penjelasan

62 15 25
                                    

Seperti niat awal Mingyu kemarin yang masih nggak percaya kalau Arin nikah sama dosen mereka, jadi berakhirlah mereka disini. Kafe depan kampus yang biasanya jadi tempat nongkrong mereka. Sobin awalnya heran pas diajak Arin ikut dia ke kafe apalagi pas tau Mingyu sama Jiho juga disana.

"ada apa ya? Saya masih banyak kerjaan." Sobin heran karena nggak biasanya diajak ngumpul sama mahasiswanya di kafe.

"bapak beneran udah nikah sama temen pacar saya pak?" Mingyu to the point.

"i-iya kenapa? Tapi memang belum banyak yang tau." Sobin berujar gugup.

"kok bisa? Kok bapak mau sama Arin? Dia bar-bar lho pak nggak ada feminimnya sama sekali. Lo juga kok nggak cerita ke gue? Katanya gue udah kek kakak lo tapi gini aja lo nggak cerita." cerocos Mingyu.

"jangan mau dijadiin adek sama dia rin, dikira kopi susu lo nanti kalau jalan bareng." cibir Jiho.

"lo harusnya bantuin gue malah ngeledek." sahut Mingyu lagi.

"ck... Udah deh nggak usah sok protektif gitu sama Arin, bang Dikta aja udah setuju mereka juga udah nikah kenapa elo yang protes sih." Jiho heran kenapa pacarnya repot sendiri.

"ya kan heran aja, gue tau tipe Arin bukan yang kayak pak Sobin dan tipe Pak Sobin pasti juga jauh dari Arin jadi kenapa? Lo nggak dapet jackpot duluan kan rin?" celetukan terakhir Mingyu dan tabokan dari Arin sama Jiho dipunggung dan mulutnya.

"mulutnya sembarangan, gue nggak begitu astaga." Arin beneran nggak habis pikir sama pemikiran Mingyu.

"jackpot?" Sobin nggak paham obrolan 3 muridnya itu.

"itu pak..." Arin nunjuk perutnya dan barulah Sobin paham.

"kalau dari pak Sobin yang nggak paham maksud gue tadi berarti emang enggak." Mingyu berujar sambil masih gosokin punggungnya yang panas abis ditabok Jiho tadi.

"ya emang nggak mungkin, liat dong muka pak Sobin yang innocent ini." Jiho ikut mendukung sepasang pasutri itu.

"iyadeh terserah apapun alasannya kalian nikah yang pasti gue seneng dedek Arin akhirnya ada pawang dan nggak jomblo lagi." tukas Mingyu.

"pak..."

"hmm..." Sobin nengok ke Arin dan langsung disuguhi mode anak anjing cewek itu.

"es krim hehehe..." jangan lupain tubuh Arin yang udah lebih nempel ke Sobin.

"iya sama apalagi?" yang disahut 'cheese cake' tanpa suara sama yang ditawarin. "iya..iya..." Sobin mengusap kepala Arin gemas sebelum pergi buat pesen.

"sayang... Kopi.. " giliran Mingyu yang begitu ke Jiho.

"nggak cocok lo begitu gyu... Malu sama muka item." Jiho bergidik ngeri.

"elo mah, biar samaan kayak Arin tadi." Cibir Mingyu.

"kalian kenapa?" Sobin heran sama sejoli si depannya karena posisi Mingyu yang merajuk sementara Jiho cuek.

"gapapa pak, udah kalau mau pesen sendiri aja sana nggak usah pake manja segala." Jiho berujar ke Mingyu.

"iya, lo mau apa? Peka kan gue." Mingyu udah beranjak mau pesen pas banget barengan sama pesenan Arin yang dateng.

"loh kok banyak pak?" Arin berujar heran karena kayaknya tadi dia cuma minta es krim sama Chesse cake datengnya 3 cup kopi 1 eskrim sama 2 chesee cake.

"saya nggak tau kalian suka apa jadi saya samain pesenannya." Sobin jelasin ke pasangan lain disana.

"ini buat kita? Bapak traktir kita nih ceritanya? Mingyu gue mau pindah haluan bentar deh luber rasanya." Jiho ngomongnya pindah haluan tapi meluknya tetep pinggang pacarnya.

"rumput tetangga emang lebih hijau han iya tau gue. Tau gitu nggak pulang kemarin gue, disana lebih adem juga." sungut Mingyu yang udah balik duduk lagi.

"utututu sayangku, malika kedelai hitamku. Gue tetep lebih suka elo kok kan pak dosen udah ada Aretha." bujuk Jiho.

"bisa nggak jangan disini lovey doveynya jijik gue." tukas Arin.

"lah yang mulai duluan siapa? Elo kan yang manja duluan sama pak dosen? Mentang-mentang udah sah seenaknya mengumbar kemesraan di depan kita. Dikira kita nggak bisa?" Mingyu mencibir.

"nikah makanya buruan, cocok ini kan kedelai hitam sama padi kuning." ledek balik Arin karena emang nama Jiho kan Jihan Oryza yang berarti padi.

"tuh kan pak, Arin tuh aslinya begitu pak songong. Jadi mengherankan aja bapak mau nikah sama dia." Mingyu masih nggak terima Sobin yang terkenal perfect kepincut sama Arin yang sifatnya sangatlah santuy.

"udah tau saya, makanya saya pilih dia jadi istri biar hidup saya nggak monoton kan." Ujar Sobin yakin.

"Jiho gue boleh kepedean nggak sih huhuhu." Arin berasa luber denger Sobin tanpa beban ngomong begitu.

"boleh sayangku, jangankan elo gue aja meleleh." Jiho bertopang dagu ngeliatin Sobin.

"liatnya ke gue dong heh Jihan." Mingyu mengubah arah kepala Jiho biar natap dia.

"coba elo romantis kek pak Sobin tambah leleh gue gyu. Elo sih sibuk mulu sama kebon." cibir Jiho.

"lah kan itu namanya tugas, lagian gue juga dapet gaji kan." Mingyu nggak mau disalahkan.

"jadi elo nyalahin gue? Masih untung ya gue nggak minta putus karena tugas lo itu. Udah ldr tiap hari ngeliatnya mereka berasa nyamuk gue." Jiho menunjuk pasangan lain disana dengan emosi. Mingyu? Udah ciut dia kalau Jiho mulai berubah maung.

"hehe sayang Jiho banyak-banyak iya deh besok udah lulus ayo nikah deh. Duduk dong ngapain berdiri gitu." Mingyu membujuk Jiho biar nggak tambah marah.

"sabar ya pak, temen aku emang begitu semua." Arin malu sendiri sana kelakuan sejoli itu.

"kamu bukannya setipe sama dia, udah nggak kaget saya." gurau Sobin yang bikin Arin langsung cemberut. "bercanda saya hahaha." Lanjut Sobin.

"nonton seru kali ya..." celetuk Jiho.

"boleh kalau Arin mau." Sobin setuju aja karena dia juga pengen sebenernya makin deket sama Arin.

"katanya bapak masih ada kerjaan." Arin mengingatkan.

"bisa dikerjain nanti kan di apartment." Sobin mengendikkan bahunya.

"tuh rin secara nggak langsung pak Sobin mau ngajak lo nonton tapi malu." Jiho kembali berujar.

"tapi kan..."

"kamu nggak mau nonton sama saya?" ucapan Sobin dijawab gelengan cepat sama Arin.

"enggak, mau banget malahan." Arin udah bodo amat kalau dikira kepedean. Selagi Sobin yang ngajak kenapa dia harus nolak kan. Jarang-jarang Sobin begini soalnya.

"yaudah ayo." Ajak Mingyu lebih dulu beranjak diikuti Jiho.

Mereka berempat akhirnya nonton bareng. Sobin pengennya sih bisa romantis kayak pasangan lain tapi dia masih canggung. Bahkan lelaki 30 tahun itu batal meluk Arin kayak yang lainnya karena malu. Pas film selesai Sobin ngaku kalau dia masih canggung sama Arin.

"Arin maaf ya kalau tadi nggak sesuai pengennya kamu." lirih Sobin.

"kenapa minta maaf ? Gapapa pak, saya paham kok lagian sikap bapak ke saya belakangan ini udah cukup ngebuktiin kalau bapak berubah dari yang dulu." Arin berujar maklum.

"tapi tetep aja, saya tau kamu pengen kayak yang lain kan? Bisa romantis, terus pegangan tangan–"

Chuu...

"bapak juga romantis kok, saya tau bapak punya versi romantis sendiri jadi gak masalah buat saya." Arin langsung jalan ninggalin Sobin yang masih bengong setelah ciuman singkat mereka. "ayo pulang pak ngapain bengong." Ajak Arin pas tau Sobin nggak ngikutin dia.

Ciyeeee yang abis dicium terus kena mental 😆😆🙈

Secret BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang