Chapter - 13

72 20 17
                                    



Kalia sedang berada pada posisi terpojok. Ia sedikit meringis saat jarum suntik itu ditusukkan dan cairan merah itu ditarik keluar. Ekor matanya beberapa kali melirik kearah pria yang sedang berdiri tak jauh dari ranjangnya dengan tatapan penuh intimidasi, ia berhutang penjelasan pada pria itu.

"Setelah itu bersiap untuk Biopsi" kata dokter Arga

Kalia hanya mengangguk pelan, ia terperangkap sekarang. ia tidak bisa lari lagi dengan berbagai jenis alasan yang biasanya mempan untuk mereka.

"Sepertinya kamu harus menjelaskannya sekarang" ujar Joshua, ia berjalan mendekati ranjang Kalia lalu duduk di sampingnya.

"hmm, iya deh" ia akhirnya kalah, dan berakhir bercerita pada Joshua. Padahal ia ingin merahasiakan hal ini.

"Neurilemmoma, aku mengidap tumor otak yang kata dokter cukup ganas dan harus segera di operasi sebelum merusak jaringan syaraf yang ada. Sekarang ini aku sedang menjalani peroses pemeriksaan sebelum operasi." Gadis itu mendengus, pada akhirnya ia harus menceritakan hal ini, padahal ia tidak ingin ada satu orangpun yang tau.

"Orang rumah ada yang tau..?" tanya Joshua

Kalia segera menggeleng, "gak ada yang tau. Kakak orang pertama, aku rencananya gak mau kasih tau siapa-siapa sih. Tapi, terlanjut udah ke gap dulu sama kakak" sebalnya.

"Kenapa gak di kasih tau? Mereka pasti khawatir"

Lagi-lagi Kalia menggeleng "Nanti aja, tunggu urusan penting mereka selesai semua dulu. aku gak mau mereka khawatir dan urusan mereka hancur Cuma gara-gara aku. Udah cukup aku jadi penghambat jalan mereka, sekarang biarin mereka melakukannya tanpa sebuah hambatan" ujar Kalia

"Tapi Kal,"

"Kak, rasanya jadi beban keluarga itu gak enak. Aku gak mau jadi beban pikiran mereka lagi. aku udah cukup dewasa untuk bisa ngurus diri aku sendiri" Kalia menyangkal

Pada akhirnya Joshua hanya bisa menghela napas pelan, gadis itu terlihat sangat tegar di luar, tapi sebenarnya hatinya sedang tidak karuan.

            Brak

"Kalia!"

"kak Bian?"

"Kenapa kamu gak bilang sama kakak?" marah Bian

"kak, kenapa kakak ada disini?" tanya Kalia

"Kakak pindah tugas kerumah sakit ini dua minggu lalu. Kakak gak sengaja lihat nama kamu di daftar pasiennya dokter Arga, kakak tanya ke dokter Arga, ternyata kamu..." Bian meremat rambutnya kuat,

"Kenapa gak bilang sih dek?" tanyanya kemudian

Kalia lagi-lagi diam, rahasia yang ia sembunyikan tidak bertahan lama. Lama-kelamaan akan tercium dan naik kepermukaan. Gadis itu lagi-lagi hanya bisa pasrah, ia tidak tau lagi harus apa.

"Azra udah tau? Bang Raka? Atau Mika?"

"Kak" panggil Kalia, tatapannya nampak sendu

"Kalia, kamu mau sampai kapan kayak gini terus dek? Yang lain itu khawatir banget sama kamu!"

"Dengerin Kalia dulu kak" mohonnya, matanya memandang Bian sangat sendu, ia memohon dengan suara paraunya. Ia sudah hampir menangis saat ini, namun lagi-lagi ia berusaha tegar.

"Aku tau kakak dan mereka khawatir banget sama aku, aku tau. Tapi kak, mereka ada tujuan yang harus mereka kejar. Jangan hanya gara-gara aku yang penyakitan ini tujuan mereka terhambat bahkan gagal seperti kasus kak Azra tiga tahun lalu, aku gak mau jadi beban!" bibirnya berucap, bergetar, tak lama cairan bening itu tumpah juga membasahi pipinya.

Hey J! || J°S 📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang