BAB 12

309 41 4
                                    

Eijun dan Teri kembali ke stadion saat inning keempat dimana Miyuki sudah bermain, Misa sangat senang saat melihat Miyuki, entah kenapa. Eijun selalu berkata bahwa Miyuki pemain hebat dan jenius namun ia tak pernah berbicara tentang Miyuki pribadi.

Eijun memakai kacamatanya lagi dan itu cukup menyembunyikan tatapannya yang merindu. Ini kali pertama setelah dua tahun lebih tak melihat pujaan hatinya, jadi fokusnya selalu pada sosok empat mata itu.

Sekarang giliran Miyuki yang memukul, ini inning keenam dan jika tom Miyuki bisa memasuk dua dari tiga pemain yang ada di base maka ini inning terakhir yang dimainkan,

Battery lawan sudah bersiap untuk melempar. Miyuki juga memasang kuda-kuda, bersiap untuk memukul bola. Lemparan awal tak terpukul namun itu keluar, lemparan kedua out, dan saat lemparan ketiga ini adalah saat Miyuki serius, lemparan itu terpukul jauh, itu homerun yang terbang melambung.

Eijun melihat bola menuju ke arah mereka, memang Eijun memilih duduk di sini karena pasti jika Miyuki homerun maka bola lebih mengarah ke sini, tidak seratus persen benar tapi itu terbukti. "Misa-sayang. Tetap di sana dan bersiap tanggap bola itu."

Eijun memberi arahan pada anak perempuannya. Banyak orang yang menginginkan bola homerun dan mendapat tanda tangan pemainnya itu kebiasaan tim miyuk. Ada banyak orang menunggu namun mereka tak tahu dimana bola akan jatuh. Orang-orang hanya berkerumun di depan, Misa berada di belakang Eijun. Berdiri di bangku mengenakan sarung tangan penanggap dan siap untuk menangkap bola.

Dam bola itu melambung tinggi masuk ke area penonton dan tepat jatuh ke tangan kecil. "yay! Misa dapat."

"Selamat." Eijun tersenyum.

"Wah... hebat sekali... eh, kamu ingin tanda tangan ?" Teri memuji.

"Bisa?"

"Tentu saja, setelah ke berlari ia kesini untuk memeriksa jika ada yang menemukan bola dan ingin tanda tangan, kamu mau?" Teri menjelaskan.

"Kelen.... Misa mau. Mama." mata anak itu berbinar dengan senang.

"ya, boleh." Eijun berdiri dan mengajak Misa dan Jun'ya ke bawah, ke barisan pertama bangku. Eijun tak ingin dikenali namun ia juga ingin Miyuki melihat anak-anaknya walau hanya sekali, ingin Misa dan Jun'ya tahu wajah ayahnya dari dekat .

Eijun menarik kerah bajunya hingga hidung. Melihat kebawah, di lantai bawah penonton bisa menyapa para pemain. Jaraknya tak begitu tinggi.

Benar kata Teri, Miyuki berlari ke arah penonton dan seakan mencari sesuatu. Jun'ya menundukkan badan, menyamakan tingginya dengan Misa. "Pergilah, berteriaklah bolanya ada di tanganmu, tuntukan bolanya."

Eijun berkata lembut, ia tak ingin terlalu dekat dengan mantan batterynya. Misa mengangguk dan berlari mendekati pagar dan anak itu berteriak memanggil miyuku dengan sebutan kakak, Eijun sadar tidak ada keanehan dengan panggilan itu. Jarak antara Misa dan Miyuki hanya dua puluh tahun hingga menjadi aneh jika memanggilnya ayah,

Eijun mengambil smartphonenya dan merekam segala interaksi ayah-anak rahasia ini.

"Kakak, bolanya. Ini bolanya!!" Misa berteriak memanggil Miyuki.

Jarak antara penonton dan lapangan setinggi orang dewasa itu menyebabkan para pemain harus mendongakkan kepala untuk melihat penonton. Miyuki melihat anak perempuan yang bersemangat, binar emasnya mengingatkannya akan binar emas yang selalu dirindukannya. "Adik apa mau ku tanda tangan bolanya?"

"Iya. Misa mau!!" anak itu bersemangat.

Miyuki tersenyum, anak ini begitu lucu. Ia ingin sekali menggendongnya. "Kalau begitu lempar bola itu padaku."

Single parent EijunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang