Kedua kaki itu nampak tak nyaman untuk bertumpu lama-lama. Sepasang mata itu terus beredar, memantau situasi agar rahasia pekerjaanya tidak bocor pada siapapun. Ini bukan bisnis haram, tapi jika sang kepala tau maka dirinya bisa kembali terseret dalam masalah karena tidak mengikuti pedoman yang ada. Entahlah, sudah lama tidak di akui dan sekarang tiba-tiba mendapat perhatian membuatnya merasa risih dan ingin lari saja.
"Semuanya sudah selesai, jika hasil akhirnya sudah keluar segera hubungi saya. Lewat fake number saya saja. Saya sedang diawasi jadi tidak bisa berperan aktif. Jika ada hal yang harus di perbaiki, saya akan mengabari terlebih dahulu. Sampai disini tidak ada masalah bukan..?"
Pria yang sedari tadi mendengarkan dengan baik itu mengangguk pelan, "Iya pak, tidak ada masalah apapun. Semuanya terkendali dengan sangat baik. Investor akan tiba di Singapura untuk melihat peresmian pabrik. Saya akan memasukkan informasi tersebut ke web rahasia. Anda bisa memeriksanya disana"
"Bagus. Sampai saya belum memberi kabar, akan lebih baik untuk tidak menghubungi saya sementara waktu. Saya percaya pada kamu. Mohon kerja samanya Mirza. Aku memohon ini sebagai seorang kakak" katanya kemudian, ia memelankan suaranya di akhir kalimat dan memandang pria yang ada di hadapannya ini sangat lembut.
"Abang jangan khawatir, aku bakalan mengerjakan semuanya sampai izin abang di cabut" katanya kemudian
"Makasih" ujarnya kemudian.
Setelah pertemuan itu Joshua kembali kemobilnya sendirian. Benar ia pergi sendirian, tapi ia tidak yakin jika tidak ada yang mengikutinya. Ia merasakan hal itu sejak dari rumah tadi, ia merasa di ikuti beberapa orang dari jarak jauh.
Iapun tidak luput dari sasaran lensa kamera yang mengikutinya kemanapun tubuhnya bergerak, Joshua tersenyum dari balik masker yang ia kenakan. Ia sengaja menggunakannya untuk menutupi separuh wajahnya untuk mengelabui, tapi yang namaya juga pasukan khusus mereka tidak akan terkecoh hanya karena selembar masker.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Sebelum sampai kerumah Joshua mampir sejenak ke mini market untuk membeli beberapa kebutuhannya. Bahkan di mini marketpun orang-orang itu terus mengawasinya dari jarak tertentu. Ia hanya bisa menghela napas pelan lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam.
Kepalanya otomatis tertoleh sesaat ia sampai di depan lemari pendingin khusus minuman. Ia bertemu dengan seseorang yang tidak asing di matanya tengah bingung di depan lemari pendingin itu sendirian.
"Jangan Minum kopi!!"
"Astaghfirullah gusti"
Dahi Joshua mengerut, ia memperhatikan gadis itu tengah bertelepon dengan seseorang tidak sadar kalau panggilan itu ia nyalakan mode spekernya.
"Jangan bandel!"
"Lama-lama aku mati bukan karena bengek tapi karena gak dikasih makan apa-apa sama kakak!"
"Kamu gak akan mati dengan hanya gak ngekonsumsi kopi!"
"Ya kenapa sih..? Kopi gak ada sangkut pautnya dengan bengekku ini"
"Elu itu kalau udah minum kopi pasti begadang semalamam. Begadang gak bagus buat kesehatan"
Gadis itu tampak tidak peduli, ia tetap mengambil kopi kaleng itu lalu memasukkanya kedalam keranjang belanjaannya yang penuh dengan makanan ringan yang sering di konsumsi anak-anak, seperti Yupi, permen kapas, minuman warna-warni dengan berbagai rasa, cemilan, ciki dan banyak lagi.
"Kak kak, keknya hp adek bentar lagi mati. Udah dulu ya"
PIP
Sambungan telepon terputus begitu saja. Gadis itu menghela napas pelan, "Hyuuu, dasar cerewet!!" omelnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey J! || J°S 📌
ФанфикSikap berontak itu berubah saat ia bertemu seseorang yang bisa mewarnai harinya ... *** Joshua seorang putra orang nomor 1 di Indonesia, namun identitasnya di sembunyikan. Entah untuk apa. Joshua hidup dengan caranya, namun ia di panggil kembali da...