BAB 8

46 9 3
                                    

Ngomongnya mau move on, tapi barang dari mantan masih dikekepin mulu.

-Natusya Kiara Resky

***

Suara dari beberapa siswi mendominasi seluruh sudut koridor. Jam istirahat kedua siang ini, dipilih oleh mereka untuk duduk santai di teras kelas sembari berbagi cerita satu sama lain. Ada yang duduk di bangku, ada juga yang duduk di lantai tanpa alas saking santainya.

Keramaian itu perlahan menyusut kala seorang pemuda dari arah koridor kelas 11 muncul. Kehadirannya cukup menarik perhatian beberapa siswi di sana. Pasalnya pemuda itu datang dengan keadaan kacau. Seragam berantakan, rambut awut-awutan, luka lebam di beberapa area wajah, dan luka sobek di ujung bibir.

Kelas 10 IPS 3 adalah tujuan pemuda itu. Ia berhenti tepat di depan pintu kelas dan kebetulan ada dua orang siswi di sana. "Kia mana?" tanya Abi, si pemuda itu.

"Kia siapa, Kak?" tanya balik salah satu siswi dengan rambut kuncir kuda.

"Kiara," balas Abi, datar.

"Kiara?" ulang kedua siswi di depan Abi. Keduanya saling bertatapan. Mencoba menerka siapa sosok Kiara yang dimaksud oleh cowok di hadapan mereka.

"Perasaan di kelas ini nggak ada yang namanya Kiara, Kak," terka siswi berkerudung.

Abi mengernyit, "Masa sih? Coba diinget lagi. Gue nggak mungkin salah kelas."

"Iya, Kak, bener. Di sini emang nggak ada yang namanya Kiara," setuju si cewek kuncir kuda.

"Nggak. Pasti ada."

"Kak, kita nggak ngasal. Nggak ada Kiara di kelas ini." Ucap gadis berkerudung sangat yakin.

"Ada," Abi keras kepala. Kedua bola matanya bergerak untuk mencari sosok Kiara di dalam kelas, "Kia ... Kiara ..." Panggilnya.

"Tuh kan, nggak ada yang nyahut." Dalih si cewek kuncir kuda.

"Natusya Kiara Resky!" Pekik Abi yang berhasil membuat banyak pasang mata menoleh ke arahnya.

"Woi," seseorang yang berseru dengan santainya itu membuat Abi dan kedua siswi tadi menoleh bersamaan.

Rupanya Kiara. Ia berdiri di depan pintu kelas 10 IPS 2 dengan segelas boba di tangannya. "Salah kelas, lu," ucapnya santai.

Abi yang menyadari kebodohannya itu kembali menatap kedua sisiwi di depannya. "Oh," lelaki itu tersenyum kaku, "sorry."

Kemudian cowok itu berlalu menghampiri Kiara. Kehadirannya mendapat tatapan bertanya dari gadis itu. "Kenapa, nih?" Kiara memegang kedua sisi rahang Abi menggunakan satu tangannya lalu memalingkan wajah cowok itu ke kanan dan ke kiri, melihat dengan detail luka di wajah Abi.

Abi menyingkirkan tangan Kia dari wajahnya. "Ikut," titah Abi kemudian berjalan mendahului Kiara.

Sekarang keduanya berada di taman sekolah. Mereka duduk di bangku putih memanjang yang terletak di bawah sebuah pohon besar.

"Kenapa?" tanya Kia to the point.

Rahang Abi mengeras ketika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. "Kacamata gue rusak."

"Mana?"

Abi memberikan sesuatu yang digengamnya dari tadi kepada Kiara. Setelah menerimanya, Kiara membuka bungkusan yang diberikan Abi dan menemukan pecahan lensa di dalamnya.

"Frame-nya juga patah," Abi memberengut sembari melipat kedua tangannya di depan dada, "coba aja kalau tu anak brengsek nggak ngambil kacamata ini, pasti masih utuh."

MathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang