Live Your Life| 1

576 77 6
                                    

Writer by Rum131

Live Your Life-Day6









"Ji, gimana? dari lagu yang kamu kirim, baru satu yang masuk di kriteria album kalian selanjutnya."

Aku memijit pelipisku. Baru duduk di studio, aku sudah ditodong dengan pertanyaan yang tak bisa kujawab seperti ini.

"Yakin Bang aku kirim lima belas lagu, yang diterima cuma satu?"

Mencoba peruntungan, aku meminta Bang Sony mempertimbangkan lagu lain yang kukirim sebagai demo album baru.

"Kamu sendiri sadar nggak sih kalau kualitas lagumu makin menurun? Sorry, kalau ini kasar. Aku aja yang pertama kali dengar lagu demomu, hilang selera. Kayak bukan kamu loh, Ji. Apa lagi Pak Rich, dia dengar bait awal aja tebakannya nggak pernah salah."

Namaku Jiwangga, aku memiliki band yang sejak lima tahun lalu tidak pernah gagal perihal penjualan album. Dalam kurun waktu dua puluh empat jam, album band kami menjual lebih dari tiga juta copy dan Bang Sony adalah produser musik kami sejak kami bergabung pada Lebel musik.

Untuk ukuran musik band yang sekarang mulai kalah dengan formasi boy group Korea, sebenarnya aku cukup puas dengan hasil penjualan kami. Hanya saja, seperti yang dibilang Bang Sony, aku sendiri merasa kualitas laguku semakin turun.

Album terakhir yang kami rillis memiliki catatan terburuk sepanjang sejarah band kami bermusik. Jauh dari target penjualan. Itu sebabnya beberapa bulan kemudian kami diberikan kesempatan mengeluarkan album baru dengan harapan bisa mengangkat penjualan musik kami lagi.

Berkali-kali aku membangun ide dengan banyak hal. Bahkan, aku sempat menepi sendirian hanya untuk membuat satu lagu. Sayangnya, kepalaku terus ramai tapi hatiku tidak bisa tergerak.

"Ji, waktu tinggal empat bulan lagi. Seminggu ini selesaikan lima lagu baru. Ingat, ini bukan album single. Kamu paling nggak harus punya lima lagu jagoan yang bisa naikin top chart  musik POP indo nanti."

Selepas kepergian Bang Soni, aku menunduk dalam. Kepalaku hampir pecah saat mencoba untuk mencari inspirasi.

Waktu sudah menunjukan pukul satu malam, tanganku terus bergerak di atas kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukan pukul satu malam, tanganku terus bergerak di atas kertas. Mencoba mendalami tulisanku sembari mencari nada yang sesuai.

Aku tidak bisa mengandalkan siapapun, bukan tidak percaya dengan kemampuan anggota band yang lain, tapi perihal menciptakan lagu, dari awal hanya aku yang memiliki warna sesuai aliran musik kami. Lagipula, ketika aku meminta mereka membuat lagu, selalu ditolak oleh Pak Rich.

"Hari ini kamu enggak pulang lagi, Bang?" suara Mama di seberang sana membuat keresahanku semakin menjadi. Aku bahkan lupa jika sudah nyaris seminggu ini tak pulang ke rumah.

Selama ini aku memang memiliki tempat tinggal sendiri di apartemen dekat studio. Maksudku, supaya mudah jika aku ingin latihan atau mengurusi bandku. Tapi biasanya dua hari sekali aku pulang meski tidak selalu menginap.

Day DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang