UNTITLEDI 1

1.2K 175 66
                                    

Di tulis oleh: Chaca

Let's Not Fall In Love-BIGBANG

🍁
🍁
🍁

UNTITLED

Sebelum mulai, kasih emotion love buat Kak Chaca yuk.

Thank you

🌸
🌸

Kali ini aku sungguh merasakan bahwa lelahku benar-benar lelah. Dan aku sudah hampir tidak dapat memiliki sebuah alasan untuk mempertahankan dirinya untukku seorang. Pantaskah aku untuk terus menerus mempertahankanmu Mas?- Nora

Nora Danish Adisti POV

"Mas, aku rasa hubungan ini harus kita akhiri."

Setelah aku mengatakan hal itu, ia menarik tubuhku untuk berada dalam dekapan hangatnya.

"Kenapa Ra?" tanyanya gamang padaku. Aku lalu membalas pelukannya erat dan diam membisu.

Aku hanya lelah mempertahankan dirimu untukku seorang mas. Batinku

"Mas, aku lelah. Setiap hari rasa bersalah terus menggrogoti hatiku. Aku juga gak bisa terus-terusan mempertahankanmu di sisiku mas."

Mas Fedri lalu mengurai pelukan kami dan sorot matanya yang tajam seolah masuk menusuk ke dalam mataku melihat kesungguhan pada kalimat yang ku utarakan.

"Kali ini siapa yang mencoba menggoyahkanmu pada Mas, Ra?"
Aku mengalihkan pandangan itu, pandangannya yang selalu bisa mengembalikan rasa egois untuk menahannya seorang untuk diriku sendiri.

"Bukan salah siapa-siapa. Di sini aku hanya lelah, Mas. Lelah untuk menjadi orang ketiga. Aku lelah di posisi ini, Mas. Lelah dengan rasa bersalah, lelah mempertahankan Mas yang aku juga nggak tau apakah Mas bisa ku miliki untukku seorang."
Aku tahu dia tak suka dengan apa yang ku ucapkan. Tapi, nyaliku benar-benar dipermainkan saat berulang kali Ibu dan Ayah menanyakan prihal keseriusannya pada hubungan ini yang aku sendiri tak bisa menerka ujung dari hubungan ternoda ini.

"Mas sudah berulang kali meminta kamu sabar, Ra. Mas akan secepatnya berpisah dengan istri Mas. Tapi, mas juga nggak tau jika akhirnya istri Mas hamil. Tapi, please, Ra. Mas nggak mau melepaskan kamu. Setidaknya tunggu sampai istri Mas melahirkan, ya?" Ia tetap berusaha membujukku.

"Dan mas akan menjadikanku wanita paling kejam, Mas? Aku nggak mungkin memisahkan ayah dengan anaknya Mas. Aku juga perempuan, aku juga gak akan sanggup jika anakku harus berpisah dengan ayahnya nanti. Jadi, lebih baik kita akhiri hubungan ini, Mas." Aku melepaskan genggamannya dan segara pergi dari hadapannya.

Aku teringat kembali akan hari pertama aku bertemu dengan Mas Fedri. Sosoknya yang berkharismatik, dengan tatapannya yang lugas membuatku terperangkap akan pesonanya. Aku yang bekerja sebagai seorang psikolog bertemu dengannya secara tidak terduga karena insiden pencopetan yang aku alami dan dia lah seseorang yang membantuku. Namun, tanpa terasa dari insiden itu kami bertukar nomor pribadi dan mengatur jadwal untuk pergi berdua. Yang tak ku ketahui bagaimana statusnya kala itu.

Mas Fedri;

'Ra, mas nggak akan pernah lepasin kamu. Kita gak bisa untuk berakhir seperti ini Ra. Mungkin kamu perlu waktu, take your time, Ra. Mas akan tunggu kamu tenang.

Love you, Nora Danish Adisti.'

Pesan Mas Fedri membuatku semakin sesak. Kenapa sih Mas, kamu gak bisa memahami jika kita cukup sampai di sini? aku nggak akan sanggup untuk menerima cacian masyarakat dan juga menghadapi ibu dan ayah bahwa anaknya adalah penyebab hancurnya rumah tangga orang lain. Dan akan selalu aku yang berada pada posisi yang akan selalu dianggap buruk, walau hubungan ini aku dan kamu yang jalani mas. Seberapa kerasnya kamu ingin kita bersama, aku tetap pada pendirianku bahwa berpisah lebih baik untuk kita dan hubungan ini.

"Udah pulang, Ra? Tumben kamu sendiri, nggak dianter Fedri? Kalian bertengkar?" Andai ibu tau bagaimana anaknya ini menjalani sebuah hubungan bernoda dengan suami oranglain. Oh, airmata yang sudah ku tahan sedari tadi jatuh. Aku tak bisa membayangkan akan semurka apa Ibu padaku.

"Loh, kamu kenapa? Kalau memang ada masalah dengan nak Fedri, harusnya dibicarakan baik-baik dulu, Ra." Ibu langsung memeluk tubuhku. "Hubunganku dengan Mas Fedri sudah berakhir bu," jawabku dengan perasaan hancur.

"Memang ada masalah apa sampai hubungan kalian harus berakhir? Ibu lihat kalian baik-baik aja." Aku tak tau mesti jawab apa pertanyaan Ibu ini. "Kami, memang sudah tidak ada kecocokan, Bu." Ibu menepuk puncak kepala ku. "Lelaki seperti apa sebenarnya yang kamu cari? Umur kamu sudah seharusnya menikah, Ra. Tapi ya sudah, jika itu keputusan kalian untuk berpisah, maka Ibu akan mendoakan yang terbaik untuk kalian. Walau Ibu sebenarnya berharap kamu dan Fedri bisa sampai ke pelaminan."

Aku tersenyum kecut mendengar harapan ibu pada hubungan ini. Maaf bu, harapan Ibu akan sulit untuk Nora wujudkan jika orangnya adalah Mas Fedri yang notabenenya juga sudah menjadi milik oranglain.

"Pesan ibu tetap sama, jangan pernah mau jadi orang ketiga. Carilah lelaki yang hanya akan menjadikanmu satu-satunya wanita." Aku hanya bisa terdiam pada setiap nasihat ibu.

"Ra, ada yang ingin Mas sampaikan padamu." Selama kami berpacaran enam bulan ini, baru ini aku lihat wajah kekasihku ini tampak gusar, seperti ada yang ia tutupin juga. Karena aku seorang psikolog aku tentu dapat menyadari gerak-gerak seseorang dari raut wajahnya.

"Ada apa mas? Wajah mas terlihat pucat banget, Mas ada masalah?" Ku genggam tangannya yang kokoh. "Ra, mas ingin jujur ke kamu, tapi mas takut setelah ini kita gak akan sama lagi." Mendengar ucapan Mas Fedri, mendadak membuat hatiku gelisah. Ku peluk tubuhnya untuk menyalurkan perasaanku padanya.

"Mas, Nora ada di sini, dan kalau hal itu bisa mas sampaikan baik-baik dan jujur sama apa mas rasaian, kita akan tetap seperti dulu, Mas. Memangnya mas mau jujur soal apa?" Aku melepaskan pelukkanku dan menatap jelaga Mas Fedri.

"Janji sama Mas, untuk jangan berubah dan tetap percaya sama Mas, ya?" Aku menganggukkan kepalaku. "Ra, sebelumnya bukan maksud mas untuk bohongi kamu. Rasa Mas ke kamu juga tulus, tapi Mas rasa Mas nggak boleh egois untuk terus menerus menyembunyikan status Mas. Ra, Mas tau apa yang akan Mas katakan ini akan sangat melukai kamu." Dia diam sejenak, dan aku tetap menunggu kata perkata yang ingin ia utarakan padaku.

"Ra, status Mas sebenarnya Mas sudah terikat dengan orang lain."




Nggak usah ngadi-adilah Mas.

Nggak usah ngadi-adilah Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Published, 4/8/21

Love
cacagyatyo

Day DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang