Bonus Chapter 1: Diusir

165 23 3
                                    

"Loh? Ngapain kamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh? Ngapain kamu?"

Jam sembilan malam, Jiyong tiba-tiba turun dari tangga, menghampiri mamanya yang masih asik nonton sinetron sendirian di ruang tengah. Padahal dia dan Dara udah pamit mau ke kamar duluan setelah selesai makan malam tadi. Tapi ini dia tiba-tiba keluar kamar, bawa bantal pula. Jelas hal itu membuat mamanya bertanya-tanya.

"Diusir." jawab Jiyong dengan wajah kusutnya. Dia membanting tubuhnya di sofa, duduk di sebelah sang ibu.

Mama nggak bisa menahan untuk nggak ketawa melihat wajah bete putranya ini. "HAHAHAH diusir kenapa?!"

Jiyong berdecak, meminta mamanya untuk nggak bersuara keras-keras. Takut Dara di kamar mendengarnya, takut adek-adeknya yang udah pada tidur jadi terganggu juga.

"Iya, iya, maaf. Kenapa Dara?"

"Nggak tau, nggak jelas banget. Katanya kalo dekat-dekat aku dia mual."

Jawaban Jiyong barusan kembali membuat mamanya tertawa pecah.

"Ck, Ma. Gausah keras-keras sih ketawanya, rese banget masa anaknya lagi menderita begini malah diketawain," kata cowok itu dengan wajah cemberut paling jelek yang dia punya.

Udah bete karena diusir istrinya dari kamar, sekarang diketawain pula sama mamanya. Ngenes kuadrat.

"Aduh, sori, sori, lucu banget abisnya HAHAHA kayaknya kamu kena karma deh ini, Bang." kata mamanya sambil masih berusaha menghentikan tawanya. "Dulu kamu pernah ngusir papamu dari kamar juga pas masih di dalam perut Mama,"

"Hah? Serius? Pas itu Mama juga beneran mual deketan sama Papa?"

Mama mengangguk, membuat Jiyong semakin heran. Kok bisa kasusnya sama persis? Apa semua wanita hamil memang suka ngusir suaminya begini?

"Serius deh, kayak gitu tuh emang nggak beralasan banget. Tiba-tiba aja kalo deketan sama papamu waktu itu Mama jadi mual. Yaudah. Akhirnya papamu ngalah, tiga malem dia tidur di luar, di depan TV."

"TIGA MALEM?!"

Jiyong melebarkan mata, shock berat mendengar cerita mamanya barusan. Bagaimana kalau dia bernasib sama seperti papanya? Semalam aja kayaknya dia nggak sanggup, apalagi tiga malam....

"Iya. Nakal banget kan kamu dulu?" kata Mama sambil tertawa. Tawa yang terdengar sangat jahat di telinga Jiyong.

"Ma..." Jiyong mulai merajuk. "Ntar kalo aku gitu juga gimana..."

"Kamu masih mending. Tuh, kamar tamu ada." Mama menunjuk kamar tamu dengan dagunya. Bukannya menghibur, malah membuat Jiyong semakin bete.

"Udah ah. Ngobrol mulu. Udah mulai lagi nih." kata Mama saat sinetron kembali dimulai setelah jeda iklan.

"Ini sinetron yang waktu itu? Buset, kapan bubarnya sih?!" celetuk Jiyong membuat Mama mendelik tajam ke arahnya. Komentar yang dia berikan barusan benar-benar nggak penting dan mengganggu banget.

Good Boy ㅡDaragon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang