1. Rentenir Absen

7.6K 1.2K 98
                                    

"Lo kok nggak ngajak gue sih, San?" protesku setelah melihat Instastory Sandra.

Sementara yang ditanya malah menatapku heran. "Ngapain gue ngajak lo pas mau pacaran sama Bagas? Lo mau jadi setan di antara gue dan Bagas?"

Aku hanya merengut. "Perasaan biasanya kalau lo mau nonton Bagas main basket selalu ajak-ajak gue deh! Kan gue mau sekalian nonton Mas Kev."

"Kemarin tuh rencananya Bagas mau skip basket. Tapi ternyata temennya ada yang skip juga, jadi Bagas dipaksa ikut, biar nggak kekurangan orang. Jadi dadakan gitu deh,"

"Kok lo panggil Mas Kevlar, pake Mas, tapi panggil Mas Bagas langsung nama sih?" Eliza yang juga duduk satu meja dengan kami, menatapku heran.

"Dari dulu pas mereka masih pedekate, Sandra manggilnya langsung nama gitu. Lama-lama gue jadi kebawa deh. Tapi kalo ketemu orangnya langsung, gue tetep panggil Mas kok!" jawabku sebelum menyeruput es jeruk.

"Dia tuh dulu tetangga gue pas SD. Dari kecil udah biasa panggil nama, jadi kebiasaan sampe gede," ungkap Sandra.

"Perasaan Mas Bagas tuh bilangnya dari Tangerang deh! Rumah lo kan di Semarang," tanya Eliza dengan kening mengerut, tampak berusaha mengingat-ingat.

"Dia jadi tetangga gue dari bayi sampai SMP. Pas dia mau masuk SMA, sekeluarganya pindah ke Tangerang sampai sekarang."

Selama Eliza dan Sandra ngobrol, aku memfokuskan pandangan ke ponsel yang kupegang dengan tangan kiri, sementara tangan kananku memegang sendok. Kini ponselku menampakkan Instastory yang diunggah Sandra, berisi video singkat saat Bagas main basket. Tentu saja aku berusaha mencari batang hidung Mas Kev yang rupanya nggak kelihatan sedikit pun.

"Ren, kita masih ada satu matkul lagi lho! Kalo lo makannya lama gitu, kita bisa telat!" seruan Eliza membuatku sadar kalau makanan di piring mereka sudah hampir habis, sementara piringku baru berkurang setengahnya.

Aku mengabaikan seruan Eliza dan menatap Sandra dengan dengusan kesal. "Setidaknya kalau lo nonton basket tanpa ajak gue tuh, request gue lo penuhin kek!"

Sejak mulai menaruh hati pada Mas Kev, aku sungguh iri dengan Sandra. Gara-gara pacaran sama Bagas, yang mana satu tongkrongan dengan Mas Kev, dia jadi suka diajak nongkrong juga. Semua orang juga tahu kalau tongkrongannya Mas Kev dan Bagas itu isinya serbuk berlian semua, alias ganteng-ganteng!

Aku nggak akan menyebutkan satu per satu siapa saja anak tongkrongan mereka, karena perhatianku sejak awal hanya terfokus pada Mas Kev. Tidak terhitung berapa kali aku meminta Sandra untuk memotret Mas Kev diam-diam saat dia sedang ikut nongkrong. Namun permintaan yang menurutku sangat mudah itu nggak pernah dipenuhi. Entah apa alasan yang sebenarnya. Biasanya Sandra selalu bilang,

"Gue nggak enak sama cowok gue dong! Masa gue foto-fotoin cowok lain. Ntar disangka gue naksir Kevlar. Bisa-bisa gue menimbulkan pertumpahan darah di tongkrongan mereka."

"Idih, kayak Mas Kev bakal naksir elo aja!" cibir Eliza.

"Hei, gini-gini gue sering tuh dipuji sama mereka kalau gue cakep!" Sandra tidak terima.

"Ya iyalah, orang di antara geng mereka, cuma Mas Bagas yang punya cewek. Itu artinya, cewek di tongkrongan itu cuman elo kan? Ya wajar lo dibilang cakep!" Eliza bersikeras.

Aku segera menengahi perdebatan ini dengan mengajukan kesepakatan pada Sandra. "Sumpah ya, San, kalau lo mau kasih gue fotonya Mas Kev yang mukanya kelihatan jelas, gue bakal traktir lo makan di kantin seminggu berturut-turut!"

"Ya elah, cuman makan di kantin mah, mending gue ditraktir Bagas!"

"Ya udah, gue checkout-in Shopee lo! Tapi jangan banyak-banyak, dua ratus aja!"

Perfectly Wrong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang