ღ αnσthєr gírl ღ

92 26 4
                                    

Melihat ekspresi Lisa malah membuatku tergelak tawa. Reaksinya sangatlah lucu.

"Kim Hanbin! Kau mencoba bermain-main dengan sahabatku?!" pekiknya yang kali ini terkesan marah.

"Tidak. Kau tak dengar apa kata Jennie? Ini bisnis," ujarku.

Lalisa hampir melempar tasnya ke arahku jika saja Jennie tak menghentikannya.

"Kenapa? Aku ingin melempar wajah songongnya dengan Birkinku ini. Biar dia tau rasanya ditampar tas 450 juta won. Wajahnya sungguh menyebalkan, Eonni," ujar Lalisa.

"Birkinmu terlalu berharga untuk dilempar padanya," sahut Jennie.

Aku berdecak.
"Jadi maksudmu aku lebih murah dari tas bermotif buaya itu? Hah! Omset perusahaan bahkan bisa membeli tas motif seperti itu untuk memenuhi gudangmu," balasku kesal.

"Tas motif? Ini Birkin, Oppa. Birkin, astaga!"

"Yah apa pun itu, tetap saja itu hanya tas. Ada apa kau ke sini?" tanyaku pada Lisa.

"Tidak ada. Hanya ingin mengunjungimu dan mengejutkanmu. Yah, meskipun ujungnya malah aku yang terkejut saat melihat banyak wartawan ketika berjalan ke ruanganmu ini. Apalagi meja sekretarismu kosong," jawab Lisa.

"Kosong? Sana tidak di sana?"

Lisa menggeleng.
"Tidak ada siapa pun di luar. Memang aku sempat melihat reporter-reporter, tapi mereka sudah berangsur pergi," jawab Lisa.

"Mm. Lalu apa yang membuatmu kemari selain untuk 'mengejutkanku'? Kau tidak sejahil itu dan kutahu kau juga bukan orang dengan jam terbang rendah," tanyaku.

"Kau kenal seseorang bernama DK?" sahut Lisa langsung dengan pertanyaan.

Aku mengerutkan kening.
"DK?"

Lalisa mengangguk. Gadis itu membuka tas tangannya-bukan si tas bermotif kulit buaya tadi- dan mengeluarkan jaket dari tas tangan besar itu.

"Kau mengenali jaket ini?" tanyanya sambil meletakkannya di atas meja kopiku.

Aku pun mendekat dan mengamati jaket itu.
"Mengapa kau bertanya hal seperti ini padaku? Aku bukan pakar pakaian atau bahkan polisi, Lisa," ujarku tak menyentuh sedikitpun pada jaket itu.

Aku bisa mendengar helaan napasnya yang memang terdengar jelas. Ia merentangkan jaket itu dengan baik di atas meja.
"Jaket ini dari salah satu brand ternama di Korea. Kau bisa lihat labelnya. Produk ini limited edition dan hanya dibuat delapan buah di Korea dengan customize. Kau lihat ini? Di bagian bawah jaket, aku melihat huruf seperti... kanji? Aku bukan orang Korea, jadi aku tidak tahu huruf apa itu, tapi di sebelah sini ada tertulis hangeul 'ㄱㄷㅎ'. Lalu di belakangnya," Lisa membalik jaket dan menampakkan bagian belakang lalu menunjuk ke arah leher, "di sini ada inisial 'DK'. Aku sedang mencari pemiliknya. Bisa kau membantuku?"

Aku mengamati bagian-bagian yang ditunjuk Lisa. Terutama huruf yang ternyata hanja (金).

"Kim?" ujarku.

"Kim?? Bukankah itu marga yang sama denganmu? Dan kau juga, Eonni?" sahut Lisa.

Aku melirik Jennie dan gadis itu hanya mengendikkan bahunya.
"Marga Kim sangat umum di Korea, Lisa. Mencari satu orang bermarga Kim di Korea, sama saja kau mencari jarum di tumpukan jerami," ujarku.

"Tapi ada inisial di sini. Bukankah itu bisa mempermudah? Atau memperkecil ruang untuk mencarinya bukan?" balas Lisa.

"Hm, kurang. Tidak banyak informasi yang kita dapat," balasku lagi.

"Kenapa kau bersikeras?" timpal Jennie yang sedari tadi diam dan memperhatikan, "jaket ini... ada sesuatu?"

Lisa menghela napas.
"Jaket ini... satu-satunya cara aku bertemu dengannya. Yah, setidaknya, aku ingin mengembalikannya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

How I Met My Bride [OnHold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang