5. Kopi Kekinian

4.6K 984 82
                                    

"Nanti Kevlar bakal nyanyi lho, Ren!" Sandra yang baru saja menghampiriku langsung menatapku semringah.

"Dikasih tau Bagas?" tebakku.

Sandra menggeleng. "Tau dari Ardo. Tadi pas gue lagi ngobrol sama Bagas di deket stand gorengan, Ardo nyamperin Bagas, tanya lihat Arion apa nggak? Soalnya nanti Arion sama Kevlar mau nyanyi, tapi orangnya belum nongol."

"Duet apa gimana?" Mendengar nama Mas Kev, senyumku langsung merekah.

"Kevlar nyanyi, Arion gitar. Eh apa kebalik ya? Aduh lupa gue! Pokoknya mereka maju berdua deh!"

Hari Sabtu ini, halaman gedung fakultas ramai oleh berbagai dekorasi stand juga panggung kecil di bagian ujung. Ini acara Entrepreneur Expo yang merupakan event anak BEM. Lebih tepatnya dari departemen pendidikan dan keilmuan. Acara yang sudah kunantikan sejak bulan lalu.

Sebenarnya acara ini sama aja kayak event wirausaha pada umumnya. Siapa pun bebas menyusun kelompok, kemudian membuat proposal usaha untuk dipinjami dana oleh panitia. Nanti yang proposalnya disetujui bisa membuat stand di acara ini, untuk berjualan.

Acara utamanya adalah seminar wirausaha dari alumni yang menjadi pengusaha sukses. Di bagian akhir, bakal ada pengumuman pemenang dari stand yang paling ramai dan memiliki prospek bisnis paling bagus.

Dan yang paling kutunggu-tunggu, ada hiburan dari panitia di akhir acara. Sebenarnya aku sudah bisa menebak kalau Mas Kev pasti tampil. Sejak tahun lalu, dia selalu tampil di acara semacam ini. Cuman kalau Mas Arion aku nggak tau, karena dia bukan anggota BEM.

"Jadinya lo udah tau mau beliin dia apa?" tanya Sandra sambil duduk di sebelahku. Dia menawarkan minuman yang dibawanya padaku, tapi kutolak.

"Mau gue beliin kopi aja deh, kayak saran lo."

"Kopi Janji Suci?"

Aku mengangguk. Lalu wajahku berubah cemas. "Tapi ntar ngasihin ke Mas Kev-nya gimana ya, San? Gue takut kalo ketahuan grogi."

"Ya tinggal kasihin aja, pas udah kelar event," sahut Sandra enteng. "Anggap aja Kevlar tuh kayak Bagas. Santai aja,"

Obrolan kami terinterupsi dengan kedatangan Eliza. Dia langsung duduk di tengah, mengambil minuman Sandra dan menyesapnya banyak-banyak.

"Ngeselin banget ya, Pak Hilman!" keluh Eliza sambil mengembalikan cup minuman Sandra yang nyaris kosong.

"Lo lebih ngeselin! Dateng-dateng langsung ngabisin minuman gue!" cibir Sandra.

"Ya elah, ntar gue beliin lagi! Lo beli di stand mana sih? Enak tuh!" Eliza mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Pak Hilman kenapa, Za?" tanyaku.

Bukannya langsung menjawab, Eliza malah menoleh ke arahku dan Sandra dengan kening mengerut. "Jangan bilang, kalian nggak tau, kalo Pak Hilman mau ganti kuliah kita yang nggak masuk kemarin, jadi hari ini?"

"HAH?" pekikanku dan Sandra bersatu di udara.

"Coba aja cek grup kelas! Pada rame tuh!"

Tanpa mengatakan apa pun, aku langsung mengambil ponsel. Begitu juga dengan Sandra. Sejak tadi aku terlalu santai duduk-duduk di dekat stand sambil memandangi Mas Kev yang berlalu-lalang.

Hari ini Mas Kev tampak lebih gagah dengan memakai baju PDH BEM. Dua kancing teratasnya nggak dikaitkan, sehingga kaos hitam di baliknya terlihat. Rambutnya yang biasa berponi, kini disisir rapi ke samping. Membuat fitur wajahnya tampak bersinar lebih maksimal.

Sementara Sandra, tentu saja dari tadi pacaran sama Bagas sambil berkeliling mencicipi berbagai makanan yang dijual.

"Wah, gila sih, Pak Hilman sadis banget!" seru Sandra masih dengan tatapan terfokus pada ponsel.

Perfectly Wrong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang