•HIM• 3 : a Song for Her

1K 147 7
                                    

     •╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌•

Setelah berbincang-bincang ringan sembari meminum kopi di kafe, Sera memutuskan untuk pulang, berharap pertikaian antar kedua orang tuanya sudah berhenti dan tidak memiliki babak-babak lain seperti yang sudah pernah terjadi.

Langkah kakinya berjalan begitu pelan mengabsen setiap batu bata yang tengah ia pijak, mengulur waktu agar tak cepat sampai di rumah lalu sebuah kekehan langsung terdengar dari pemuda di sampingnya.

Pemuda yang tadi minum kopi dengannya di kafe kini tengah mengantarnya untuk pulang, meskipun jarak antara kafe dan rumahnya tak terlalu jauh tetapi pemuda itu tetap bersikukuh untuk mengantarnya pulang.

"Kenapa ketawa?" tanya Sera.

"Jalannya pelan banget, kalau gitu kapan sampenya?"

Sera ikut tertawa kecil mendengarnya lalu ia mengedikkan kedua bahu acuh.

"Eh, tadi gue ngelempar tongkat baseball di sini, ya?" tanyanya.

Sera menoleh ke arah gang tempat di mana tongkat baseball itu melayang padanya beberapa jam yang lalu, seketika ia tertawa kecil begitu mengingatnya. "Jujur gue kaget banget, udah gitu dikatain segala lagi."

Pemuda itu tertawa, "maaf, tapi gue beneran enggak bermaksud buat ngatain lo."

"Iya, enggak apa-apa. Tapi lo maen baseball pake baju gini?" tanya Sera.

Pemuda itu kembali terkekeh begitu mendengar pertanyaan dari Sera yang terdengar tak masuk akal. Tangannya terangkat untuk mengusak rambut Sera pelan, jelas itu amat membuat gadis itu terperanjat kaget.

"Enggak lah, mana ada orang maen baseball pake celana model sobek gini."

Sera hanya tertawa kikuk untuk menyembunyikan rasa malu akibat pertanyaan bodoh sekaligus rasa terkejutnya akibat pergerakan si pemuda yang tiba-tiba.

"Terus? Habis berantem?" tanya Sera lagi.

Pemuda itu menjentikkan jarinya, "seratus buat lo!"

Sera hanya mengangguk paham tanpa ada niatan untuk bertanya lagi mengenai dengan siapa pemuda itu bertengkar atau apa alasannya melakukan itu, karena Sera pikir ia tak punya hak sama sekali untuk bertanya seperti itu.

Meskipun gadis itu sudah mengambil langkah yang kecil, dirinya tetap sampai di rumah. Gejolak aneh bagai rasa sesak dalam dada kembali melanda bahkan hanya dengan melihat pintu rumah berwarna cokelat tua tersebut.

"Ini rumah lo?" tanya pemuda itu.

Kepala Sera tertoleh kemudian mengangguk seraya tersenyum namun, seketika senyumannya itu pudar begitu mendengar samar-samar sahutan teriakan dari dalam rumah. Sera memberanikan diri untuk menoleh dan melihat lampu kamar kedua orang tuanya masih menyala.

Sera segera menghela napasnya kasar lantas menyandarkan punggung pada dinding setinggi badannya, sementara pemuda di sampingnya masih melihat ke arah kamar kedua orang tua Sera seraya memicingkan mata. Pemuda itu lalu beralih untuk menyadarkan punggungnya juga sama seperti Sera.

Apa Sera tidak boleh berharap? Mengapa harapannya agar orang tuanya sudah berhenti bertengkar tak menjadi kenyataan?

Bola mata Sera kini kembali memanas dan siap untuk mengeluarkan bulir-bulir air seperti beberapa jam lalu namun, seketika ia terperanjat begitu pemuda di sampingnya menyelipkan rambut lalu memasang airpods di kedua telinganya.

Sera menatap seakan bertanya apa maksud dari tindakannya kali ini tetapi pemuda itu hanya mengulas senyuman.

"Daripada dengerin orang tua lo berantem, mending denger lagu dari playlist gue aja," ujarnya

Sebuah lagu langsung mengalun usai pemuda itu menekan ikon putar dari layar handphonenya.

'I'm so tired... Lauv and Troye Sivan' Sera membaca judul lagunya.

Sera mendengarkannya dengan teliti, merasakan tiap melodi dan ketukan dari lagu tersebut. Ia memilih untuk mendengarkan lagu itu dengan tenang namun, tak jarang juga air matanya itu jatuh dan membuat Sera harus buru-buru menyekanya.

Sementara si pemuda hanya bisa kembali bersandar dan sesekali melirik Sera, ia bahkan berkali-kali mengepalkan tangannya yang hendak membawa gadis itu kedalam rengkuhan dan menenangkannya namun, ia harus menahannya. Setelah tadi mengusak rambut Sera, kali ini ia tak mau membuat gadis itu berpikir yang tidak-tidak jika pada pertemuan pertama seperti ini dirinya sudah berani memeluk si gadis.

Sera tidak mengetahui lagu ini dan belum pernah mendengarnya namun, ia mengakui bahwa lagu ini bagus dan langsung membuat telinganya ingin mendengarnya lagi dan lagi.

Ketika lagunya sudah selesai, Sera segera menoleh ke arah pemuda di sampingnya seraya melepaskan kedua airpods.

"Udah selesai lagunya?" tanya pemuda itu yang langsung diangguki oleh Sera.

"Lagunya bagus, itu lagu kesukaan lo?"

Pemuda itu tersenyum kemudian mengangguk menjawab pertanyaan Sera.

"Oke, I think you have a good taste in music," ujar Sera.

"Lo bisa aja," balas pemuda itu terkekeh. "Oh iya, gue boleh pinjem hape lo enggak?" tanyanya.

Sera sedikit mengerutkan alis begitu mendengar permintaannya dan sempat ragu namun, ia tetap memberikan handphonenya kepada si pemuda itu.

Sera melihat ibu jari pemuda itu bergerak menekan aplikasi lagu kemudian mengetikkan sesuatu di kolom pencarian dan setelah menemukan apa yang tengah ia cari, pemuda itu langsung menunjukkan layar handphone kepada Sera.

"Ini playlist gue, lo bisa dengerin kapan aja lo mau," ucapnya.

Sera mengangguk paham kemudian pemuda itu mengembalikan handphonenya.

"Oke, by the way thanks..," ucapan Sera seakan menggantung.

"Helmi," sahut pemuda itu.

Sera tersenyum, "thanks, Helmi."

"Iya, santai aja, dan lo?"

"Sera," balas Sera yang langsung membuat Helmi mengangguk.

"Ya udah, sekarang lo bisa masuk karena lampu kamar mereka juga udah mati, tuh," ucap Helmi seraya dagunya menunjuk ke arah rumah Sera.

"Begitu masuk, lo langsung ke kamar aja, oke?" lanjutnya.

Sera kembali tersenyum, "iya. Ya udah, gue masuk dulu, ya."

Helmi tersenyum kemudian menjawab ucapan Sera dengan anggukan, ia pun tetap berdiri di sana sampai gadis itu benar-benar masuk.

•••


Dengan lampu kamar yang mati dan hanya ada sorot cahaya dari layar handphone, Sera mendengarkan beberapa lagu yang berada di playlist milik Helmi. Sera juga kembali mendengarkan lagu yang tadi ia dengarkan dan sudah menjadikan lagu 'I'm so tired' itu adalah lagu kesukaannya mulai dari sekarang.

Ini memang aneh dan mungkin kelewat aneh namun, setiap bagian dari lagu ini langsung mengingatkannya kepada Helmi. Mengingatkan pada perbincangan yang terjadi di antara mereka, juga bagaimana cara Helmi tersenyum dan menatapnya.

Seperti ada yang tak biasa. Tetapi mungkin itu memang cara Helmi bersikap pada semua orang.

Sera berkali-kali membaca tulisan paling besar di layar handphone yang masih berada di dalam situs musik, 'Helmi's playlist' dan sontak kedua ujung bibirnya terangkat mengulas senyuman.

"Eh, bentar," ucap Sera dengan tiba-tiba.

"Gue kira tadi pinjem hape buat masukin nomor hape, tapi kok dia enggak masukin nomor hapenya sekalian, sih?"

"Eh, tapi kenapa gue peduli banget?"

Setelah berdebat dengan pertanyaan yang berada di benaknya sendiri, Sera memutuskan untuk tidur. Tetapi beberapa saat kemudian ia membuka matanya kembali, merasakan tubuhnya yang tak enak dan sedikit bergetar lalu ia menepuk kening, merutuki kebodohannya.

Meminum kopi, adalah bencana baginya

-to be continued...

He Is Me | Heeseung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang