first impression

140 16 18
                                    

"cari apartment, pokoknya setelah lulus harus cari rumah." Monolog Arin bahkan sebelum dia beranjak dari kasur.

"melek dulu rin baru ngayal, lagian sidang juga belum udah mikir lulus." celetuk teman sekamarnya.

"ck... Sepupu gue ada yang nawarin apartment lumayan kan, nanti mau ketemuan nih doain kek temennya punya apartment malah diledek." Sewot Arin.

"iya rin, semisal rumah lo gedhe gue nginep deh ya... Kapan lagi kan punya temen yang udah mandiri setelah lulus kuliah." Sahut temannya lagi.
.
.
.
.

"pagi rin, pesen kopi yang biasa kan?" sambut barista kafe yang dimasuki Arin seakan hafal pesanan cewek itu.

"iya tanpa kremer ya kak." Imbuh Arin.

"silakan, tumben seneng banget keliatannya ada apa?"

"ada deh, makasih kakak ganteng."

Pyasshh! kopi pesanan Arin tumpah gitu aja karena cewek itu salah pegang bagian cup nya.

"ck... Hati-hati dong." decak seseorang yang sekarang nahan tubuh Arin biar nggak jatuh.

"gila ganteng banget dosen gue tuhan... Dosa nggak sih kalau naksir dosen sendiri?" batin Arin pas mata mereka bertatapan.

"ekhem! Kenapa ngeliatin saya begitu? Berdiri yang bener kamu berat." Lelaki itu memaksa Arin kembali ke kenyataan.

"maaf pak maaf..." Ucap Arin kemudian.

"satu latte." Dosen itu nggak gubris Arin sama sekali.

"ini pak, benerkan?" Barista itu terdengar ragu.

"kremernya 10ml kan? Lalu perbandingan air dan gulanya 60:40 kan? Kamu nuang kremernya juga sedikit demi sedikit kan?"

"etto.." Barista itu pasrah dengerin ceramah lelaki di depannya.

"ribet banget sih pak? Tinggal minum aja pake segala perbandingan." Cibir Arin.

"bapak mau saya buatin kopi yang baru? Saya udah catet memo bapak tadi kok." Barista itu memberi pilihan walaupun nggak yakin diiyain.

"kalau kamu buat lagi, waktu saya bakal terbuang untuk nunggu kamu."

"nggak usah minum kopi pak, kak siniin kopinya. Anggep aja ganti kopi aku yang tumpah." Barista itu nyerahin cup kopi tadi ke Arin sambil masih ngeliatin pak dosen. "tambahin kremernya, ini bukan moccacino." lanjut Arin.

"terimakasih kunjungannya..."

"orang kopi enak gini masih aja protes." Dengus Arin menyeruput kopinya sambil berlalu pergi setelah melirik sedikit pada dosennya.
.
.
.

"abang dimana? Katanya ketemuan di kafe depan kampus, kok belum nyampe?" Arin mutusin nelpon sepupunya setelah nunggu 1 jam dari waktu janjian.

"lo mau liat apartment kan? Kunci sama surat-suratnya udah gue titip ke kasir, gue udah kesana pas lo belum dateng tadi." Sahut line seberang.

"oh gitu yaudah makasih abang, baik banget deh sama gue. DP nya nanti gue transfer ya..." Ujar Arin sebelum memutus panggilan.
.
.
.

Cklek!

"waaah lumayan luas juga apart nya. Aneh banget kenapa tempat sebagus ini harganya bisa murah." Arin mulai room tour.

Begitu pintu dibuka ada rak khusus sepatu sebelum masuk ruang tamu yang udah Arin cobain sofanya.

Begitu pintu dibuka ada rak khusus sepatu sebelum masuk ruang tamu yang udah Arin cobain sofanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang