last farewell

69 14 44
                                    

"bapak beneran harus pergi besok?" Arin bertanya perihal tugas dinas Sobin yang terkesan mendadak pas mereka makan malam.

"iya, kamu gapapa kan saya tinggal? Kalau kamu takut sendirian kamu bisa panggil Mingyu sama Jiho kesini buat nemenin." tawar Sobin.

"enggak usah, lagian cuma sehari ini bapak perginya kan."  tolak Arin.

"ya siapa tau kamu takut sendirian, atau saya antar ke rumah nenek?" Sobin masih khawatir Arin nangis kayak pas dia dinas beberapa bulan lalu karena takut hujan.

"enggak pak, jangan berlebihan gitu." bapak udah nyiapin yang perlu dibawa besok?"

"udah cuma sehari ini kan, bawa sedikit aja." Sobin berujar.

"pak boleh tanya?" yang diangguki sama Sobin. "bapak seneng nggak sih kayak gini? Ya hidup bapak jadi berubah karena saya kan? Pak Sobin yang perfect udah berubah jadi santuy dan mungkin kesan perfect itu udah hilang dari bapak. Bapak nggak nyesel berubah begini?" Lanjutnya

"enggak, kenapa nyesel? Lagian saya nggak rugi. Justru karena ketemu kamu hidup saya jadi nggak monoton. Kamu adalah hal yang paling saya syukuri karena datang ke  hidup saya." Sobin mengecup kening Arin.

Arin? Jangan ditanya udah kek jeli dia digituin. "baper ke suami sendiri boleh kan ya?" batin Arin setelah dicium begitu.
.
.
.
Pagi harinya Sobin udah rapi mau berangkat. Lelaki itu tampak gagah dengan balutan jasnya. Arin aja sampe bengong ngeliatin Sobin.

"saya berangkat ya, hati-hati dirumah kalau ada masalah telfon saya langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"saya berangkat ya, hati-hati dirumah kalau ada masalah telfon saya langsung." pesan Sobin yang diangguki Arin pas mereka udah dihalaman apartment.

"yang fokus kerjanya pak suami hehehe." Arin melambai pada Sobin yang udah menjalankan mobilnya perlahan.

Baru sehari ditinggal Sobin, Arin udah kek itik ilang induknya. Jiho paham sih karena baik dia ataupun Mingyu juga sama sibuknya jadi nggak ada waktu buat nemenin Arin seharian full. Ngomong-ngomong soal Mingyu, cowok 24 tahun itu udah sidang. Tinggal nunggu kapan bisa wisuda aja. Jadi kerjaannya sekarang cuma antar jemput Jiho kuliah.

"halo, sendirian aja neng." goda Mingyu yang langsung ambil kursi duduk sebelah Arin.

"kakak kemana aja? Sepi tau nggak ada kakak disini." rajuk Arin.

"lah gue udah sidang, lulus lagi jadi apa faedahnya gue dikampus?" Mingyu bingung sendiri.

"ya nemenin gue misalnya."

"suami lo kemana cantik? Biasanya juga kemana-mana sama pak dosen." Mingyu baru sadar dari tadi Arin sendirian.

"dinas besok baru pulang." ketus Arin.

"jadi lo kesepian? Kalau lagi kesepian aja nyari gue. Giliran ada pak suami kakak sendiri dilupain rin." giliran Mingyu yang merajuk.

"kok jadi kakak yang marah? Kakak ngapain disini? Katanya nggak berfaedah kesini kan udah lulus." cibir Arin.

Secret BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang