Chapter - 7

93 23 31
                                    





Sekarang jam 10 malam, Mika menggeleng kepalanya pelan, bagaimana bisa hidupnya tenang jika ia harus mengawasi gadis itu selama 24 jam seperti babysister. Ia menghela napas pelan lalu melangkahkan kakinya mendekati objek yang saat ini sedang duduk di atas batu dipinggir lapangan bola, matanya menatap pertandingan dengan tatapan kosong.

"Ngapain melamun disini..?" tanya Mika dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa.

Tidak ada jawaban, mata itu masih senan tiasa menatap kosong kedepan. Mika menghela napas pasrah, seberapa banyak mulutnya mengoceh tidak akan mendapatkan feedback yang setimpal dari gadis itu.

"Gak ada niatan mau pulang? Udah malam loh ini," celetuk Mika lagi setelah beberapa menit diam.

"Haah, gue ngomong sama siapa sih ini? sama batu kah?" omel Mika kesal.

Tetap tidak ada jawaban apapun, Mika mencoba sabar dan tetap berusaha mengajak patung bernapas yang ada di sampingnya ini bicara.

"Kak"

"KAK!!"

"BISA DIAM GAK SIH? Gak bisa fokus aku lihatin Kak A'rav!" kesal Kalia, akhirnya ia membuka suara setelah perjuangan panjang Mika untuk membuatnya berbicara.

Mika menarik napas perlahan lalu mengeluarkannya perlahan "Anak an ..... jing!" umpatnya pelan

Masih bisa di dengar Kalia, gadis itu langsung memberengnya dengan tatapan tajam lalu kemudian ia mengalihkan kembali matanya ke tengah lapangan. Ia menyilangkan kedua kakinya di atas batu besar itu, menatap lurus dan kembali menikmati permainan.

"Aku tau kakak lagi kesal sama kak Azra. Tapi setidaknya pulang, nampakin tu muka. Kasihan kak Azra dari tadi gak bisa tenang sebelum kakak pulang. Ini udah jam 10 malam lo, anak gadis gak boleh diluar rumah. Apa lagi nontonin jantan main bola. Zina mata!" oceh Mika, sesekali ia menoleh kesamping, tidak lupa memasang kuda-kuda, kalau-kalau nanti Kalia tiba-tiba terbang kearahnya dan menyerangnya dengan brutal.

"Kakak dengarin aku kan?"

"Kamu pulang aja duluan, kakak sebentar lagi balik rumah" ujar Kalia tanpa mengalihkan pandangannya dari tengah lapangan.

"kak,"

"Balek gak kau!" Kalia membuka sepatunya dan berancang-ancang untuk memukul Mika kalau-kalau dia tidak pergi dari tempatnya.

"dih bar-barnya kumat" cibir Mika

"Dah, balik sana! Aku masih mau disini" ujar Kalia

Mika hanya bisa pasrah, mau marah juga tidak bisa. kalau dia marah itu harimau betina akan lebih galak lagi dari pada dirinya. Jika sudah mengamuk harga diri Mika seperti jatuh dari lantai 10 apartemen.

Mika akhirnya pergi meninggalkan Kalia sendirian di pinggir lapangan bola. Tidak benar-benar pergi, ia memantau gadis itu dari jarak jauh, ia tidak mungkin meninggalkannya begitu saja.

Mika merasa kasihan melihat gadis itu. Bahu itu menurun perlahan dan kepalanya menunduk, Mika yang niat awalnya ingin menghibur malah tidak bisa berbuat apa-apa. Semakin ia mencoba maka gadis itu tidak akan meras senang.

Bingung dan takut mengambil langkah, takutnya langkah yang ia ambil adalah salah.

Beberapa menit ia menunggu akhirnya ia melihat pergerakan dari gadis itu. Mika mengikuti gadis itu dari belakang dengan berjalan kaki. Jarak dari lapangan bola ke rumah tidak terlalu jauh, gadis itu mendorong sepedanya. Ia tidak ada tenanga lagi untuk mengayuh sepedanya, pandangannya juga perlahan mengabur.

Langkahnya terhenti saat beberapa langkah lagi hampir sampai kerumahnya. Ia tidak sanggup lagi untuk melanjutkan, ia menaruh sepedanya dan memutuskan untuk duduk di pinggir jalan sendirian.

Hey J! || J°S 📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang