Chapter - 12

73 21 25
                                    


Hujan gerimis di pagi hari membuat beberapa orang malas untuk menjalai aktifitas diluar rumah. Cuaca mendung itu sangat mendukung untuk terus bercengkrama dengan bantal dan selimut. Namun, hal itu berbeda dengan yang Kalia lakukan.

Gadis itu keluar dari rumahnya menggunakan payung, sepatu boot karet berwarna hitam, berdiri di depan pagar rumahnya sembari mengulurkan tangannya sehingga partikel bening itu mengenai telapak tangannya.

Huja adalah hal yang paling gadis itu sukai. Hujan bisa membuatnya tenang, suasana hatinya menjadi lebih baik. Sejak tadi malam, hujan terus turun hingga pagi hari tiba.

"Kakk jangan main hujan gitu laah, masih belum stabil lo kondisinya!"

Itu suara Mika yang berteriak dari teras rumah dengan baju kaos kuning dan celana pendek hitam miliknya serta rambut acak-acakannya itu, nampak sekali kalau dia baru bangkit dari alam tidurnya.

Tidak ada jawaban, Kalia masih asik bermain hujan. Bibirnya hanya sesekali mengulas senyum, ia suka saat Mika bersikap posesif seperti ini padanya, perhatian itu membuat Kalia merasa kalau dirinya adalah orang paling beruntung sekaligus terpenting dibandingkan orang-orang lainnya.

Matanya melihat sepatu boot karet itu terkena percikan air hujan yang terpantul di aspal, bibirnya lagi-lag mengulas senyum. Sebuah kebahagiaan kecil untuknya, tidak peduli degan pandangan orang terhadap dirinya yang kerap di cap aneh itu.

Senyumnya memudar saat melihat sepasang kaki dengan sepatu pantofel hitam berdiri dihadapannya. Kalia mendongak dan menggeser sedikit payungnya agar bisa melihat siapa pemilik kaki panjang itu.

"Kak Shua" ia berseru senang saat tau siapa yang ada di hadapannya saat ini. Senyumnya mekar seketika seperti bunga jam 10.

"Kenapa hujan-hujanan disini? kamu masih belum sehat betul" ujar Joshua dengan nada sedikit di tekan.

"Kan gak basah, aku pakai payung" ujarnya seraya mengacungkan payung berwarna biru muda itu.

"Tetap saja, angin diluar itu dingin. Gimana kalau sesak kamu naik" pria itu berbicara seolah-olah ia sangat khawatir dengan gadis itu.

Kalia menyunggingkan bibirnya, ia kemudian menatap wajah Joshua serius, "Kenapa kakak perhatian banget sama aku? Kakak suka ya sama aku?" tanyanya sangat to the point.

Tatapan Joshua berubah tak kalah seriusnya dari Kalia, ia memperhatikan gadis itu dari ujung kepala sampai kaki, lalu seringaian keluar dari bibirnya, "Hei, anak kecil. Siapa yang kamu bilang menyukai anak kecil sepertimu ini?" tanya Joshua dengan nada bercanda.

"Dih, nyebelin!" cibir Kalia, gadis itu mempoutkan bibirnya, tangannya yang satu ia gunakan untuk membenarkan ujung hijabnya yang terlepas kebawah.

Joshua tertawa pelan, tangannya mengusap kepala Kalia pelan, "Anak kecil! Masuk sana, nanti kena flu!" suruhnya, masih dengan senyuman yang melekat di bibirnya.

"Tolong lah, aku bukan anak kecil!" protes Kalia

"Kamu masih anak kecil di mata kakak. Tinggi kamu aja cuma segini" ledek Joshua, ia mengukur tinggi Kalia yang hanya sampai batas bahunya, agak turun sedikit kebawah.

Mata Kalia sontak membulat, "Waaahh, body Swimming!" kesalnya

"Body Shaming sayang" koreksi Joshua

"Waahhh, apa yang sedang om ini lakukan?" matanya semakin terbuka lebar, suaranya perlahan meninggi, ia menatap Joshua tidak percaya. Ia heboh sendiri, panas endiri, gila sendiri.

"Apa? OM?"

"Yaaa, sampai sekarang aku masih lihat kakak itu seperti om om" ucapnya tak ingin kalah dengan perdebatan tak bermanfaat ini.

Hey J! || J°S 📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang