ღ gαdís gílα ღ

284 56 16
                                    

˙·٠•●♥ [ 𝓗 𝓸 𝔀  𝓘  𝓜 𝓮 𝓽  𝓜 𝔂  𝓑 𝓻 𝓲 𝓭 𝓮  ] ♥●•٠·˙

Aku sudah di rumah. Di ruang kerjaku lebih tepatnya. Tengah memikirkan perkataan Hayi di restoran tadi.
***

"Mwo??"

"Kenapa? Kau terkejut?" tanyanya santai.

"Tentu saja aku terkejut. Kau tiba-tiba memintaku untuk bertunangan denganmu. Apa kau sudah gila, Hayi-ya?"

"Eo. Aku memang sudah gila. Yaa, apa permintaanku berlebihan?"

"Mwoo? Permintaan? Berlebihan? Hayi-ya, kalau saja jantungku ini lemah, aku pasti sudah serangan jantung. Aigooo.." ujarku sambil mengusap-usap dada kiriku.

Hayi tampak tersenyum remeh padaku.
"Hanbin-ah, kau masih tidak berubah. Meski terlihat menyeramkan, sisi konyol dan polosmu masih saja belom hilang. Yaa, kau masih berdebar karenaku?" tanyanya menyelidik.

"Tidak! Percaya diri sekali kau ini. Aku sudah tak memiliki perasaan apapun padamu. Aku hanya terkejut," ujarku mengklarifikasi agar Hayi tak salah paham.

Hayi menatapku menyelidik.
"Benarkah? Baiklah, anggap saja begitu," Hayi pun menuang lagi wine dan meneguknya.

"Tapi.. kau punya alasan tertentu bukan? Hayi yang kukenal tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diminatinya jika tidak punya motivasi yang besar dan tekad yang kuat," ujarku.

Hayi menghela nafas dan meraih gelas ice cream sundae nya dan mengaduk-aduknya tidak jelas.
"Kau pikir begitu?"

Aku mengangguk.
"Kau, adalah wanita yang tidak berminat kembali pada masa lalumu. Kau juga bukan wanita yang dengan mudah melepas karirmu sebagai produser musik hanya untuk sebuah pernikahan atau pertunangan. Itu hanya akan merepotkanmu dan membuatmu stres, bukan? Kau adalah wanita yang mencintai pekerjaanmu lebih dari dirimu sendiri. Kau adalah aku versi perempuan dalam hal pekerjaan juga tekad. Dan sama sepertimu, aku juga bukan orang yang dengan mudah memutuskan sebuah pernikahan atau pertunangan hanya karena ingin. Katakan, apa motifmu?"

Hayi tampak mengangguk-angguk santai mendengar penuturanku sambil menyuap es krim ke dalam mulutnya.
"Kau mengenaliku sejauh itu rupanya. Tapi yah, kau ada benarnya. Aku memang punya motif."

"Katakan."

Hayi berhenti mengaduk es krimnya dan menatapku sambil tersenyum tipis.
"Tidak sekarang. Saat ini, peranmu hanya cukup mendengar ajakanku tadi."

"Apa maksudmu?" tanyaku tidak mengerti.

Hayi menutup sendoknya dan menggeser gelas es krimnya.
"Aku..., hanya ingin memberitahumu bahwa aku mengajakmu bertunangan. Kau tidak perlu menjawab, tidak harus menerimanya tapi juga tidak bisa menolak. Mulai detik ini, kita sudah bertunangan."

Aku mengernyitkan dahiku, mencoba mencerna kalimat Hayi.

"Kau... memanfaatkanku?" tanyaku memastikan dugaanku.

"Haha.. pfft, tidak kusangka. Kau memang jenius, Hanbin-ah. Ya. Aku memanfaatkanmu karena aku membutuhkanmu."

"Kau licik juga, Hayi-ya. Kau masih saja bertindak semaumu."

"Kau berpikir seperti itu? Tunanganku sangat memahamiku rupanya. Aku memang tidak salah pilih."

"Cih. Kalau memang begitu, ini.. pertunangan kontrak?"  tanyaku.

"Bisa kau anggap begitu."

Aku terdiam. Aku menatap Hayi dan mencoba mencari apapun ekspresi yang tersirat di wajahnya namun hasilnya nihil. Hayi tampak semakin pintar menyembunyikan ekspresinya saat dibutuhkan dan aku tak tahu bagaimana dia belajar semua itu.

How I Met My Bride [OnHold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang