Please Wait for Me

1.6K 141 163
                                    

Tak pernah ada yang merasa baik-baik saja ketika kehilangan, dan tak pernah ada satupun orang yang benar-benar siap untuk kehilangan. Namun ini hidup yang akan terus berjalan. Waktu akan terus bergerak, bahkan saat kamu diam.

Seorang gadis cantik dengan rambut cokelat yang tergerai dengan indah itu baru saja selesai menjalani kegiatan pertamanya pasca berduka. Dan orang pertama yang berkegiatan bersamanya adalah sang degem.

Tadi mereka dijadwalkan untuk live streaming acara main game, namun bukan game online seperti biasanya.

Gadis tersebut menarik nafas lega ketika semuanya berjalan dengan baik. Sungguh, meskipun rasa sedih itu masih ada, ia bersyukur akan adanya seseorang. Seseorang yang tak pernah gagal membuatnya tertawa.

"Cindyyyy, udah gantinya?" tanya makhluk jelmaan kadal.

"Udah. Kamu kenapa ngga ganti?" tanya Cindy.

"Iya sebentar. Tadi makan dulu, laper."

"Tadi ke sini belum makan?"

Jinan menggeleng. Ia kemudian duduk di samping Cindy.

Plak!

"Adaawww!" pekik Jinan. Iya, sikunya habis digeplak oleh Cindy.

"Kenapa bisa memar-memar gitu?" tanya Cindy sambil melotot.

"Ah, emh-anu, i-itu aku jatuh dari tangga."

"Tangga di rumah?"

"Ular tangga hehehe.."

Cukup, Cindy emosi! Langsung ia tarik telinga Jinan hingga pemiliknya menghadeh.

"Aaaaaa sakiiit!" rengek Jinan.

"Aku udah liat pas kamu ke rumah waktu itu. Tapi karena aku lagi ngga baik-baik aja jadi aku diem." kata Cindy.

"Maaf." Jinan nunduk aja. Takut.

"Bisa ngga kamu hati-hati? Baru ngga ketemu beberapa hari aja udah bikin ulah!"

"Ya kan aku ngga sengaja jatuhnya."

Cindy menghela nafasnya. Tidak ada manfaatnya mengomeli Jinan saat ini. Anaknya juga sudah babak belur. Ia memilih untuk meninggalkan Jinan, lalu ke dapur untuk mengambil air dan es batu.

Lima menit berselang Cindy kembali lagi duduk di samping Jinan. Ia hanya diam sambil membasahi sebuah handuk kecil dengan air es yang ia siapkan tadi.

"Sini liat." Cindy mulai lembut.

Jinan mengulurkan tangannya, Cindy langsung mengompres siku dan lengan Jinan yang memar itu.

"Lain kali hati-hati."

"Iya. Makasih."

"Ngga usah bikin orang khawatir terus!"

"Iya, maaf."

Cindy dengan telaten mengompres memar-memar tersebut. Ia sedih melihat seseorang yang disayanginya seperti ini. Bayangkan, sudah seminggu yang lalu Jinan jatuh. Tapi lukanya masih ada, lalu bagaimana saat Jinan jatuh? Sepertinya lukanya lebih parah.

"Aaaaaaa Cindy pelan-pelan." teriak Jinan.

"Mleyot banget diginiin doang!" Cindy malah semakin menekan kompresannya pada memar Jinan.

"Makanya kalo turun tangga tuh satu-satu!" Cindy ngegas.

"Satu-satu mah aku sayang Cindy!"

"Becanda sekali lagi aku pukul nih!"

Jinan menutup mulutnya rapat-rapat. Tapi sambil senyum-senyum sih.

"Cantik banget deh kamu."

Lacerta agilisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang