" Aku minta maaf." Jaehyun berjalan menghampiri Chaeyoung yang berdiri di dekat jendela kamar.
Setelah makan malam bersama, Ibu Jaehyun memaksa mereka untuk menginap dan disinilah mereka berdua berada di kamar yang dulu sempat ditempati Jaehyun sampai kelas dua SMA.
Kamar itu sangat luas. Dengan tembok berwarna abu-abu dan kasur queen size yang berada di tengah ruangan. Perabotannya tidak banyak hanya lemari, meja komputer, TV, dan yang paling menarik perhatian Chaeyoung adalah piano listrik yang teronggok di pojok ruangan. Piano itu terlihat tua dan Chaeyoung tidak tahu apakah benda itu masih berfungsi dengan baik.
"Kenapa minta maaf?" Chaeyoung berbalik menghadap Jaehyun.
"Sejak awal kamu mati-matian menolak untuk mengadakan ucapara pernikahan, tapi, pada akhirnya kita akan melakukannya juga karena permintaan ibuku."
Chaeyoung tersenyum kecil. "It's okay. Kalau ini untuk Ibu kamu aku nggak keberatan."
Jaehyun menyenderkan bahu kirinya nya ke tembok dan menatap ke arah Chaeyoung yang sedang menatap langit malam tak berbintang.
"Jaehyun,"
"Hm?"
"Benar apa kata kamu, Ibu kamu orangnya baik banget. Bahkan, meski fisiknya lagi nggak fit, dia masih sempat-sempatnya masak untuk menjamu kita."
"Kan sudah kubilang, ibuku itu wanita paling baik di dunia."
"Kalau begitu, kenapa kamu pergi dari rumah dan nggak mau bertemu mereka lagi?"
"Ceritanya panjang."
Chaeyoung mengangkat bagu. "Kalau kamu mau cerita, aku nggak masalah ceritanya sepanjang apapun."
Sekarang mereka berdua berada di rumah masa kecil Jaehyun. Bohong kalau Chaeyoung tidak merasa penasaran dengan kehidupan laki-laki itu sebelum ia mengenalnya. Terlebih, karena mereka sudah 'menikah' dan akan hidup bersama bukankah lebih baik kalau Chaeyoung mulai mengenai Jaehyun lebih dekta sedikit demi sedikit.
Jaehyun menghembuskan napas berat. Ia lalu menyilangkan tangan di depan dada. "Masalah sebenarnya itu ada di Ayahku."
"Apa masalahnya?"
"Ayahku itu ringan tangan. Dia sudah berkali-kali melakukan KDRT kepada ibu dan aku. Kamu lihat sendiri tadi, bagaimana dia dengan mudahnya menamparku di depan kamu dan Rion."
"Sejak kapan?" tanya Chaeyoung prihatin.
"Aku nggak tahu sejak kapan Ayah mulai memukul Ibu, karena Ibu tidak pernah mau cerita. Tapi, aku pertama kali memergokinya saat kelas empat SD. Waktu itu malam hari, aku mendengar orang tuaku bertengkar. Karena penasaran aku mengintip dari sela pintu kamar mereka yang sedikit terbuka. Nggak lama kemudian aku melihat Ayah menampar Ibu." Jaehyun menarik napas dalam. Menceritakan kembali kenangan buruk itu membuat Jaehyun tertekan.
Meski kejadian itu sudah bertahun-tahun lamanya, tapi bayang-bayang itu masih meninggalkan jejak yang begitu dalam di hati dan ingatannya.
Ia masih bisa merasakan dinginya lantai yang ia pijak dan kencangnya suara tamparan Ayah malam itu. Jaehyun kecil hanya bisa menatap kejadian itu dengan tangan gemetar ketakutan. Ia ingin menolong sang ibu tapi ia merasa tak berdaya.
"Aku nggak bisa melakukan apapun malam itu. Aku lari ke kamar dan bersembunyi di balik selimut sampai aku ketiduran. Keesokan harinya, Ibu dan Ayah bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Gara-gara itu, aku sempat mengira kalau mungkin yang ku lihat semalam hanya mimpi..."
"... tapi, dua minggu setelahnya kejadian itu terjadi lagi. Orang tuaku bertengkar, dan ibu lagi-lagi menjadi korban kekerasannya. Dan lagi-lagi aku nggak berani untuk melakukan apapun. Barulah saat aku kelas tujuh, aku mulai berani membela Ibu setiap kali mereka bertengkar. Dan mulai saat itu, aku pun ikut menjadi korban kekerasan Ayah. Aku ditampar dan tidak jarang aku dikurung di kamar mand sampai mereka selesai bertengkar"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Valentines ✔️
Fanfic[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan batasan. Lalu ada Rion yang hanya peduli dengan kodok peliharaannya. ------ Rating : R-18+ ------ Started : 04 April 2021 Complet...