"ikut ya bang, mumpung weekend nih. Jarang juga kan kita jalan bareng." pinta Arin di line seberang.
"yaudah, perlu bawa apa aja nih abang?"
"ransel aja bang, kan perginya pas weekend jadi cuma 2 hari mumpung pak Sobin juga bisa absen." yang disahuti deheman sama Dikta. "bye abang, buruan kesini ya, biar besok berangkatnya barengan." lanjut Arin sebelum mengakhiri panggilan. . . . .
"pagi abang..." Sapa Arin ceria pada Dikta yang masih belum ngumpul nyawanya.
"hmm... Udah nentuin kemana aja nanti?" Dikta berujar setelah menguap.
"udah dong, nah karena pak Sobin udah selesai mandi gantian abang sana. Bersihin tuh ilernya kemana-mana." gurau Arin yang hanya dibalas dengusan oleh kakaknya.
Selang 30 menit selesai sarapan, Mingyu udah teriak di depan pintu seperti biasa. Tapi kali ini bukan 'main yuk' berganti jadi 'double date yuk' yang bikin Dikta pening sendiri.
"bisa nggak jangan kek di hutan?" Mingyu kaget karena yang bukain bukan yang punya rumah tapi Dikta.
"hehehe abang jadi ikut? Biasanya juga gitu bang kalau sama Arin." sahut Mingyu canggung.
"mau kemana sih?" tanya Dikta pas mereka udah masuk lagi.
"keliling kota aja bang, terus nanti nginep kek dimana gitu baru hari keduanya kita jalan ke tempat yang jauh."
"iyadeh terserah kalian aja, lagian gue ikut juga cuma jadi tukang foto." cuek Dikta.
"yuk udah semua kan?" Jiho berujar pas ngeliat sobin dan Arin udah rapi.
"let's go!" Arin berujar ceria. . . .
Mereka berangkat pake mobil Sobin alasannya udah tau lah ya, karena Sobin paling tua. Sobin sih iya aja asal yang nyetir jangan dia duluan karena dia kan nggak tau mau kemana arahnya. Jadi duduknya Dikta yang pertama pegang kemudi, Mingyu duduk disebelahnya, baru 3 orang lain dikursi penumpang dengan Sobin yang ditengah. Karena emang cuma puterin kota jadi ya mereka berhenti cuma buat makan sama isi bensin.
Ini style masing-masing
Dikta sebagai Supir pertama sekaligus obat nyamuk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
