"Gue bilang juga apa! Lebih cakep Mas Arion daripada Mas Kevlar!" seru Eliza setelah Sandra bercerita soal double date dengan Shanika minggu lalu.
"Bukan cuma lebih cakep sih, tapi juga lebih ... apa ya?" Sandra tampak berpikir keras. "Arion tuh kayak ... lebih misterius aja gitu nggak sih? Kalau gue sih, lebih suka cowok tipe-tipe kayak Arion gitu, ketimbang Kevlar. Males banget sama cowok yang terlalu friendly gitu!"
"Apa salahnya jadi friendly? Dia kan anak BEM, wajar dong kalau aktif bersosialisasi juga. Dengan begitu, wawasannya jadi lebih luas," timpalku.
"Emang nggak salah. Cuman malesnya tuh, kalau ada cewek kegatelan sama dia. Padahal dia cuma friendly, terus ceweknya udah kegeeran duluan dan ngerasa kalau cowoknya naksir banget. Ntar giliran cowoknya nggak nanggepin gitu, dia ngata-ngatain cowoknya brengsek. Padahal sebenernya dari awal itu salah ceweknya yang kegeeran." Sandra bersikeras dengan pendapatnya.
Eliza langsung menjentikkan jari di depan muka Sandra. "Bener banget! Gue pernah pacaran sama anak OSIS, banyak temen OSIS dia yang kebaperan sendiri. Padahal mantan gue itu cuma friendly. Males banget deh, kalau harus ada drama-drama gitu!"
Seperti biasa jam makan siang selalu diisi dengan obrolan soal Mas Kevlar dan Mas Arion. Sebenarnya aku sudah berulang kali menegaskan pada Sandra kalau keduanya nggak bisa dibandingkan dan aku nggak akan memilih salah satu.
Maksudku, sejak awal kan aku sukanya sama Mas Kevlar. Titik. Nggak perlu disodorin cowok lain buat menjadi pertimbangan atas keputusanku, karena aku bakal tetap menyukai Mas Kevlar.
Namun, Sandra nggak puas dengan itu, dan malah mengompori Eliza agar berada di kubunya. Begitu selesai kuliah, keduanya nggak berhenti membahas sederet kelebihan Mas Arion yang sebetulnya tanpa perlu diberi tahu juga aku sudah tau semua.
"Menurut gue being friendly tuh nggak seburuk itu kok. Pasti beda sikapnya antara dia friendly atau emang care. Kalau jaman sekarang masih ada cewek yang nggak bisa bedain, parah sih!" ungkapku. "Gue juga nggak cemburuan kayak kalian berdua. Jadi nggak masalah kalau cowok gue akrab sama siapa aja. Asal tahu batasan. Dan kalau ceweknya yang kebaperan sendiri, selama gue yakin kalau cowok gue nggak aneh-aneh, gue bakal belain cowok gue."
Sandra dan Eliza sama-sama diam. Aku tahu persis kalau keduanya cukup sering terlibat drama dengan cewek-cewek menyebalkan yang diceritakan Sandra tadi. Padahal Bagas nggak ngapa-ngapain, tapi banyak cewek yang kegeeran sendiri dan dengan beraninya mendoakan Sandra dan Bagas segera putus di Instastory.
Begitu juga dengan Eliza yang sering mendapati banyak tweet dari cewek-cewek genit yang menyukai mantannya dulu. Saking seringnya berantem, Eliza nggak tahan lagi dan akhirnya mereka putus.
"Kalau lo tahu bedanya being friendly atau suka beneran, berarti lo tahu dong, yang dilakuin Mas Kev itu masuk ke kategori yang mana?" tanya Sandra.
Aku memberengut. Tentu aku tahu banget kalau apa yang dilakukan Mas Kev padaku itu cuma karena dia ramah. Buktinya intensitas chat kami nggak sesering itu. Malah kadang dibalas besok harinya. Karena dia balasnya agak lama, aku sengaja membiarkan balasnya lebih lama lagi. Sampai akhirnya kami sudah nggak pernah saling bertukar pesan lagi seminggu belakangan.
"Gue kan kalau chat sama dia happy-nya tuh masih dalam batas wajar. Gue ngerti kalau dia cuma basa-basi. Tapi kan bisa aja nanti yang awalnya cuma basa-basi jadi care beneran," sanggahku.
Sandra mendecih. "Dalam batas wajar dari mananya? Lo tuh sama aja kayak Eliza yang suka fangirling ke boyband koreanya itu."
"Gue fangirling lebay gitu kan, karena mengagumi ciptaan Tuhan. Walaupun begitu, gue tetep tahu batasan dan menghargai privasi mereka." Eliza membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectly Wrong
Fiksi PenggemarZetarine sangat menyukai Kevlar. Baginya, Kevlar itu serupa tokoh Webtoon yang terlalu sempurna untuk menjadi nyata. Namun, di tengah usaha Zetarine dalam mendapatkan perhatian Kevlar, Arion terus mengganggunya. Tidak hanya Arion, perjuangan Zetari...