It's Her?

503 98 221
                                    

Absen jam berapa kalian baca part ini?


Putar lagu sedih kesukaan kamu vren.

Selamat membaca.

Selama ini aku selalu berharap semesta akan membawamu kembali, tapi aku lupa satu hal: bahkan sampai saat ini pun perasaanmu tidak pernah ada di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama ini aku selalu berharap semesta akan membawamu kembali, tapi aku lupa satu hal: bahkan sampai saat ini pun perasaanmu tidak pernah ada di sini. Jadi sebenarnya apa yang kuharapkan untuk kembali?

-Gadis Pramana Lexandra-

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Gadis berjalan dengan wajah tertunduk, menumpahkan segala perasaan yang selama ini ditutupinya dengan topeng bahagia. Air matanya terus menetes tanpa ada tanda kapan akan berhenti. Cewek itu merasa dunianya hancur saat ini.

"I wish only me be in your heart, not her," teriak Gadis sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kenapa nggak pernah aku orangnya? Kenapa?!"

Gadis masih tak menyangka, Devandra seseorang yang dipercaya untuk menjaga hatinya, justru malah menyakitinya begitu dalam.

"Jadi semua perhatian kamu. Semua kebaikan kamu selama ini tuh nggak berarti apa-apa?" lirih Gadis entah berbicara kepada siapa sambil menengadah menatap langit yang mulai kelabu.

"Jadi padamu juga tetap salah?"

Perkataan menyakitkan cowok itu di taman tadi terus terngiang-ngiang di benaknya.

***

20.30 pm
Taman Kusuma

Seorang cewek mengenakan jaket denim sepinggang sebagai outer beserta crop tee putih dan celana skinny jeans kesukaannya serta sepatu sneakers Nike Air Jordan berwarna biru dongker-hitam.

Wajah cewek itu dipoles bedak dan blush on pink tipis. Bibir kecil dan tebalnya berlapis liptint Peripera Ink Airy Velvet, serta rambut hitam pekat agak ikal miliknya dibiarkan terurai.

Di sinilah Gadis berada, ia memutuskan untuk mengajak cowok itu bertemu guna mendapatkan kepastian akan perasaannya.

"Aku boleh nanya sesuatu nggak?" tanya Gadis dengan nada manjanya setelah Devandra sampai ke taman itu.

"Nanya apa?"

"Kamu udah cinta belum sama aku? Kenapa selalu bukan aku orangnya, De?"

"Kamu nggak lupa kan? Perlu aku bilang berapa kali sih?! Aku nggak akan pernah cinta sama kamu. Dasar keras kepala," bentak Devandra.

"Aku nggak akan pernah lupa, De. Kalau dari dulu sampai sekarang pun perasaan kamu nggak pernah ada di sini. Nggak pernah sama aku. Aku yang nggak pernah jadi tempat kamu pulang. Nggak perlu kamu ingetin lagi," lirih Gadis dengan suara seraknya menahan tangis.

Kekasihnya adalah segalanya bagi Devandra. Sedangkan Gadis hanyalah figuran yang berharap bisa menjadi pemeran utama, menyelesaikan konflik ringan, kemudian bahagia tanpa adanya perpisahan.

"Kalau udah tahu kenyataannya kayak gini, seharusnya kamu pergi, Dis. Kenapa keras kepala banget sih? Masih banyak orang yang bisa tulus, sayang, dan bisa menyambut semua perasaan kamu. Dan orang itu bukan aku.

"Maaf, aku kayak jahat banget di sini. Faktanya emang aku nggak pernah kepikiran buat ganti status kita dari 'teman' jadi 'gebetan' ataupun lebih dari itu. Perasaan kamu itu ganggu hidup aku. Cuma jadi beban. Sampai sini ngerti, kan?!" tekan cowok itu tegas.

"Aku cuma cinta sama dia bukan sama kamu. Jadi mulai sekarang nggak usah dekat-dekat aku lagi!"

Perkataan yang keluar dari mulut Devandra membuat Gadis terdiam. Ia memejamkan mata beberapa detik, sebelum akhirnya membiarkan air matanya mengalir.

"Ya, aku sadar diri kok kalau sampai kapanpun nggak akan pernah jadi siapa-siapa kamu. Tapi bukan berarti kamu bisa ngeremehin perasaan aku kayak gini!" kesal Gadis.

"Aku tegasin sekali lagi ya. Kalau kamu belum paham. Perasaan kamu, itu nggak penting buat aku," ujar Devandra penuh penekanan.

Gadis mendecak kesal, emosinya terpancing dengan cowok itu yang selalu meremehkan perasaannya.

"Kamu selalu jaga perasaan dia. Terus kamu pikir aku ini nggak punya perasaan apa-apa?! Kamu pikir aku mau punya perasaan sebesar ini?! Kamu nggak bisa, De. Kamu nggak bisa seenaknya nyakitin perasaan aku. Aku juga punya perasaan, De!"

"Kamu bisa mikir nggak sih sebenarnya? HAH?! KAMU COWOK PALING EGOIS YANG PERNAH AKU KENAL!" teriak Gadis. Ia meluapkan semua emosinya dengan air mata yang terus mengalir deras di pipi.

Mendengar ucapan Gadis seketika membuat Devandra tertegun. Cowok itu mengacak rambutnya kasar saat tersadar apa yang ia ucapkan tadi.

Tangannya naik terulur mengusap air mata di wajah Gadis dan merengkuhnya dalam pelukan sambil mengusap rambut sebahu cewek itu.

"Sorry, Dis. Aku benar-benar minta maaf udah bikin kamu nangis lagi," bisik Devandra di telinga Gadis.

"Dimaafin, nggak?"

"Nggak! Susah buat aku maafin kamu." Gadis merajuk lalu melepaskan pelukan Devandra pada tubuh kecilnya.

"Yakin? Hmm?" goda Devandra.

"Peluk lagi sini." Kali ini ia mengeratkan pelukannya.

Tubuh Gadis kini berada dalam pelukan Devandra lagi. Salah satu hal yang ia inginkan sejak lama.

"Please maafin aku, Dis. Aku kelepasan tadi."

Tak lama Gadis segera melepaskan pelukan Devandra. Ia sudah muak dengan permintaan maaf cowok itu.

"Emang kapan kamu nggak pernah kelepasan buat ngebentak aku?! Berulang kali kamu minta maaf. Terus diulangin lagi. Basi tahu nggak!"

"Maafin aku, Dis" ucap Devandra penuh rasa bersalah.

"Bosen aku denger permintaan maaf kamu. Bukan berarti karena aku selalu maafin kamu. Kamu bisa seenaknya gitu aja bentak-bentak aku terus minta maaf. Bentak-bentak terus minta maaf. Kamu kira aku ini apaan?!

"Jangan lo pikir gara-gara gue cinta banget sama lo. Terus gue nggak mungkin gitu sama cowok lain. Akhirnya lo mengibaratkan hati gue kayak pintu yang bisa seenaknya lo buka tutup. Nggak kayak gitu juga kali."

"Percuma lo minta maaf seratus kali. Seratus kali juga lo ulang. Capek hati gue sama lo. Jangan seenaknya deh jadi cowok!" seru Gadis dengan penuh emosi.

tbc

***

Terima kasih sudah membaca.

Gimana nih suka gak part ini?

Lanjut?

Mau bilang apa sama Gadis?

Mau bilang apa sama author?

Spam komen next di sini ya.

🦋 See u my vren 🦋

Gadis Penggemar LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang