Live Your Life|2

299 87 13
                                    

Happy reading, Love.





Aku tinggal di apartemen model studio. Apartemen yang kubeli dari hasil royalti album pertama bandku. Apartemen ini memang tidak mahal, model studio yang sebenarnya tak jauh beda dengan model kost, tapi lumayan buat tempat istirahat. Lagipula untuk apa juga memiliki apartemen besar kalau aku juga hanya tinggal sendiri.

Malam ini Saka mengatakan hendak menjemputku setelah magrib. Dia beralasan harus di sana sebelum pukul delapan untuk menyambut tamu. Jika begini, aku mau tak mau harus pasrah ikut datang lebih awal.

Meski tidak begitu suka berkumpul dengan pembisnis, aku juga tidak bisa begitu saja mengabaikan penampilan dan datang dengan baju oblong kesukaanku atau celana belel yang rasanya lebih nyaman kupakai. Aku memiliki beberapa kemeja formal meski tak banyak. Malam ini, kuputuskan mengambil kemeja warna biru dengan setelan celana jeans hitam dan tuxedo warna abu-abu. Agak bertabrakan memang, tapi aku sedikit nyaman memakainya dibandingkan setelan formal lainnya.

"Sombong banget bukan naik ke atas," protesku begitu masuk ke dalam mobil jeep kesayangan Saka. Dia hanya mengedikan bahu sembari tersenyum tipis.

"Makin kurus aja," komentar Saka setelah sedikit melirik padaku, "Nggak makan apa engga tidur?"

"Dua-duanya." Aku menyahut enteng dan itu membuat Saka mengelengkan kepala.

Sepanjang jalan kami habiskan untuk bercerita. Membahas apapun meski sama sekali tidak menyinggung soal kerjaan kami. Sebenarnya selain kami, aku memiliki adik perempuan, namanya Kanaya. Usianya empat belas tahun, tidak terlalu feminim dan pemberani.

Sebagai adik perempuan satu-satunya, tentu dia punya kasih sayang yang lebih dari kami. Terkadang, apapun yang dia minta akan kami belikan, semisal Mama menolak membelikan. Bagiku, uang bisa dicari, yang paling penting dia tidak pernah merasa kesepian.

"Itu mereka," sapa Mama begitu kami masuk ke dalam hall hotel yang sudah disulap dengan begitu megah.

Napasku rasanya seperti tertahan begitu melihat seseorang sedang mengobrol dengan Mama. Keluarga Abraham, seseorang yang pernah merendahkanku hingga membuat kepercayaan diriku lenyap seketika.

Saat aku melirik Saka, raut wajahnya juga berubah, terlebih saat di sana ada perempuan yang pernah sama-sama kami cintai, dulu.

Iya dulu. Perempuan itu bernama Sabrina Abraham. Gadis berhijab yang pernah menjadi kekasihku nyaris dua tahun. Sebelum pada akhirnya, suatu malam saat aku hendak berkunjung untuk mengajaknya keluar, kalimat Ibunya membuatku berbalik badan dan memutuskan hubungan kami melalui pesan singkat.

"Coba kamu pikirin, apa yang kamu harapkan dari anak band seperti dia, Na? Jangan hanya berpikir seberapa terkenalnya dia, tapi masa depan. Dunia artis terlalu bebas, Ibu lihat Jiwangga sering digosibkan sama model dan artis lain. Ibu nggak bisa bayangkan jika kamu nanti jadi istrinya dan dia di luar sana banyak dekat dengan wanita lain."

"Itu cuma akting, Bu. Jiwangga nggak gitu. Lagi pula, soal masa depan aku percaya sama Jiwangga, kami bisa menabung dari sekarang." Suara Sabrina yang membelaku mampuh membuat sudut bibirku tersenyum senang.

"Ibu bilang enggak, Na. Videonya mencium perempuan di club kemarin adalah jawaban atas doa Ibu selama ini. Dia nggak baik, masih jadi pacarmu saja dia begitu."

Aku menelan ludahku kasar. Teringat kejadian saat aku mabuk dan mencium seseorang yang tak kukenal, saat itu kepalaku suntuk, banyak hal yang kupikirkan termasuk masalahku dengan Sabrina. Bingungnya lagi, saat kejadian itu ada yang merekam video dan menyebarkan ke media.

"Sama Aksara sana. Adik kembarnya itu jauh lebih terhormat dan jelas masa depannya. Setidaknya kalian akan nyambung nanti."

Saat itu aku membalikan badan, tidak jadi masuk ke rumah Sabrina karena merasa sangat kalah. Tidak masalah dengan penolakan Ibunya Sabrina, toh dari awal memang beliau tidak merestui kami. Tapi begitu Beliau membawa nama Aksara dan menganggap Aksara lebih pantas mendampingi Sabrina, maka aku memang kalah. Sebab diam-diam, Aksara juga mencintai Sabrina.

Day DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang