Chapter - 22

58 18 39
                                    

Seharian ini Kalia terus mengurung dirinya di kamar. Ia bahkan tidak keluar hanya sekedar untuk makan malam. Ia sangat setia berada di bawah selimutnya, terpejam dan mencoba melupakan semua yang ada di kepalanya saat ini. seharian penuh ia berada disana, membuat orang-orang menjadi khawatir.

        Tokk tokk

"Dek, ini bang Raka. Boleh masuk gak...?"

Tidak ada jawaban, Kalia membuka matanya namun enggan membuka mulutnya. Ia semakin mengeratkan selimutnya, mengencangkan ac dan bersembunyi didalam sana tanpa bergeming sedikitpun.

"Dek, Abang masuk ya!"

Kalia memejamkan matanya rapat. Berpura-pura sedang tidur, tapi nyatanya tidak. Raka duduk di samping ranjang adiknya itu, bulu kuduknya berdiri merasakan dinginnya ac yang berhembus. Buru-buru ia mengambil remote dan langsung mengecilkan ac tersebut.

"Dek, makan yuk. Seharian ini adek gak ada makan apa-apa lo" pujuk Raka

Tidak ada jawaban sama sekali, ia juga merasa kesal dengan kakaknya yang satu ini. Satu lagi kenyataan yang membuat gadis itu marah, sang kakak mengetahui identitas Joshua sudah sedari lama. Tapi, lelaki itu sama sekali tidak mau memberitahunya.

"Dek"

"Keluar!" suara dingin itu seketika menginterupsi telinga Raka, ia bahkan baru pertama mendengar suara serendah dan sedingin itu.

"Adek kenapa?"

"Jangan banyak tanya, keluar!" tekannya lagi.

"Kalia"

"AKU BILANG KELUAR, KELUAR!!!"

Gadis itu akhirnya bangkit dari posisinya menjadi duduk, ia menatap Raka dengan tatapan marahnya, matanya memerah dan bengkak, pipinya yang sembab, bibirnya yang pucat dan mengering.

Raka terkejut dengan sikap yang adiknya itu berikan. Ia ingin menggapai tangan Kalia, namun gadis itu dengan cepat menepis tangannya dengan kuat.

"Keluar! Aku gak mau lihat mukamu" tajam, menusuk, sakit. Raka terkejut dengan berubahnya sikap Kalia tanpa ia ketahui apa penyebab pastinya.

"Kak, kakak kenapa...?" kini Mika, Azra dan Bunda mereka berada di ambang pintu. Terkejut dengan teriakan histeris gadis itu.

"Pembohong" celetuk Kalia, ia menatap Raka sinis, tatapan itu penuh dengan kebencian, sungguh ia membenci orang yang ada di hadapannya saat ini.

"Maksud kamu apa?" Raka mulai tersulut api emosi, nada suaranya meninggi dan tatapan tajam itu ia berikan pada adiknya.

Kalia tersenyum sinis, "Selama ini abang tau kan, kalau kak Shua adalah anak dari bapak Presiden? Tau kan? Abang tau tentang indentitas sebenarnya, kenapa abang gak bilang? Kenapa abang cuma bilang kalau dia itu laki-laki berbahaya, aku gak boleh dekat-dekat dengan dia karena ... karena aku bisa terkena masalah. KENAPA ABANG GAK BILANG DARI AWAL KALAU DIA ITU ANAK PRESIDEN?! KENAPA?!" Kalia berteriak histeris,

"itu...dek dengerin abang dulu"

"Aku ketemu ibu negara hari ini. aku gak tau aku ternyata sehebat itu bisa ketemu dengan ibu negara. Dia mengatakan kalau aku tidak pantas untuk anaknya karena aku berasal dari rakyat biasa sedangkan dia berasal dari keluarga berkelas dan terhormat. Aku ini hina, benar kan? Yaa, benar sih. Dari dulu aku ini memang anak yang hina. Tepatnya pembawa sial!!"


           PLAK

"BANG RAKA!!"

"RAKA!"

Satu tamparan melayang ke pipi sembab itu. Bibir Kalia sontak pecah dan mengeluarkan darah segar. Pukulan Raka tidak main-main, sekali pukul bisa meremukkan tulang pipinya.

Hey J! || J°S 📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang