Be Your self| 1

398 67 1
                                    

Hallo, lama ya kita nggak ketemu di project day dream?

Terima kasih ya, masih simpan day dream di reading list.

Anyway, cerita ini di tulis oleh SourCandy99

Terdapat kesamaan cast dengan ceritaku ya, tapi please jangan salah fokus.

Happy reading 💙



Aku tengah melipat beberapa pakaian yang tersisa untuk ku masukkan ke dalam koper. Kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar dan tak lama pintu terbuka. Bibirku refleks menyunggingkan senyum saat Mama berjalan ke arahku dengan tangan membawa satu nampan berisi susu hangat untukku.

Ini sudah seperti kebiasaan Mama setiap malam. Jadi, bagaimana caranya nanti aku menjalani hari tanpa Mama?

"Udah malam nak, besok masih ada waktu," ujar Mama setelah meletakkan susu di atas meja belajarku. Aku hanya tersenyum sambil menggeser beberapa pakaian agar Mama duduk di sampingku.

Namaku Runa, Aruna Ghania. Baru saja lulus dari bangku SMA dan beruntungnya namaku masuk dalam deretan siawa yang mendapat beasiswa disalah satu universitas di Jakarta, sebuah kebanggan tersendiri untuk ku dan kedua orang tuaku.

"Tinggal dua hari lagi ma, besok Runa harus ketemu sama Wina."

Wina adalah teman kecilku. kami kenal dari masuk sekolah dasar hingga SMA, namun sayangnya dia enggan untuk melanjutkan pendidikannya dan memilih mencari pekerjaan di Bandung.

"Anak Mama kok cepet banget gedenya? tiba-tiba udah kuliah aja. Padahal kemarin masih Mama antar sampe gerbang TK."

Senyum tipis terulas di wajah Mama yang semakin menua karena usia, usapan di lenganku dan tatapan Mama yang... ah, aku kurang suka tatapan itu. Bagaimana tidak? Setiap pembicaraan seperti ini akan membuatku semakin berat meninggalkan Mama dan Ayah di sini, terlebih aku anak tunggal. Tidak ada yang bisa kuandalkan untuk menjaga mereka.

"Mama jangan gitu!" gerutuku, "Runa nggak usah berangkat aja kalo gitu," sambungku sambil memanyunkan bibir. Tak lama, ku rasakan pelukan dari Mama dan usapan di kepalaku pelan. Akupun membalas pelukannya, dengan melingkarkan tanganku ke pinggang Mama.

"Ini udah pilihan kamu nak, mama sama Ayah cuma bisa dukung kamu jadi apa yang kamu mau. Yang penting kamu bisa jaga diri di sana, harus pinter-pinter cari teman, jangan sampai anak Mama yang cuma sebiji ini berubah." Ujar Mama menasehatiku.

"Berubah jadi istrinya Kim Donghyuk?" balasku yang masih di pelukan Mama sambil tertawa kecil dan pukulan pelan mendarat pahaku.

"Kamu kalo dibilangin bercanda mulu! Oppa Koreamu itu juga nggak mau sama kamu!" Nadanya berubah sedikit kesal karena jawaban yang ku berikan.

"Siapa tau kan?" kekehku kemudian. "Runa ngerti, Mama nggak perlu khawatirin itu. Mama sama Ayah harus sehat terus di sini, jangan sampe sakit."

"Kamu juga. Kalau Mama sama Ayah sakit mah wajar udah tua."

Kan! Mulai lagi.

Aku menarik diri dari pelukan Mama, kemudaian memasang wajah tidak suka. Mama yang menyadari perubahanku, langsung mencubit pipiku pelan kemudan beranjak dari duduknya.

"Diminum susunya , abis itu tidur ya!"

"Iya."

Setelah Mama meninggalkan kamar dan aku selesai membereskan pakaian yang tersisa, aku mengirimkan pesan teks kepada Wina untuk mengingatkan pertemuan kami besok pagi.

Terkadang aku tidak menyadari bahwa waktu berjalan begitu cepat, seperti baru kemarin aku ketiduran di ruang tv dan keesokan paginya sudah berada di dalam kamarku sendiri, belajar menggunakan sepeda roda dua dan dibantu oleh Ayah. Sekarang aku harus belajar sendiri, mengambil keputusanku sendiri, demi membahagiakan mereka.

Day DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang