14. hiraeth park jisung (end)

539 51 5
                                    

Sorry for typoHappy reading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry for typo
Happy reading

Tidak ada titik cerah setelah artikel demi artikel keluar begitu saja, ketika semuanya sudah terbukti ketika semuanya telah terbongkar dengan begitu terpangpang nyata.

Cibiran demi cibiran terdengar dari sana sini, terpangpang dari komentar komentar yang bertebaran juga.

Banyak orang yang berkomentar jahat, dan jisung harus menerima semua komentar jahat tersebut.

Kini " Jarimu adalah harimaumu" Benar  adanya, siapa bilang sebuah ketikan tak akan terasa begitu menyayat hati seseorang yang membacanya?

Kehampaan menerpa seorang anak laki laki yang kini tak tahu arah pulang.

Dimana ibu nya yang kini tak juga menanyakan kabarnya, dan tak juga membarinya semangat tak kala terdapat kekosongan di hatinya, kehampaan dalam dirinya.

Lagi dan lagi, pahitnya kehidupan dirsakan oleh jisung. Padahal ia hanya merasakan rasa manis di ujung lidahnya saja tak sampai ke tenggorokan, seperti halnya pahit yang tak kunjung hilang dan menempel di seluruh mulut hingga tenggorokan.

Semuanya hancur berkeping keping, karirnya yang baru ia bangun kini ikut hancur, iya jisung di keluarkan dari trainee dan di hilangkan sebagai colon peserta debut, karena namanya kini tercoret.

Ia menemukan sosok ayahnya yang bahkan sekarang tak ada di hadapannya, walaupun kini keberadaan sosok ayahnya nyata adanya, tapi ia kehilangan semuanya.
Tiba tiba jisung teringat satu kata penuh arti, yang jaemin katakan saat itu, hiraeth.

Jisung mengerti sekarang, kata hiraeth menggambarkan sebuah perasaan rindu terhadap rumah yang tak pernah ada, yang tidak bisa kita kunjungi.

Hingga sampai sampai jisung membulatkan arti kata tersebut menjadi kerinduan terhadap rumah yang tak pernah ada, seperti apa yang jaemin katakan.

Lelah...

Kembali terasa.

Jisung anak itu kini hanya terduduk di ujung kamarnya, dengan memeluk kedua lututnya dan menundukan kepalanya yang bertumpuan pada kedua lututnya.

Isakan demi isakan tak henti hentinya keluar. Air mata pun ikut berlomba lomba keluar dari kedua matanya.

Setelah capek menangis tiga hari tiga malam, jisung akhirnya mendongakan kepalanya lalu menyeka air matanya sendiri.

Dengan langkah yang gontai, ia berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci mukanya, jisung tidak bercermin sebab ia tahu mukanya kini sudah benar benar kacau.

.

Jisung memilih untuk keluar dari apartemen– yang telah ia beli beberapa waktu yang lalu untuk tempatnya menyendiri, jisung memerlukan waktu sendiri, biarpun mungkin ia akan terus sendiri kedepannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

hiraeth •park jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang