi.
Bodohnya, Aska belum menyadari apa-apa. Karena ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, kaki Aska yang lain ikut mundur. Sehingga,
TAK!
Frame Abi patah terinjak kaki Aska. Sontak saja Abi berjalan cepat ke arah Aska dan mendorong lelaki gemuk itu menjauh dari kacamatanya. Abi berlutut, memungut satu per satu lensa kacamata yang terpencar dan menghimpunnya dalam satu sapu tangan, sedangkan frame yang patah ia simpan kembali dalam saku seragamnya.
Abimanyu kadung tersulut emosi. Dengan gerakan secepat kilat ia berdiri, berbalik, dan, menghajar Arka sekeras-kerasnya. Saking kerasnya hingga Arka terjatuh tak kuat menahan serangan tiba-tiba itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Math
Teen FictionNiat awal membuat cemburu Arka berakhir menjadi rasa sayang terhadap Naya. Raden Abimanyu, cowok jangkung yang terkenal akan kemampuannya berpikir logis dan matematis. Suatu hari ia mengetahui jika Arka menyukai seorang gadis secara diam-diam. Persi...