"Dia maunya sama lo, kenapa lo mikirnya dia bakal suka sama gua! Lo buta! Jelas timpang banget lah anjir! Gue cakep aja enggak." Gramatika geleng kepala mendengar tawa temannya.
Gadis cantik dengan suara tawa yang mengalun lembut seperti putri keraton itu semakin membuat Gramatika yakin bahwa temannya itu sudah gila.
"Gue mau yang terbaik buat dia." Lesta Ayuningtyas-gadis yang kerap disapa Lesta itu justru tersenyum melihat muka busuk temannya.
"Sarap kali!" gerutu Gramatika-alias Grama. "Gue enggak minat masuk di hubungan persahabatan ambigu lo sama dia, ya! Enggak!" Gadis tomboi itu bangkit dari duduknya.
"Gila aja!" maki Grama meninggalkan Lesta sendirian di kelasnya.
Sepanjang lorong sekolahnya, Grama tak henti-hentinya memaki sahabat karibnya yang baru pindah sekolah.
Terhitung baru dua Minggu mereka bersekolah di sekolah yang sama lagi itu pun di bangku kelas tiga SMA karena sebelumnya Lesta sempat pindah rumah, dan menetap di Yogyakarta.
"Ribet banget punya temen. Kenapa enggak dia aja yang pacaran sama tuh cowok kalau mau yang terbaik buat cowok itu!"
Meskipun begitu, hari berikutnya Grama justru tetap membalas chat masuk dari cowok yang dikenalkan Lesta padanya sejak dua hari kepindahan gadis itu.
Budayakan baca deskripsi
Hati-hati fiksi
KAMU SEDANG MEMBACA
No Crush No Love ✅
Novela JuvenilBukannya gue enggak percaya sama yang namanya kekuatan cinta, tapi apa gue mesti terlibat dalam menunjukannya? Apa bisa bawang merah kayak gue gantiin posisi putri keraton kayak Lesta? Mungkin bisa, kalau soal hati siapa yang, tau kan, ya Masalahnya...