Gadis bergigi kelinci itu mengacak rambutnya frustrasi. Bisa-bisanya ia mengirim foto "kasih tak sampai" nya itu pada Cindy. Lihat sekarang, Cindy ngamuk sudah tiga hari.
"Hmm gue harus nyogok Cindy pake apa ya? Pake cinta kali ya? Dia kan bucin." gumam gadis itu
Tanpa pikir panjang, Jinan langsung bersiap. Mengganti bajunya dan ijin pada orangtuanya untuk menemui sang pacar.
Sesampainya di rumah Cindy, Jinan langsung menuju pintu rumah tersebut dan mengetuknya.
"Assalamualaikum." ucap Jinan.
Tak lebih dari lima menit terdengar sahutan dari dalam, setelahnya pintu terbuka. Nampaklah seorang pemuda berdiri di hadapannya dengan menggelengkan kepala.
"Ckckck.. ini nih biang kerok adek gue ngerem doang dalem kamar." ucap seseorang tersebut dengan wajah sok garang.
"Iye, Bang. Ini mau minta maap." balas Jinan.
"Halah gaada! Minta maaf diulang mulu."
"Ya belajar aja harus diulang biar bisa paham. Minta maaf juga lah."
"Ngga gue restuin lo sama adek gue."
"Gapapa si, Bang. Kalo Om sama Tante restuin juga Abang yang kalah."
"Bener-bener ye. Pulang sana!" usir pemuda tersebut yang tak lain adalah kakaknya Cindy.
"Tolongin napa, Bang. Abang mau tanggung jawab emang kalo saya kangen dia." melas Jinan.
"Kagak ada ya, Bulet! Lo udah bikin Cindy nangis mulu. Pulang!"
"Gamau. Saya pulangnya kalo Cindy yang nyuruh."
Jinan lalu duduk santuy di kursi teras rumah Cindy tanpa memedulikan kakak dari sang kekasih yang terlihat sangat dongkol padanya.
"Yaudah." kakak Cindy bersiap menutup pintu.
Namun sebelum pintu sepenuhnya tertutup Jinan berseru.
"Cindy, Jinan kangeeen!""Berisik banget, heran." dumel kakak Cindy mendengar seruan Jinan.
"Siapa, Bang?" tanya Cindy menghampiri kakaknya sambil menggendong, Lucky.
"Tukang servis AC." jawab sang kakak.
"Cindyyyy, maafin Jinan!" seru Jinan lagi.
"Kang AC suaranya mirip banget sama si kadal, Bang."
Kakak Cindy menarik nafas lelah. Bolot dan lemotnya sang adik memang luar biasa. Sudah jelas-jelas Jinan tadi menyebut namanya sendiri.
"Dahlah bodo, Cin." sang kakak berjalan meninggalkan Cindy.
Karen penasaran, ia membuka pintu rumahnya guna melihat siapa yang ada di luar. Seketika ekspresinya datar melihat orang tersebut.
"Cindy, Jinan minta maaf ya. Iya Jinan salah. Harusnya ngga simpen foto Devi. Dah dihapus kok. Nih cek aja kalo ngga percaya."
Jinan menyerahkan ponselnya pada gadis di hadapannya, tapi gadis tersebut diam tak merespon.
"Enak banget jadi kucingnya, dipeluk-peluk, dielus-elus pula. Lah gue? Diambekin teroooosss."
"Cindy, jangan ngambek lagi. Kangen."
Cindy masih diam. Oke Jinan punya ide brilian. Jinan menjitak kepala kucing oren Cindy hingga kucing tersebut nampak kaget dan meloncat turun dari gendongan sang pemilik.
Cindy ikut kaget ketika Lucky terlepas dari pelukannya, tapi yang membuatnya lebih kaget adalah manusia jelmaan kadal itu kini berada di pelukannya, menggantikan Lucky.