ღ supєrmσdєl (?) ღ

432 75 34
                                    

˙·٠•●♥ [ 𝓗 𝓸 𝔀 𝓘 𝓜 𝓮 𝓽 𝓜 𝔂 𝓑 𝓻 𝓲 𝓭 𝓮 ] ♥●•٠·˙

"Pagi Pak."

Aku membalas sapaan karyawan dengan senyum tipis. Hari ini ada rapat dengan para pemegang saham. Dini hari tadi, Eomma menelponku untuk memberitahu kondisi di Manhattan. Setelah berdiskusi ringan di telpon dengannya, kuputuskan untuk mengumpulkan para pemegang saham agar semuanya bisa lebih transparan.

Sampai di ruangan, Sekretaris Song segera membuntutiku dengan membawa tumpukan map di tangannya.

"Apa berkas itu proposal produk baru untuk bulan depan?" tanyaku tanpa basa-basi setelah duduk di kursi tinggiku.

"Ah, ini. Salah satunya, Direktur. Tapi.. ada berkas yang lain."

"Berkas lain?" tanyaku sambil menerima berkas proposal.

"Dari kepala HRD. Pengajuan sekretaris baru, Pak." ujar sekretaris Song.

Ah, benar. Bagaimana aku bisa lupa. Sudah sejak beberapa minggu yang lalu, Sekretaris Song memberitahuku tentang pengajuan pengunduran dirinya. Ia hanya tinggal menungguku membubuhkan tanda tangan di surat resminya. Mengingat itu, membuatku berhenti membaca proposal.

"Song Jihyo-ssi, duduklah," ujarku pada Sekretaris Song, mempersilahkan ia duduk di sofa yang ada di tengah ruanganku.

Ia mengangguk dan duduk di sana, disusul olehku yang menghampirinya.

"Song Jihyo-ssi, apakah memang keputusan Anda sudah bulat? Saya masih sangat membutuhkan Anda dalam posisi saya disini," ujarku.

"Ah, ya Pak. Saya tahu. Saya juga sudah bekerja disini sebagai sekretaris mendiang Komisaris Kim sejak dua puluh tahun yang lalu. Beliau sudah seperti keluarga bagi saya. Tapi... bagaimana pun, dengan berat hati... saya harus segera mengundurkan diri sebagai sekretaris Anda."

"Apa itu karenaku? Kau tidak menyukai kepemimpinanku?" aku langsung berbicara sedikit tidak formal.

"Tidak, tidak. Bukan seperti itu, Direktur. Diluar dugaan, setelah perusahaan berada di bawah kepemimpinan Anda, perusahaan menjadi berkembang lebih baik dan pesat. Mulai memberikan inovasi produk baru yang dapat diterima konsumen dengan baik. Anda juga turun tangan ke laboratorium juga gudang untuk meninjau langsung kualitasnya. Anda tegas dan siap mengambil resiko. Saya bangga melihatnya dan melihat perkembangan perusahaan ini. Tapi kembali lagi... ini adalah masalah personal saya hingga saya sudah memikirkannya matang-matang."

Aku menghela nafas. Sejujurnya aku tidak bisa melakukan semuanya ini tanpa bimbingannya yang sudah lebih lama mengenal lingkungan perusahaan dibanding aku maupun ibuku.

"Baiklah. Tapi bolehkah aku tahu, masalah personal apakah itu, Nuna?" tanyaku dengan menggunakan tatanan bahasa yang lebih santai.

Sekretarisku langsung membulatkan matanya sambil menatapku. Aku hanya tersenyum melihat reaksinya.

"Kenapa? Setelah ini, Nuna tidak akan menjadi sekretarisku lagi. Apa aku tidak boleh memanggilmu Nuna? Atau... haruskah ku panggil Imo? Atau ahjumma?"

"Direktur Kim.."

"Kim Hanbin, Nuna. Kim Hanbin. Jangan panggil aku dengan direktur lagi jika kau sudah bertekad mengundurkan diri."

"Kim Hanbin-ssi..." lalu Jihyo nuna terdiam.

"Baiklah, aku tidak akan menginterogasi Nuna. Aku hanya bercanda. Jika itu memang masalah personal, aku menghargai privasi Nuna. Sekarang, bisa bantu aku memilih calon sekretarisku?" tanyaku sambil menyodorkan map berisi data-data pelamar sekretaris.

How I Met My Bride [OnHold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang