Runtuh Ripuh

480 108 71
                                    

Hai guys apa kabar?

Absen dong jam berapa kalian baca cerita ini?

Yuk bantu dukung karyaku dengan berikan vote, komentar, dan share ke temen-temen dan sosial media kalian. Bantu viralkan di tiktok juga boleh hehe.

Sambil play lagu di mulmed ya biar feelnya lebih terasa :)

Happy reading...

----

Gadis POV

Seusai perbincangan kita dan segala cerita berawal dari sini...

Aku berjalan gontai menuju kamar dan merebahkan tubuhku di atas ranjang. Dadaku penuh sesak. Rasanya duniaku runtuh ripuh. Masih tak paham apa yang terjadi. Mengapa terlampau sulit untuk melupakan kenangan? Kenangan bahagia yang tersisa entah bagaimana terus memenuhi pikiranku.

Tak terasa bulir-bulir air sudah mengenangi kelopak mata. Bagiku yang paling menyakitkan adalah ketika menangis dan tersenyum di satu waktu.

Aku sudah tak tahu harus melakukan apa. Mungkin perbincangan lewat pesan singkat di gawai yang tak terbalas itu karena dia yang ingin kamu jaga perasaannya. Kamu menjaga perasaannya dengan mengabaikanku.

Perasaannya sungguh kamu jaga dan hargai sedangkan perasaanku melebihi dia menyayangimu terlampau tak berarti. Resiko menyayangimu yang menyayanginya akan kutanggung sendiri.

Sejak dua belas tahun lalu, kamu tak pernah menatapku sama seperti aku menatapmu. Kamu yang selalu tidak peka atau pura-pura tidak peka? Dari dulu kamu memang tidak pernah memikirkan perasaanku, yang dipikirkan cuma dia. Dan selamanya akan tetap dia.

Aku yang tak pernah jadi pilihanmu, tapi tetap kamu yang terindah. Seharusnya kutahu bahwa cerita ini tak akan pernah bisa terjadi. Apa dengan duka ini kamu bahagia? Di atas kesedihanku, kamu peroleh kebahagiaan dengannya?

Pernahkah setitik namaku terlintas setidaknya di pikiranmu? Kamu tutup semua cerita tanpa pernah dimulai. Cerita yang tak pernah ada bagimu.

"Nggak usah dekat-dekat gue lagi, lupain semua perasaan yang ada. Perasaan lo jadi beban buat hati gue. Paham kan lo itu penganggu! Noda yang harus dihapus," ucapmu dua belas tahun lalu waktu SMP di depan banyak orang. Di lapangan basket sekolah.

Seketika aku diam mematung. Tak ada kata yang terucap. Aku langsung berlari menyembunyikan diri pergi dari tempat itu. Hanya ada air mata yang mampu mengungkapkan semua perasaan, saat bibir sudah tidak sanggup mengungkapkan yang tak terungkap dan mengucapkan yang tak terucap.

Kubiarkan air mataku menetes untuk kemudian mengusap pipi. Ya aku pernah sebodoh ini karena perasaan. Sudah diminta pergi tapi tetap ingin di sini. Apakah perasaan berlebihan akan selalu berujung menyakitkan? Apakah semua perjuangan dan ketulusan sampai akhir malah berujung sia-sia? Pertanyaan yang selalu terlontar saat luka belum siap untuk sembuh.

Tapi kini kupaham satu hal: jika sejak awal tidak ada harapan lebih yang ikut serta dalam perasaan, cukup dengan merasakan. Barangkali semua akan baik-baik saja atau tidak terlalu menyakitkan seperti ini. Sebab perasaan hanya akan jadi milikku sendiri tanpa ekspektasi yang mengejarku dari belakang. Yang tersisa hanyalah sepaket kerinduan dan kebahagiaan. Kebahagiaan menyayangi dan mencintaimu walau hanya dalam diam.

Suatu hari nanti, mungkin empat tahun kemudian saat kita ketemu di reuni SMA. Aku berharap pada semesta kita bisa saling menyapa dan bercerita tentang apa yang kita lakukan selama kurang lebih dari tujuh tahun sejak kelulusan. Juga bisa mengingat hari di mana kita pernah bahagia tanpa rasa. Tanpa ada bayang-bayang masa lalu buruk yang menghantui. Aku berharap bisa melihatmu baik-baik saja dengannya atau tanpanya.

Aku harap dia bisa menghindarkanmu dari rasa sakit seperti kamu yang mati-matian menjaga perasaannya. Semoga rasa senang terus hadir di hidupmu. Dan kamu bisa sanggup terus bertahan di kehidupan yang sungguh kejam ini nantinya.

Sekedar info: begitu banyak hal di bumi yang tidak mengenal keadilan. Perasaan yang tak terbalas adalah salah satunya. Semoga hal ini tidak terjadi juga padamu.

Aku tidak tahu apakah perasaan ini masih terus ada atau tidak. Tapi percayalah masih tetap kamu si tokoh utama. Biarlah semesta yang bekerja menyempurnakan doa.

Mari kita bertemu lagi tanpa jatuh cinta, ini perintah. Karena aku tidak ingin jatuh cinta lagi padamu (kuharap begitu).


-TBC-

***

Terima kasih sudah berkenan membaca.

Super gak nyangka banget GPL bisa punya ribuan teman pembaca. Aku kira bakal nggak ada yang mampir ke sini. Mantra ini gak akan bosan untuk kuucapkan: terima kasih banyak sudah berkenan meluangkan ruang dan waktunya untuk GPL. Semoga teman-teman bisa ikut serta dalam perjalanan GPL sampai akhir.

Gimana nih suka gak senandika di chapter ini? Semoga dapet feelnya ya.

Mau bilang apa ke author?

Kutunggu vote dan komentar kalian sebanyak-banyaknya biar kita sama-sama senang.

Have a nice day ❤

Gadis Penggemar LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang