Sikap berontak itu berubah saat ia bertemu seseorang yang bisa mewarnai harinya ...
***
Joshua seorang putra orang nomor 1 di Indonesia, namun identitasnya di sembunyikan. Entah untuk apa. Joshua hidup dengan caranya, namun ia di panggil kembali da...
Kalia mengangguk pelan. Setelah melakukan pemeriksaan 2 hari lalu secara diam-diam. Hari ini ia mendapatkan sebuah diagnosa yang cukup mengejutkan. Ia hanya bisa diam, tidak tau harus berbuat apa lagi.
"tumor ini bersifat agresif, namun lokal sehingga tidak akan menyebar ke bagian tubuh lain. Tumor ini bisa di tangani dengan operasi. Akan tetapi, untuk memastikan tidak ada sel kanker yang tertinggal, anda harus menjalani radioterapi untuk beberapa waktu kedepan setelah operasi" jelas dokter itu lagi.
"Berapa lama dok..?" tanya Kalia
"Kemungkinan 3 bulan" jawabnya
"Kalau saya tidak melakukan pengobatan. Apa tumor ini akan semakin ganas..?"
Pertanyaan itu membuat sang dokter mengulum lidahnya untuk beberapa saat. Pasien yang ada di hadapannya saat ini terlihat takut, namun dalam beberapa waktu ia terlihat biasa saja.
"Kemungkinan besar tumor akan menyebar keseluruh area tersebut dan merusak sistem syaraf otak sehingga akan berakibat fatal untuk anggota tubuh yang berhubungan dengan sistem syaraf tersebut, seperti pendengaran, penglihatan dan bicara"
Kalia menghela napas, "umm, begitu" dia hanya mengangguk-angguk pelan
"Anda butuh beberapa tes lagi agar bisa di putuskan untuk rawat inap, salah satunya cek MRI sekali lagi lalu melakukan Biopsi"
"Dok, kalau saya melakukan pengobatan beberapa minggu lagi bisa dok..?" tanya Kalia. mencoba bernegosiasi dengan sang dokter.
"Bisa, tapi anda harus mengkonsumsi obat yang saya resepkan. Tidak boleh terputus kecuali anda melakukan pengobatan rawat inap di rumah sakit." Dokter tersebut mulai menuliskan beberapa resep yang harus Kalia tebus di apotek.
"Obat ini hanya akan meredakan nyeri pada beberapa titik, tidak untuk menyembuhkan" tekan dokter itu
Kalia mengangguk paham, ia kemudian berterima kasih pada dokter tersebut lalu keluar dari ruangan.
Tangan dan kakinya seakan berada di awang-awang sekarang, lemas dan kepalanya seakan penuh. Ia ingin menangis, tapi rasanya tidak bisa dan ia tidak tau apa yang harus ia tangiskan.
Pad awalnya ia melakukan pemeriksaan hanya karena merasa penasaran dengan gejala awal yang sering ia alami kurang lebih 2 bulan belakangan ini. Hanya saja, ia tidak pernah memberitahukan siapapun karena tidak ingin menyimpulkan hanya dengan self diagnosis. Saat tau hasilnya, Kalia merasa ia semakin berat menjadi beban keluarga.
Setelah mengambil obatnya Kalia langsung pergi menuju lobi dimana Mika sudah menunggu. Laki-laki itu tidak tau apa yang Kalia lakukan di dalam, ia hanya akan bertindak sebagai supir hari ini karena ulahkan semalam, ini adalah hukuman untuknya.
"Kakak ngapain didalam lama banget?" tanya Mika penasaran