•HIM• 21 : The Truth

516 85 2
                                    

•╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌•

Di sinilah Helmi dan Sera sekarang, di perpustakaan kota seperti yang biasa ia kunjungi bersama Himam. Gadis itu tengah membantu Helmi belajar untuk menghadapi tes program beasiswa.

"Aku pantes enggak sih buat dapet beasiswa itu?" tanya Helmi yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari kekasihnya itu.

"Terus gunanya aku di sini apa? Ya, bikin kamu layak dapetin beasiswa itu lah," ujar Sera. "Helmi dengerin aku, ya. Di dunia ini kita harus coba apapun peluang yang ada di depan kita, jangan sia-siain itu dan kalaupun emang gagal Tuhan pasti bakal ngasih kamu peluang yang lain, kok."

"Tapi sekarang kamu harus nyoba ini kalau enggak dicoba gimana mau tau hasilnya, 'kan?" lanjutnya.

"Helmi, siapa tau ini petunjuk yang Tuhan kasih buat kamu karena Tuhan mau kamu maju dan mikirin masa depan kamu. Tuhan mau kamu juga bisa ngebanggain ayah kamu sama kayak apa yang Himam lakuin."

"Bener banget itu, Ra!" sahut seseorang tiba-tiba.

Kini orang itu mengambil tempat di sebelah Sera dan menumpukan lengannya pada pundak sebelah kiri gadis itu. "Dan gue yakin jalan ini emang dipilih Tuhan buat Helmi," lanjutnya.

Sera dan Helmi tak mengindahkan perkataan orang tersebut, keduanya sama-sama membulatkan mata menatap orang itu yang sontak membuat orang itu mengerutkan alis kebingungan.

"Halo! Gue lagi ngomong kenapa pada diem?"

"Himam! Lo kapan balik?" tanya Sera yang masih terkejut.

Himam bergumam. "Kemaren," jawabnya seraya cengengesan.

"Kok lo enggak bilang kalau mau pulang? 'Kan bisa gue jemput," omel Helmi.

Kini Himam berdecak kesal. "Gue bukan anak kecil lagi yang pake dijemput segala."

Helmi tertawa. "Is it a suprise?" tanyanya.

"Eum ... ya, semacam gitu," balas Himam terkekeh lantas beralih pada Sera. "Oke Sera. Helmi udah belajar sampe mana?"

"Udah lumayan banyak materi yang dia pelajarin, sih. Cuma tadi Helmi tiba-tiba pesimis gitu katanya, 'aku pantes enggak sih buat dapet beasiswa itu'," ujar Sera mengikuti cara bicara Helmi.

Helmi membelakkan matanya. "Kok ngadu?" bisiknya yang justru dibalas juluran lidah oleh Sera.

Himam berdecak seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Enggak baik pesimis, tuh."

"Mending sekarang lo fokus belajar aja karena waktunya juga udah enggak banyak lagi jadi, gue bakal bikin metode belajar yang ampuh buat lo biar set sat set minggu depan lo diterima di kampus itu," lanjut Himam

Sera tertawa lepas. "Wiss, set sat set," ucapnya mengikuti gaya bicara Himam barusan seraya tangannya di ayunkan ke udara.

Melihatnya Helmi dan Himam pun ikut tertawa.

"Mi, jangan pesimis, ya. Gue yakin lo pasti bisa," ucap Himam seraya tersenyum hangat yang langsung diangguki oleh Helmi.

"Oh iya, Mi."

"Kenapa?"

"Ada yang mau ketemu sama lo."

"Siapa?"

Netra Himam melirik ke arah lain kemudian Helmi melihat kemana bola mata adiknya itu tertuju. Helmi refleks bangkit dari duduknya seraya membelakkan mata begitu melihat siapa yang tengah berdiri di samping kursinya.

He Is Me | Heeseung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang