Pada Satu Cinta

1.6K 145 185
                                    

Jinan terpaksa menerobos hujan lebat yang mengguyur ibu kota pada Sabtu malam itu. Tempat yang ditujunya masih sejauh 200 meter lagi. Ia merapatkan jaketnya kemudian berlari secepat mungkin.

"Aish basah deh!" gerutunya setelah sampai di tempat tujuannya.

Sembari menggerutu, matanya sibuk menyisir tempat tersebut untuk mencari seseorang. Dan akhirnya matanya menangkap sosok bidadari tak bersayap tengah celingukan, pasti gadis itu mencari dirinya. Ia segera menghampiri gadis tersebut.

"Bolot.." sapa Jinan sambil tersenyum memamerkan gigi kelincinya.

"Heh?! Kok kamu basah kuyup gitu? Nyemplung dimana?" tanya si bolot.

"Ah, itu tadi ready go go-car nya mogok di ujung situ. Mau persen yang baru tapi nanggung. Jadi yaudah lari aja." jelas Jinan.

Si bolot alias Cindy Hapsari menatap manusia di sampingnya yang tengah melepaskan jaket yang sudah setengah basah itu. Baper banget, baper si Cindy digituin doang. Ngga baper doang sih, ngerasa bersalah juga.

Ya gimana, orang sebelum ini tuh Cindy habis bohong sama Jinan. Eh sekarang anaknya melakukan hal yang membuatnya mlyt. Jujur, Cindy lebih sering baper dengan apa yang Jinan lakukan daripada apa yang Jinan katakan. Dia kalo ngomong menurut Cindy biasa aja, tapi kalo ngelakuin sesuatu keliatan tulus banget. Cindy jadi sayang. Aku juga, he.

"Aku udah pesen lagi nih, ayo kita.."

Grep!

"Eh?! Nanti kamu basah!" Jinan kaget karena tiba-tiba Cindy memeluknya.

"Makasih." katanya.

"Ah, iya sama-sama. Lepas aja nanti kamu ikutan basah, dingin. Nanti enter wind." kata Jinan.

"Kalo enter wind, ya tinggal minum reject wind." balas Cindy sambil mengeratkan pelukannya.

Jinan ketawa. Cindy juga ketawa. Yang baca juga ketawa. Semesta pun tertawa.

Jinan membalas pelukan Cindy. Kangen juga seminggu ngga ketemu dia. Cindy sibuk teater, Jinan sibuk skripsi. Seminggu cuma bisa vidcall doang. Untung gratis, ngga kayak kalian. Hehe jangan iri, jangan iri dengki. Cepet beli tiket, tar kehabisan katanya rindu.

"Cindy? Kamu nangis?" tanya Jinan ketika ia mendengar isakan kecil dari gadis di pelukannya itu.

Cindy menggeleng.

"Kenapa? Ada yang apa-apain kamu ya tadi?" tanya Jinan lagi, Cindy kembali menggeleng.

"Terus kenapa?"

"Mau sama kamu." jawab Cindy pada akhirnya. Ngga nyambung emang.

Jinan hanya menghela nafasnya. Cindy memang suka tiba-tiba seperti ini. Bikin Jinan bingung aja. Repot banget emang ya wanita.

"Yaudah yuk pulang. Bapaknya udah nyampe." ajak Jinan.

"Mau ikut kamu. Pulang ke rumah kamu." kata Cindy sambil melepaskan pelukannya.

"Iya. Udah ijin ke Mama?"

"Belum."

"Yaudah nanti aku aja yang minta ijin. Yuk!"

Jinan meraih tangan Cindy untuk ia genggam. Keduanya berjalan beriringan menuju mobil online yang tadi telah dipesan oleh Jinan.

"Maaf Pak, ubah tujuan ya. Ngga jadi ke Depok, jadinya ke (gatau Jinan tinggal di Jaksel bagian mana)." kata Jinan.

"Siap, Mbak!" ucap sang driver.

Sepanjang perjalanan yang Cindy lakukan hanya memeluk Jinan sambil menangis. Jinan yang sudah kehabisan akal agar Cindy berhenti menangis kini hanya bisa memeluk dan mengusap lembut rambut gadis manis itu hingga tertidur.

Lacerta agilisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang