Best Friend| 1

641 116 29
                                    

Written by spillthedonghyeogi

Happy reading, love




"Lo yakin? Nikah nggak main-main, loh.”

“Yakin. Lagian, apa yang bikin gue nggak yakin sama dia?”

“Entah. Gue yang nggak yakin.”

“Kenapa?”

“Pautan umur kalian lumayan jauh. Apalagi lo yang lebih tua.”

“Terus, masalahnya di mana?”

Aris lagi-lagi hanya menaikkan pundaknya, tak lagi menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir wanita di hadapannya itu. Ia lalu kembali fokus pada wajan dan spatula yang sejak tadi beradu tak berhenti di hadapannya.

Sementara Hana kembali dengan pena dan kertas-kertas coretnya menunggu makanan yang dimasak Aris selesai. Perutnya sudah mengadakan konser sejak tadi, sementara makanan yang ditunggu tak kunjung kelar.

Tak apa, setiap masakan yang disediakan Aris pasti worth it untuk ditunggui. Sejak kecil, meracik berbagai bumbu dapur dan mengkreasikannya adalah hobi lelaki tampan yang sudah dua puluh lima tahun ini menjadi sahabat Hana ini, dan Hana adalah orang pertama yang selalu menjadi 'korban' dalam kreasi masakannya.

Protes? Tentu saja tidak. Untungnya, walaupun menurut seorang Aris Fabian gagal, namun masakannya masih bisa dicerna di lambung Hana Aksara. Entah, memang masakannya yang memang aman-aman saja walau Aris bilang itu gagal, atau memang lambung Hana yang pasrah saja menerima semua jenis makanan.

Tak lama kemudian, makanan yang sejak tadi diolah Aris akhirnya tersaji di hadapan Hana, membuatnya langsung melupakan kertas-kertas deadline yang memenuhi otak.

“Makan dulu. Jangan sampe pulang dari sini lo dikejar anjing, saking dikira tulang berjalan.”

Udahlah, Hana bodo amat dengan ejekan Aris. Tanpa perlu disuruh kedua kalinya, sendok dan garpu sudah beradu di atas piring, membuat Aris tersenyum bangga karena selalu berhasil membuat sahabatnya itu makan dengan lahap.

“Habis ini, mau kemana?” Tanya Aris disela kunyahan kalian.

“Diajak jalan.” Jawab Hana, tak lupa memamerkan senyum terbaiknya.

Aris tersenyum kecil, “trus ngapain makan di sini?”

“Ya nggak apa-apa. Nanti kalo diajak makan lagi, ya makan.”

“Dasar perut karet!” Satu jitakan kecil mendarat di kepala Hana, membuatnya sedikit meringis kesakitan.

“Aduh..”

Aris langsung menghentikan aktifitasnya dan segera terfokus pada gadis di sampingnya yang terlihat kesakitan.

“Eh, sakit banget ya? Astaga. Maaf, gue nggak sengaja. Maaf ya..” Katanya sambil mengelus-elus kepala Hana. Matanya benar-benar menampakkan kekhawatiran dan rasa bersalah.

Hana ingin tertawa dalam hati. Lelaki ini, sejak dahulu selalu mendahulukannya diatas segalanya. Bahkan saat Hana digigit puluhan koloni semut ketika mereka tak sengaja menghambur sarang semut yang dibangun di depan rumah Hana sewaktu kecil, malah Aris yang menangis saat membantunya menghilangkan rasa gatal dan sakit akibat gigitan-gigitan kecil itu. Ia merasa bersalah karena tak bisa menjaga Hana dengan baik.

Day DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang