•HIM• 15 : She is His

523 101 3
                                    

•╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠╌╌╌╼⃘۪۪❁⃘̸۪۪⃗╾╌╌╌•

"Oh iya. Azka, di sana ada Helmi juga enggak?" Sera bertanya kala sedang menghubungi Azka melalui sambungan telepon.

"Enggak ada."

"Hah?"

"Dia enggak ada di sini, dia di markas."

"Lagi ngobatin lukanya, ya?"

"Kayaknya iya, makanya gue telepon lo buat jelasin semuanya sesuai permintaan Helmi karena ... eum, tapi sebelumnya maaf ya, kata Helmi lo nyuekin dia."

"Iya, salah gue juga yang langsung percaya sama foto itu."

"Ya udah, mending sekarang lo samperin dia aja, deh."

Sera bergumam sebentar. "Enggak, deh. Enggak berani."

Kemudian Sera mendengar Azka tertawa di sebrang sana. "Kok enggak berani? Dia enggak gigit, Ra. Udah samperin aja sana, Helmi juga pasti seneng lo dateng."

"Oh iya, gue harap lo enggak ngeraguin dia lagi ya soal foto itu," lanjut Azka.

"Iya. Ya udah deh, nanti gue ke sana."

"Sip."

"Makasih ya, udah bantu jelasin ke gue."

"Iya, santai aja."

Begitu menutup sambungan telepon dengan Azka, Sera kembali mengingat bagaimana dirinya yang bersikap acuh kepada Helmi tadi pagi.

Sera mengingat betul penjelasan Azka mengenai foto itu barusan, tentang Raja, Helmi, dan Himam. Kejadian Himam yang memukuli Helmi juga kembali teringat olehnya, mungkin itu sebabnya mereka bertemu pagi ini.

Sera tak habis pikir dengan apa yang ada dipikiran Himam, ia bahkan rela menyakiti dirinya sendiri dengan berkelahi agar sama persis seperti Helmi, dan alasannya hanya karena gadis itu menyukai sosok Helmi.

•••

Tangan Sera menarik ke bawah knop pintu markas milik Helmi. Manik matanya langsung tertuju pada seseorang yang tengah duduk di sofa sambil memandanginya dengan wajah terkejut.

"Sera?" ucap Helmi tak percaya seraya menaruh handphone yang sedang ia pegang.

Setelah bangkit dari duduknya, Helmi bergegas melangkah mendekati Sera yang masih mematung di mulut pintu.

"Lo di sini?" Helmi bertanya.

Bukannya menjawab, Sera justru memperhatikan luka berwarna merah di sudut bibir Helmi serta luka yang membiru pada tulang pipi dan pelipis sebelah kanannya.

"Sera," panggil Helmi sekali lagi.

Lagi-lagi Sera tak mengindahkan panggilan dari Helmi. Gadis itu justru menarik pemuda di hadapannya untuk duduk di sofa kemudian ia meraih kotak obat yang berada di atas meja dan mulai mengobati Helmi.

"Kebiasaan, enggak langsung diobatin," ujar Sera seraya mengambil beberapa lembar kapas.

Helmi dapat dengan jelas merasakan bahwa kini Sera tengah mencemaskannya. Seakan tak ingat apa yang sudah dikatakan oleh gadis itu pagi ini perihal agar menjauhinya namun, justru Sera sendiri yang datang pada Helmi. Helmi yakin bahwa Sera sendiri tak benar-benar ingin menjauh darinya.

Tak ada dari mereka yang membuka suara, Sera sibuk mengobati Helmi sedangkan pemuda itu terus-menerus menatap Sera.

"Lo percaya—"

He Is Me | Heeseung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang