Bab 07

327 56 12
                                    

Eijun dan dua anak yang digendong di depan serta belakang tengah menjadi perhatian para penonton yang hadir di stadion baseball nagoya. Bagaimana tidak, Eijun mengenakan sweater tebal berkerah tinggi hampir menutupi mulutnya, memakai kacamata hitam besar dan mengenakan topi yang dalam, Hampir tak memperlihatkan wajahnya. Junya tak kalah mencurigakan, anak itu digendong di depan, memudahkannya untuk dipeluk oleh Eijun dengan topi hangat yang menutupi seluruh dahi hampir ke mata, memakai kacamata hitam bulat untuk anak, tak lupa masker anak yang menutupi mulut dan hidung anak itu, hingga mirip dengan Eijun yang tak terlihat wajahnya.

Hanya Misa yang normal untuk pakaian anak musim semi. Misa memakai kaos merah dengan celana kain yang tipis berwarna putih. Ia tak memakai apa pun yang menutupi wajahnya, hingga mata coklat emasnya terlihat besar dan cerah begitupun senyum manis anak itu. Duduk tenang di gendongan belakang.

Selain membawa anak-anak, Eijun juga membawa tas besar. Itu adalah peralatan medis darurat Jun'ya, itu membuatnya semakin aneh. Dengan penampilan seperti orang-orang yang melihatnya akan berpikir bahwa ia adalah teroris yang akan meledakan stadion.

Eijun membeli lima tiket vip, dimana ia dapat melihat sisi kiri lapangan yang jika para pemukul mencetak homerun kemungkinan mendapatkan bola homerun akan besar. Eijun membiarkan dua kursi di belakangnya kosong dan kiri kanannya, menyebabkan ruang yang cukup untuk menarik perhatian.

"Misa sayang, mau turun?" Eijun bertanya dengan suara lembut teredam oleh keras bajunya.

"Yaa!!" jawab Misa dengan semangat.

Eijun tersenyum, ia duduk di bangku tengah dan membuka tali untuk menggendong Misa. Misa yang bisa bergerak pun dengan sedikit bantuan Eijun keluar dari gendongan dan pindah ke sisi kiri bangku kosong.

"Papa, kapan Miyuki kelual?" anak itu bertanya dengan mata mengarah ke lapangan baseball yang masih kosong, ini baru pembukaan stadion, sementara pertandingan akan dilakukan setengah jam lagi, para pemain muncul mungkin sepuluh dua puluh menitan lagi.

Eijun tersenyum sebelum menjawab. "Dia belum datang, sayang. Lagian yang lain juga belum datang."

"Ma~ boleh Misa turun, Misa ingin lihat dali pakal..."

Eijun mengerutkan dahi, ia tahu anak perempuannya lebih pintar bicara tapi sulit mengajarkan sesuatu yang baru. "Papa, sayang. Jangan jauh-jauh. Lihat batas kursi kosong kiri kanan papa? Jangan lebih dari sana, ya."

Misa mengangguk semangat dan berlari ke pagar yang cukup tinggi. Karena ini vip tak akan ada orang bergerombol untuk menonton di pinggiran pagar pembatas, jadi cukup aman membiarkan Misa bermain di pinggiran.

Eijun meletakkan tas besar di bangku kiri dan gendongan Misa di bangku kanan agar tak ada orang yang dapat duduk di sana. Bangku belakang tak masalah, toh tidak akan ada yang tertarik dengan bangku kosong di belakang. Lagipula itu cukup jauh darinya.

Eijun melihat ke Jun'ya yang duduk tenang di pangkuannya sambil melihat saudaranya yang sedang bermain-main. "Junya sayang, ingin main juga?"

"Ia, ju.ya main..." jawab Jun'ya.

"Kalau begitu segeralah sembuh, patuhi apa kata paman dokter. Setelah itu papa akan mengajak kalian terbang dan tinggal di negeri di atas awan." Eijun melihat ke diamond yang akan jadi tempat bagi dua lawan bertanding. Ia rindu berdiri di sana, ia rindu debaran sebelum berdiri di pusat diamond. di gundukan itu selalu menjadi semangatnya, perasaan itu tak mungkin terlupakan. Namun tak sekuat perasaan kecilnya pada dua makhluk kecil yang akan tumbuh dewasa, ia ingin melihat mereka tumbuh seperti pohon kecil menjadi pohon besar yang kokoh dan kuat, Untuk itu. Ia rela membuang semua mimpinya, kekasihnya, keluarganya.

Single parent EijunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang